"Mulai hari ini putri sulungku Lada Anjani Wibisono sudah mati."
Kata-kata yang pada akhirnya mampu merubah kisah hidup seorang Lada Anjani Wibisono. Hanya karena kesalah pahaman, ia harus rela terbuang dari keluarganya.
Malam yang paling berat dilalui oleh gadis introvert itu, terjebak dengan seorang mantan narapidana, yang terkenal berandalan dilingkungan tempat tinggalnya, menjadi awal dimulainya babak baru perjalanan hidupnya.
Vinder putra Abimana, mantan narapidana pembunuhan, pecinta alkohol, dicap sebagai berandalan dilingkungan tempat ia tinggal. Tapi siapa yang itu, dibalik semua gelar itu tersimpan kisah memilukan.
Hari-harinya yang tanpa warna, seketika berubah saat mengenal dan tersandung skandal bersama Lada Anjani Wibisono.
Bagaimana kisah keduanya bermulai...?
Dan bagaimana akhir dari banyaknya konflik batin yang mereka alami...?
Yuk, jadilah saksi dalam kisah hidup mereka dengan membaca karya ini.
Bijaklah dalam berkomentar juga memilah baik, buruknya cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Netra itu masih betah menatap wajah cantik yang tertidur pulas dibangku penumpang mobilnya. Wajah ayu yang menyalurkan ketenangan dalam hati. Wajah rupawan dengan mata lentik terpejam, yang bisa membuat senyuman sedari tadi terbit dibibirnya.
Gerakan kecil tercipta, perlahan mata itu terbuka. Vinder kembali memasang wajah datar, menatap lurus kedepan sembari membenarkan posisi badannya yang semula miring menghadap Lada.
"Ah maaf, aku ketiduran." ucap Lada tak enak sembari melihat kesekeliling yang ternyata hari sudah malam.
Vinder mengangguk. Pria itu masih berusaha menetralkan debaran dadanya.
Lada melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya "ya ampun, aku tidur selama itu." gumamnya melirik Vinder tak enak.
Vinder berdehem untuk mengurangi kegugupannya "kita sudah sampai." ucapnya kikuk kemudian membuka pintu mobil.
Diambilnya koper dan tas yang berisi barang-barang Lada dibagasi. Setelah ia membukakan pintu untuk Lada.
"Biar aku saja...!" ucap Lada mengambil koper miliknya, tapi dicegah oleh Vinder.
Mereka beriringan masuk kedalam gedung berlantai tujuh belas itu. Menaiki lift yang berhenti dilantai nomor sembilan dan akhirnya tiba diunit apartemen yang akan Lada tempati mulai malam ini.
Lada membuka pintu, lalu masuk terlebih dahulu kemudian disusul oleh Vinder.
Apartemen bercat putih gading yang tertata rapi. Dan sangat bersih. Walau tidak begitu besar tapi sangat nyaman dengan isi perabotan lengkap. Bahkan dilemari pendingin sudah terisi dengan susu kotak, minuman sari buah, dan bahan makanan lainnya.
Dikabinet juga sudah tersedia berbagai camilan, kue kering, mie instan, minyak goreng dan beberapa bumbu dapur.
Dimeja makan ada roti dan juga buah-buahan segar.
"Ini, kamu yang membelinya...?" tanya Lada.
Vinder menggeleng "aku minta tolong sama bibi yang kerja dirumah om Yacob."
"Aku fikir kamu----
"Aku ketiduran setelah lukanya diganti perban dan minum obat. Untung sebelumnya aku udah minta tolong duluan." sela Vinder sembari membuka pintu kamar tidur.
Lada menatap kamar yang tertata rapi itu dengan mata berkaca-kaca. Ia amat terharu dan bersyukur untuk semua kebaikan yang diberikan oleh Vinder.
"Terimakasih Vin, lagi-lagi kamu jadi penolongku. Terimakasih...!" setetes airmata jatuh membasi pipi Lada.
