Nama gue Arin.Umur dua puluh tahun. Gue hanya gadis miskin .Keinginan gue hanya satu yaitu menaikkan derajat hidup keluarga gue agar tidak dihina dan direndahkan.Gue bekerja sebagai buruh pabrik di siang hari ,sore harinya gue kuliah. Jalan hidup gue penuh dengan liku-liku dan jalan terjal. Banyak cobaan cacian dan makian . Tapi gue tidak akan patah semangat walaupun gue terjatuh berkali-kali gue akan terus bangkit. Ini hidup gue ,dan gue akan terus bangkit dan berjalan menuju cita-cita dan cinta gue. Yuk ikuti dan lihat perjalanan hidup gue untuk memperjuangkan cita-cita dan cinta gue. Karena disitu akan penuh dengan canda tawa dan air mata juga tentang persahabatan yang abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Emosi
"Ram, mau kemana." Bara menyapa Rama yang dilihatnya sedang berjalan sendirian di lobby rumah sakit. Dia baru saja datang setelah tadi pagi pulang ke rumah untuk mengambil semua peralatan kerja nya . Semalem dia menginap ikut menjaga Arin.
"Mau pulang bang, tapi mau mampir ke kantor polisi dulu." Jawab Rama ,Bara terkejut.
"Mau ngapain ke kantor polisi. Jangan bilang mau nemuin orang yang nusuk kakak lo."
" Iya bang, mau ngliat siapa yang sudah tega sama kakak kesayangan gue." Rama menunduk lesu. Tapi tergambar kemarahan di wajahnya. Bagaimana tidak kakak yang paling dia sayangi terluka. Dia tidak rela ada yang menyakiti kakaknya.
"Ayo abang anterin. Gue juga penasaran seperti apa orangnya. kita naik mobil gue aja. Bentar gue ijin dulu di depan ya." Bara menuju lobby rumah sakit dan berbicara sebentar kepada penjaga yang bertugas. Lalu balik lagi menemui Rama.
"Ayo Ram, sebentar saja kan." Bara memasuki mobilnya, diikuti Rama. Untungnya mobil belum terparkir . Jarak rumah sakit dan kantor polisi tidak begitu jauh . Kalau lancar bisa ditempuh dalam waktu sekitar lima belas menit. Tapi ini Jakarta,mana ada jalan yang bebas dari macet. Apalagi hari ini hari senin . Semua orang berlomba-lomba ingin sampai lebih dulu ke tempat tujuannya.
Di dalam mobil terasa lengang .Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang berusaha memulai pembicaraan. Banyak cacian dan umpatan dalam otak Rama. Banyak rencana jahat di otaknya. Dia tidak tega melihat kakaknya terbaring di rumah sakit. Dia harus bisa membalas apa yang dialami kakaknya. Begitu juga dalam pikiran Bara. Dia memikirkan keadaan Arin. Kenapa orang sebaik Arin ada saja yang ingin melukainya. Akhirnya Bara mengalah dia bertanya lebih dulu pada Rama .Karena suasana terasa sangat sunyi.
" Ram.. Rama.." Bara memanggil Rama. Dilihatnya ekspresi Rama yang penuh dengan kekhawatiran dan juga kemarahan. "Ada apa.. memikirkan apa. Kakak lo pasti sembuh. Pasti akan segera sadar. Gue pasti akan berusaha semaksimal mungkin menolong kakak lo. Hm jangan khawatir ya. Apapun akan gue lakukan demi kesembuhan kakak lo." Bara bukan saja menghibur Rama,tapi juga menenangkan dirinya sendiri. Dia juga resah memikirkan Arin yang belum sadar juga. " Jangan terbawa emosi nanti di kantor polisi ." Bara menambahkan.
" Iya bang, terima kasih banyak sudah membantu kami sejauh ini." Rama terkejut mendengar perkataan Bara. Dia sedang melamun tadi .Dia pandangi wajah Bara dari samping , sedangkan Bara konsentrasi menyetir. " Orang yang baru kenal saja bisa sebaik itu." pikir Rama dalam hatinya. Padahal baru saja mereka saling kenal , tapi sudah memperlakukan keluarganya dengan sangat baik.
"Iya sama-sama, sebagai sesama manusia kita kan harus saling membantu." jawab Bara . Setelah itu hening lagi . Tak ada yang berbicara lagi.
