NovelToon NovelToon
Suamiku Berubah

Suamiku Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:968
Nilai: 5
Nama Author: nula_w99p

Clarisa Duncan hidup sendirian setelah keluarganya hancur, ayahnya bunuh diri
sementara ibunya tak sadarkan diri.

Setelah empat tahun ia tersiksa, teman lamanya. Benjamin Hilton membantunya namun ia mengajukan sebuah syarat. Clarissa harus menjadi istri, istri kontrak Benjamin.

Waktu berlalu hingga tiba pengakhiran kontrak pernikahan tersebut tetapi suaminya, Benjamin malah kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatannya.

Clarissa harus bertahan, ia berpura-pura menjadi istri sungguhan agar kondisi Benjamin tak memburuk.

Tetapi perasaannya malah semakin tumbuh besar, ia harus memilih antara cinta atau menyerah untuk balas budi jasa suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nula_w99p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Beberapa menit berlalu, Clarissa membuka matanya dan meneliti wajah lelaki di sampingnya. Ia menggoyangkan tangan kanan ke dua sisi di hadapan wajah Benjamin.

Tidak ada reaksi dari suaminya itu, Clarissa bernafas lega. Ia bisa mencari dengan bebas dokumen atau kertas kontrak pernikahan mereka di kamar Benjamin.

Clarissa bangun perlahan-lahan dan meninggalkan kasur sambil berjinjit. Dia pun menutup pintu kamar dan langsung memasuki ruangan yang ia tuju.

Clarissa menutup pintu tersebut dan jantung nya malah berdebar kencang, ia seperti akan melakukan pencurian.

Ia mulai mencari di laci dan nakas yang terletak dekat di ranjang kamar itu, Clarissa sedikit kecewa ternyata tidak ada. Dia lalu menelisik ke rak buku dan membuka buku-bukunya, siapa tahu Benjamin menyimpannya di sini.

Namun naas tak ada tanda-tanda keberadaan benda yang ia cari, dia pun melangkah masuk ke tempat pakaian Benjamin berada. Dan menyentuh semuanya tetapi tidak ada juga.

''Clarissa,'' suara lirih lelaki yang terdengar pelan oleh telinga Clarissa menghentikan kegiatan yang di lakukannya. Sepertinya Ben terbangun, ia harus segera pergi dari ruangan ini.

Dan dirinya sudah memastikan bahwa benda tersebut tak ada di sini yang artinya mungkin dokumen itu ada di ruang kerja Benjamin. Berarti ia tak perlu cemas kalau Ben ingin memasuki kamar ini tapi di sisi lain, Ben pasti akan penasaran dengan ruang kerja miliknya. Clarissa harus mencari cara agar bisa menghalangi Ben memasuki ruang kerja itu sampai ia menemukan kertas berisi kontrak pernikahan itu.

''Clarissa?'' Benjamin terkejut melihat istrinya keluar dari ruangan miliknya. ''Kau mengapa di sana?

''Eeeh... A-aku habis dari kamar mandi di kamar ini.'' Clarissa menjawab dengan gagap, ia malah takut di kira maling. Untung ia masih bisa menjawab dengan logis. ''Aku tidak mau membangunkan mu, pintu kamar mandi di kamar ku sedikit berbunyi kalau di buka jadi aku memakai kamar mandi di ruangan ini.''

Benjamin mengangguk, matanya masuk suntuk. Ia meraih tangan istrinya, ''kalau sudah ayo tidur lagi.''

''Iya,'' Clarissa mengikuti langkah suaminya dari belakang dan keduanya pun berbaring kembali.

''Kalau mau kemana-mana bangunkan aku, aku akan menemanimu.'' Benjamin bersuara, mata suntuknya menatap istrinya dari dekat.

Clarissa terkekeh kecil mendengar ucapan Ben. ''Aku bukan anak kecil, rumah ini juga tidak begitu besar, untuk apa harus di temani.''

''Aku hanya takut kau kabur.''

''Mana mungkin,'' Clarissa pun menatap Benjamin. Ia jadi mengantuk kembali padahal rencananya dirinya akan memasuki ruang kerja di sebelah kamar Ben.

***

"Hah?" Clarissa terkejut melihat matahari sudah terbit. Ia jadi tidak punya waktu untuk mencari kertas kontrak pernikahan di ruang kerja Benjamin.

Kalau ia paksakan sekarang, walau Ben tampak masih terlelap akan sangat beresiko apalagi baru-baru ini Clarissa menyadari suaminya punya sifat penasaran yang sangat kuat.

Clarissa menghela nafas, ia harus menyerah sekarang untuk pergi ke ruangan itu. Sebaiknya ia pergi ke dapur saja sekalian menyiapkan sarapan untuk keduanya.