"Memangnya tidak capek nangis terus...?" Vinder mengusap airmata itu "apa yang terjadi sama kamu itu juga karena aku, jadi stop berfikir yang tidak-tidak."
Lada mengangguk.
"Sekarang mendingan kamu mandi, aku mau pesan makanan untuk kita." kata Vinder.
Lada pun patuh. Masuk kekamar sembari menarik kopernya lalu membersihkan diri. Hampir satu jam Lada berada didalam kamar, karena membongkar isi koper dan tasnya.
Ketika gadis itu keluar, matanya menangkap sosok Vinder yang tertidur pulas disofa dengan televisi menyala. Dimeja juga sudah ada dua boks makanan yang dipesan Vinder.
Melihat wajah lelah yang damai dalam tidurnya, Lada membiarkan saja. Ia memilih untuk duduk dikarpet dengan punggung bersandar disofa yang Vinder tiduri, menonton acara yang tayang dilayar televisi.
Satu jam berlalu, Vinder pun terbangun. Mata yang masih menyipit karena silau dari sinar lampu ruangan, bertemu dengan mata lentik Lada.
"Vin...?" sapa Lada tersenyum.
"Kenapa tidak membangunkan aku..?" Vinder balik bertanya, lalu bangkit dari posisinya karena kaget melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh menit.
"Kamu bohong bilang seharian ini tidur." Lada menimpali dengan bibir ditekuk.
Vinder terkekeh "kenapa tidak makan duluan..?" tanyanya kemudian, ketika melihat makanan dimeja masih utuh.
Lada menggeleng "nungguin kamu. Tapi tadi aku sudah makan roti kok sama minum susu."
Vinder mengacak gemas pucuk kepala Lada "gadis pintar." pujinya.
Mereka terkekeh bersama.
"Vin...!"
"Hem...!"
"Tetap selalu tersenyum ya..? aku suka melihatnya. Apalagi tawamu barusan."
Vinder terkesiap, diam termangu untuk beberapa saat. Lalu dengan senyuman yang tersemat, pria tampan itu mengangguk.
"Ayo kita makan, aku lapar." ajak Vinder mengusap perutnya.
Dengan diselingi obrolan yang sesekali menciptakan tawa kecil dari keduanya, makanan yang dimeja habis tak tersisa. Ternyata mereka sama-sama merasakan hal yang sama, sangat lapar.
"Aku pulang ya..? sudah jam dua belas."
"Malam ini kamu menginap saja. Sofa itu besar, tidak akan membuat kamu sakit badan kalau tidur disana."
"Kamu yakin...?"
Lada mengangguk "Aku bisa kunci pintu kamar kan..?" candanya.
"Saat aku menabrak kamu diperpustakaan, dari sana aku tau kamu lelaki baik, kamu tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang juga ayahku."
Dada Vinder berdetak, hatinya menghangat bersamaan dengan darahnya yang berdesir, mendengar ucapan tulus tanpa kebohongan dari Lada.
"Terimakasih sudah percaya sama aku."
Untuk beberapa detik mata mereka saling beradu, sampai dimana Lada yang terlebih dulu memutus pandangannya.
Pukul satu dini hari, Lada baru masuk kekamar dan Vinder merebahkan tubuhnya disofa. Dalam naungan atap yang sama, keduanya mengarungi mimpi indah dengan bibir yang mengukirkan senyum.
kamu gak tau Lada mencari mu
udah nyaman sama Vinder malah nyari orang lain...
bukannya nikah sama Vinder aja.
kan kamu juga udah dibuang keluarga mu...
kesian banget kamu Vin
kamu kan tau gimana kelakuan Rey...
masa masih mau dekat dekat juga...
dia dekat juga karena ada mau nya,udah liat kamu cantik😒
memanfaatkan kepolosan Lada...😠
beda dengan kk cewek ku yang pertama ceplas ceplos orang nya 😆