Setelah perjalanan tiga puluh menit sampailah mereka di kantor polisi. Dari luar terdengar suara orang yang sedang bercakap-cakap. Rama dan Bara sejenak saling pandang mendengar ucapan salah satu dari mereka yang sedang bercakap- cakap. Mereka berdua merasa emosi, tidak terima dengan ucapan orang tersebut. Mereka berdua serentak masuk ke dalam. Rama melihat orang yang sedang berbicara tadi dan dia merasa kenal dengan orang itu . Tidak menunggu lama dia berlari mendekati mereka dan. Bug..Bug..Bug. Rama memukul ketiga orang yang diborgol tepat di muka mereka." Jadi kalian yang melukai kakak." Bug..bug..bug.
Semua orang terkejut dan berteriak kaget. Bara menghentikan Rama. "Sudah Ram..sudah mereka sudah mendapatkan hukumannya. Tidak usah mengotori tangan lo dengan hal yang tak berguna." Ucap Bara. " Jadi kalian yang telah melukai Arin . Kita lihat nanti tuntutan kami. " "Sudah nak..sudah .Anak kami sudah mengakui perbuatannya. Mereka bertiga siap menjalani hukuman." Papa omed menenangkan Rama yang memang sangat emosi.
Bara sebenarnya juga emosi ingin memukul mereka bertiga tapi dia bisa menahannya.
"Lo adiknya Arin kan." Omed bertanya. " Maafkan gue ,Gue ga berniat melukai kakak lo. Gue bener- bener menyesal. maafkan gue.." Omed menunduk . Airmata nya jatuh lagi .
"Ga usah lo keluarin air mata buaya lo. Sekarang udah kejadian baru lo menyesal . Kemarin pas mau ngelakuin otak lo di mana? Semoga lo membusuk di penjara." Rama masih emosi. Bara memeluk Rama , Bara takut kalau Rama nekad memukul mereka lagi.
"Nak..maafkan anak kami ya .." Mama Omed mendekati Rama. "Dia sudah menyesali perbuatannya. Kami siap bertanggung jawab dengan segala yang telah dilakukan Omed."
Rama hanya memandangi mereka satu persatu. Dia masih sangat emosi . Dadanya terlihat turun naik , pertanda dia lagi menahan emosi. Luka itu masih baru. Luka yang mereka buat untuk kakaknya. Baru kemarin mereka melukai kakaknya. Segampang itu minta maaf. Perasaan Rama masih sakit. Tapi dia berucap juga. "Iya tante ,Om." Lalu Rama pergi begitu saja .Bara menyusul Rama.
"Bagaimana perasaan lo Ram. Sabar ya sudah ada polisi yang menangani. Gue juga merasa sakit."
Rama menoleh mendengar perkataan Bara.
"Sakit bagaimana bang. Kok ikut sakit bagaimana." Rama bingung mendengar ucapan Bara.
"Ya sudahlah, Ayo gue anterin pulang. Lo harus istirahat kan. Semalem lo ga bisa istirahat .Gue lihat lo ga tidur semalaman. Berjaga terus semenjak Arin mengigau."
"Iya bang. Ayo pulang." Rama berjalan duluan keluar dari kantor polisi . Hatinya masih terasa sakit . Dia tau Omed menyukai kakaknya .Tapi kenapa malah tega menyakitinya. Bara menyusul Rama.
" Ayo naik ,mau langsung pulang apa mau mampir ke mana gitu. Bagaimana kalau mampir makan bakso dulu . Ayo gue tau tukang bakso yang enak. Gue traktir .Tak apa sekali- sekali telat kerja . Kita makan bakso yang sangat pedas ..luapkan emosi kita dengan makan." Ucap Bara dia ingin menghibur Rama. Bara merangkul Rama seperti pada adiknya sendiri. Rama menoleh dan tersenyum. Dia merasa bahagia. Di saat suasana hatinya sedang tidak nyaman ada seseorang yang menemaninya. Serasa punya kakak laki-laki.
🌸🌸🌸
"Fian, ada apa ya semalem Rama nelpon gue nanya Arin. Dia kan adiknya ,kenapa nanyanya ke gue ya." Nando bertanya pada Fian .Mereka berdua sedang di kantin menunggu dosen yang belum datang . Kesempatan buat nongkrong pastinya.
"Eh.. lha iya .Kenapa gue ga sadar ya. Bener semalam Rama juga nelpon gue, tapi pas gue di kamar mandi , ga sempet ngangkat . Pas aku lihat udah mati. Nanyain Arin ? Bagaimana maksudnya. Kok ada yang aneh. Apa mungkin ada yang terjadi dengan Arin ya.." Fian jadi berpikir. Masa adik bertanya tentang kakaknya sama orang lain. Padahal mereka serumah. "Atau jangan-jangan terjadi sesuatu sama Arin ya. Jadi kepikiran gue. Nanti sepulang kuliah mampir ke rumahnya. Atau sekarang telpon Arin atau Rama,,Ndo." Fian semakin merasa khawatir.
