Saat seseorang melihat impian dengan mata terbuka, aku justru sebaliknya.
Saat seseorang bahagia bisa menikah dengan orang yang dicintai, aku justru sebaliknya.
Saat seseorang bisa bahagia karena cinta, aku justru sebaliknya.
Saat seseorang menjadikan pasangan mereka sebagai rumah untuk kembali.
Aku justru ingin pergi dan mengakhiri semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WK Rowling, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perceraian
"Terima kasih atas waktunya pak, senang bekerja sama dengan Anda." Satya menjabat tangan Rendra dengan senyum penuh kelegaan, mereka sepakat untuk memulai projek baru.
"Senang bekerja sama dengan Anda juga, saya harap kerja sama kita tidak hanya sebatas projek kali ini saja, tapi akan ada projek lainnya yang bisa kita laksanakan bersama-sama, dan kita bisa menjadi partner yang baik." Rendra sepertinya sudah melupakan perseteruan antara keduanya sebelumnya, terlihat sekarang dia sudah bisa berbicara santai dengan Satya.
Satya tersenyum menanggapi perkataan Rendra, "Mari pak." Ajak Satya kemudian mereka pun keluar kafe bersama-sama.
***
Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam saat Rendra sampai di rumahnya, rumah dia dan juga Anika. Rendra memasukkan rumah dan langsung menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Rendra mengendurkan dasinya untuk dilepaskan, namun Anika tiba-tiba datang dan ingin membantu Rendra melepaskan dasi itu kemudian berkata, "Biar ku bantu." Katanya dengan tangannya sudah berada didasi Rendra.
"Tak perlu aku bisa sendiri." Jawab Rendra singkat dengan menepis tangan Anika.
Anika tidak marah dia justru tersenyum meski sudah diperlakukan seperti itu, "Baiklah, sudah kan dasinya? Sekarang lepaskan jas mu biar aku yang menaruhnya di keranjang pakaian kotor."
"Sudah aku bilang tidak perlu!" Rendra menolak tawaran Anika dengan penuh penekanan.
Anika sampai tersentak, tapi dia masih bisa mengendalikan perasaannya, "Aku siapkan air hangat untuk mandi ya?" Selepas berkata demikian Anika melangkah ke kamar mandi namun langkahnya terhenti oleh ucapan Rendra.
"Tidak perlu! Pergi saja dari sini, aku lelah sedang tidak mau berdebat!" Kali ini suara Rendra meninggi.
"Apa salahnya jika aku ingin membantu, Rendra?" Akhirnya Anika bertanya karena sudah tidak tahan dengan perlakuan Rendra.
"Semua yang kamu lakukan itu salah! Jadi pergi saja dan jangan ganggu aku!"
"Tidak! Aku tidak mau pergi aku hanya ingin melakukan kewajibanku sebagai seorang istri!" Anika berteriak meluapkan emosinya yang berusaha dia tahan sejak tadi.
Rendra tersenyum sinis mendengar perkataan Anika dia pun menjawab, "Apa kamu lupa bahwa kau sudah kehilangan hak mu terhadapku?"
Mendengar itu Anika menatap Rendra dengan tatapan dingin kemudian berkata, "Baiklah jika aku memang sudah kehilangan hak ku terhadapmu, lalu apa yang kamu lakukan kemarin pagi hah?!" Anika berteriak lantang.
Rendra membelalakkan matanya, dia bertanya-tanya mungkinkah Anika tahu apa yang dilakukannya terhadap Anika kemarin pagi.
"Cih! Kamu diam itu artinya semua itu benar kan?" Anika tersenyum sinis, dia memalingkan wajah berusaha agar air matanya tak jatuh di depan Rendra.
"A-apa yang aku lakukan?" Rendra menjawab dengan terbata-bata.
Anika lagi-lagi tersenyum kemudian sedikit tertawa, tawa yang menyakitkan. "Kamu berbicara soal hak ku yang sudah hilang, tapi sikapmu kemarin pagi seolah-olah mengatakan bahwa aku masih sangat berhak atas dirimu! Sebenarnya apa yang kamu inginkan hah?!"
"Jika memang aku sudah tak punya hak atas dirimu, lalu kamu masih boleh bersikap seenaknya terhadapku? Begitu kah sikap egois yang berusaha kamu pertahanankan? Jawab aku Rendra Aditama!" Anika berteriak sejadi-jadinya, air matanya pun ikut tumpah seiring dengan perkataannya.
Sungguh Anika sudah tidak tahan dengan semua ini, dalam hatinya dia ingin segera mengakhiri semua sandiwara ini, tapi disisi lain dia juga masih ingin mempertahankan rumah tangga yang dia bangun selama bertahun-tahun dengan susah payah itu.
Mereka berdua saling berpandangan dalam diam suasana menjadi hening sesaat sebelum Anika bersuara, "Kenapa diam? Yang dikatakan olehku benar bukan? Kamu baru menyadarinya sekarang? Sungguh miris."
Setelah diam cukup lama akhirnya Rendra berkata, "Apa yang kamu inginkan?" Dia bertanya dengan suara pelan namun tegas.
Anika diam sejenak, matanya menatap mata Rendra tanpa keraguan lalu menjawab, "Perceraian!" Meski menjawab dengan mantap tapi tangannya bergetar setelah menjawab demikian.
Rendra membelalakkan matanya tak percaya dengan permintaan Anika, bagaimana bisa dia mampu memenuhi permintaan itu sedangkan di lubuk hatinya dia masih menginginkan Anika.
sbnrnya apa yg terjadi?
buat penasaran ajah