Clarissa melangkah keluar pelan-pelan dari kamar tidur, ia menguap sambil menelentangkan tangannya selama menuruni tangga.

Sebelum menyiapkan sarapan, Clarissa mula-mula pergi ke kamar mandi yang ada di sebelah ruang masak. Ia mencuci muka dan menguncir rambutnya.

"Eh, Ben? Sudah bangun?" Clarissa sudah melihat suaminya di teras bawah saat keluar dari sana.

"Kan sudah ku bilang bangunkan aku kalau mau pergi," Ben mendekap erat tubuh istrinya.

Clarissa terdiam sesaat saat suaminya melakukan hal yang tak pernah di lakukannya selama ini, detak jantungnya berdebar kencang seperti drum yang di pukul kuat-kuat.

"B-ben cuci muka dulu sana." Clarissa melepaskan tangan Benjamin yang melingkar di pinggangnya lalu mendorong punggungnya ke arah kamar mandi tadi.

"Mmmmmh," Ben hanya menjawab seadanya. Sebenarnya ia masih sangat ingin tidur tapi melihat keberadaan istrinya menghilang, ia jadi punya kekuatan untuk membuka mata lebar-lebar serta berjalan cepat kemari.

"Huuhh," Clarissa mengusap letak jantungnya berada. Ia tersenyum bahagia, rasanya seperti menjadi suami-istri sungguhan.

"Tidak-tidak, aku tidak boleh berpikir begitu. " Clarissa memakai celemek dan terdiam sebentar, ia ingin mengalihkan pikirannya ini namun kembali bingung harus membuat apa untuk sarapan.

Nasi goreng? Tidak mungkin, Benjamin tidak suka makanan yang terlalu berat untuk sarapannya. Kalau Roti! Bagus sekali, itu yang selalu Benjamin makan selama dua tahun lalu menjadi suaminya, ia menyajikan dengan susu tapi kalau hanya itu rasanya kurang.

Clarissa membuka lemari pendingin dan mengambil dua butir telur, ia ingin menambahkannya ke roti yang akan mereka makan.

"Masak apa?" Benjamin keluar dari kamar mandi dan tangannya masih tertempel di handuk yang ada di kepala. Ia menggosoknya agar rambutnya kering.

Clarissa memecahkan Telur tadi saat wajan sudah panas. "Telur, kamu tidak apa sarapan roti dan telur?."

Benjamin mengangguk lalu mendekati istrinya, "biar aku saja." Ia hendak mengambil spatula yang ada di tangan istrinya namun Clarissa tak membiarkannya.

Clarissa menggeleng, "kamu belum sehat sepenuhnya. Biar aku saja lagipula cuman memasak telur, aku sudah pasti bisa. Kamu tidak ingat tapi aku pernah belajar memasak dulu."

"Oh begitu, tapi aku tetap mau membantumu." Benjamin tak mau mengalah, ia masih mencoba mengambil spatula itu.

"Jangan, bagaimana kalau kamu siapkan rotinya saja. Katanya mau membantu, sana." Clarissa kembali mendorong pelan punggung suaminya, menjauhkan dirinya dari kegiatan Clarissa.

"Baiklah," Ben akhirnya mengalah. Ia mengambil roti lalu memasukannya ke pemanggang roti. Ia menunggu rotinya keluar dari alat itu sambil mengamati istrinya yang sedang fokus memasak telur.

Kemudian mendekati lagi Clarissa, sementara itu fokus istrinya jadi memudar gara-gara di tatap dari jarak sepuluh senti.

"Ih kenapa? Kamu sering banget ngelihatin aku ." Clarissa sudah selesai memasak satu telur, tinggal satu lagi dan keduanya bisa memakannya.

"Memangnya tidak boleh? Kalau kamu keberatan tuntut saja aku." Benjamin menjawab penuh kepercayaan diri, ia yakin istrinya tak mungkin melakukannya.

"Memang tidak apa-apa sih cuman aku jadi gak fokus, lihat nih kalau telur nya gosong bagaimana!"

Suara roti yang sudah keluar dari pemanggang mengalihkan perhatian keduanya, " tuh rotinya sudah matang." Clarissa memandang Ben dan memberi isyarat untuk mengambilnya.

"Tenang Clarissa tenang," Clarissa berusaha mengontrol perasaannya yang jadi tak karuan. Ia tidak boleh terlalu mencintai suaminya.

"Telur nya juga sudah matang," Clarissa membawa piring berisi dua telur tadi ke meja makan begitu juga dengan Ben yang sudah duduk di sana.

"Kamu mau susu?" Ben bertanya pada Clarissa.

Istrinya hampir melupakan itu, dia hendak melangkah namun Ben sudah terlebih dahulu mendekati kulkas. "Aku saja yang ambil."

To be continue....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!