"Jam berapa sekarang, jam segini Arin masih kerja. Rama juga masih sekolah. Nanti siangan dikit." jawab Nando . Dia sedang menikmati kopinya.
"Iya juga ..hehehe.." Fian menggaruk kepalanya yang tidak gatal ." Tapi siapa tahu ini keadaan darurat." Sambung Fian . Dia semakin khawatir dengan Arin . Perasaannya jadi merasa tidak tenang. Dia keluarkan ponsel dan mencoba menelpon Arin.
"Tidak diangkat Ndo, perasaan gue jadi ga tenang."
"Lo nelpon siapa. Arin, mungkin dia lagi kerja , makannya tidak diangkat. Di bilang sabar nunggu nanti jam dua belas saat jam istirahat." Nando sedikit mengomeli Fian. Kalau sudah menyangkut Arin ,Fian akan menjadi sangat berlebihan.
" Gue kan khawatir Ndoo.. lo ga pengertian banget .." Fian menjadi gelisah. sebentar-sebentar menengok ponselnya.
"Ini baru jam sebelas Fian.. Satu jam lagi sabar. Berlebihan banget lo..." Nando semakin merasa jengkel dengan tingkah Fian.
"Bukan begitu Nandooo... Tidak biasanya Rama menelpon kita mencari kakaknya kalau tidak ada apa-apa. Lo tau ga....?" Fian juga merasa jengkel pada Nando yang tidak pengertian. Dia sedikit emosi.
"Ada apaan si kalian. Ga biasanya adu mulut." Tiba-tiba Ai dan Via sudah ada di dekat mereka.
"Biasanya kaya lem dan perangko .Nempel terus. Adem banget melihat kalian . Seperti pasangan abadi.hahaha... Ada apaan si sampai keluar otot begitu?" Via menimpali ucapan Ai. Merasa heran melihat tingkah Fian dan Nando. Jarang terlihat mereka tidak akur seperti saat ini. Kemanapun selalu berdua. Disitu ada Nando pasti ada Fian. Pun sebaliknya.
" Bukan urusan kalian. Ngapain duduk di situ . Minggir-minggir. jauh- jauh sono." Fian mengusir mereka berdua.
"Jahat banget si lo ma kita. Cuma numpang duduk bentar. Pasti ada hubungannya sama Arin kan. Ini pasti . Lo ga akan seemosi ini kalau tidak ada hubungannya sama Arin. " Ai semakin menggoda Fian . Dia tau semua kisah tentang mereka berdua. Tentang Arin yang menyukai Fian dan tentang Fian yang menyukai Arin. Dia tau semua .Ai tidak menyukai Arin karena baginya Arin sudah merebut semua miliknya, Semua orang yang dia sukai lebih memilih Arin . Dulu Ai menyukai Fian tapi Fian tak pernah merespon sama sekali, Fian lebih memilih Arin dibandingkan Ai , sudah segala hal dia coba untuk menarik perhatian Fian , tetap tidak berhasil dan akhirnya Ai menyerah . Dan kini dia bertemu Omed dan mulai menyukai nya. Tapi belakangan dia tau kalau Omed juga menyukai Arin. Dia merasa selalu kalah sama Arin. Ada perasaan iri melihat Arin selalu menang darinya.
"Diem ga ..bawel banget. Cerewet..bukan urusan lo." Fian semakin sewot . Emosinya semakin naik melihat mereka berdua. Fian tidak menyukai Ai karena dulu Ai selalu mengejar-ngejar dia.
"Udah sono kalian berdua pergi . Awas macan lagi ngamuk. " Nando mengusir mereka berdua.
"Pelit banget si .. memang salah kita apa. " Via juga ikut emosi di usir sama Fian.
" Udah sono dibilang macan lagi ngamuk. Jangan di deketi . Diterkam baru tau rasa.. hahaha.." Nando semakin meledek Fian . Tentu saja Fian semakin tambah emosi.
"Awas lo Ndo... pulang sendiri nanti. Gue ga mau bawa lo. pulang jalan kaki." Fian semakin emosi .Dia pergi meninggalkan kantin .Dia sudah tidak tahan menahan rasa penasaran. Di tambah lagi kedatangan Ai dan via menambah emosinya. Mana mereka semua malah mengejek. Fian berjalan menuju taman dia sudah tidak ingin masuk kelas lagi. sudah malas mengikuti mata pelajaran berikutnya. Sudah tidak ada semangat lagi. Di otaknya hanya Arin dan Arin.
"Eh ..mau kemana? Tunggu gue.. kalian berdua jangan ngikuti . Bisa tambah ngamuk tu macan. Inget jangan ikut." Ucap Nanda memperingatkan Ai dan Via. Diacungkan telunjuknya pada mereka berdua.
" Iya tauuu..bawel juga ternyata lo ya Ndo.." Via melempar Nanda dengan botol kemasan bekas minumnya. Nando berkelit.
"Wew ..tidak kena .. hahaha." Nando berlari menjauh.
Nando mengikuti ke arah mana Fian pergi. Dia tidak mau terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu. Fian sedang emosi . Dia harus di dampingi. Karena Nando sangat hapal kebiasaan Fian, kalau sudah menyangkut Arin dia akan sangat berlebihan. Dilihatnya Fian duduk di bangku taman . Nando bersyukur. Di taman sepi orang. Mungkin Fian mau menyendiri. Nando hanya mengawasi dari jauh. Dia tau Fian gelisah bukan hanya karena telpon Rama semalem. Tapi karena Arin menghindarinya beberapa hari ini. Nando juga tidak menyangka Arin yang dulu sangat menyukai Fian sekarang tiba-tiba mulai menghindar. Ada apa sebenarnya di antara mereka berdua. Apa ada yang terlewat dari pengamatannya selama ini. Apa Arin sudah pindah ke lain hati? Apakah Arin sudah menyukai orang lain? Wah bisa kacau hidup Fian. Dia merasa Fian terlambat menyadari perasaannya. Setelah cukup lama hanya memperhatikan, Akhirnya Nando mendekati Fian.
"Kenapa ? Masih emosi hm..?" Nando menepuk bahu Fian dan duduk di samping nya.
"Njir kaget gue..Gue kira setan ."
"Parah lo, orang seganteng gue ,lo katain setan." Nando mengedip-kedipkan mata.
"Huek...gumoh gue Mana ada lo ganteng.. Kalau ganteng seharusnya udah punya pacar .. hahaha.. mana pacar?" Fian meledek Nando.
"Mang lo udah punya..hahaha...kita sama-sama jomblo teman..hahaha...jomblo abadi.." Nando membalas Fian. Mereka berdua saling mengejek. Saling membalas ejekan. Dan tertawa bersama.
"Bagaimana perasaan lo? Udah adem kan. Jangan melampiaskan emosi kepada orang lain." Nando mulai berbicara serius.
"Maksudnya.?" Fian pura-pura tidak tahu.
"Hm.. yakin tidak mengerti maksud gue. Yakin ni.." Nando sudah siap memukul Fian dengan sandalnya.
"Iya..iya..galak amat si. Berasa punya mak dua. Mana galak semua hahaha..." Fian tahu Nando tidak serius. Tapi sekali dua kali pernah juga kena pukul sendal Nando. "Iya Ndo..Gue tahu dari tadi lo duduk disana ,memberi waktu buat gue. Entahlah beberapa hari ini gue merasa Arin menghindari gue . Gue punya salah apa ya. Udah gue inget-inget ga ketemu juga apa salah gue." Ucap Fian mulai serius.
"Ya udah di pikir pelan-pelan. Arin tak akan pernah berubah buat kita. Dia sahabat terbaik buat kita." Nando berusaha menenangkan pikiran Fian.
"Makasih ya selalu ada buat gue..lo sahabat terbaik gue.." Fian mau memeluk Nando ,tapi Nando menghindar.
"Baru nyadar...Lebay lo ... hahaha...orang yang melihat bisa salah paham.. di kira kita main anggar hahaha." Mereka berdua tertawa bersama. Walaupun masih ada gundah dalam hati Fian.
"Hayooo .... jangan-jangan kalian.." Tiba-tiba Ai dan Via sudah berada di belakang mereka.
"Bener ya kalian..??"Ai malah semakin menegaskan perkiraannya.
"Ai..Via.. kalian pikir apaan. Dahlah...."
Fian dan Nando pergi menjauh dari Ai dan Via.
"Weh pergi ..kita di tinggal lagi.."
"Wooiii tunggu.."..
"Ya gue tunggu di episode selanjutnya.."
Bersambung ...
aku menanti mu....
kenapa seperti ini....
🤔🤔🤔🤔
semua masalah ada penyelesaiannya
jangan berbuat konyol ..dan merugikan diri sendiri
karna kau siram dengan kasih sayang mu 😘😘😘😘😘
ngak ngaca apa yg menimpa diri nya 😡😡😡 masih untung selamat dari maut kecelakaan kok gak Sada mulut masih lemes aja
dasar Mak Mak komplek 😡😡😡😡
pada akhirnya penderitaan Arin berakhir seiring dengan hembusan nafas nya juga ikut berakhir....
tega banget kamu thor,,,,
gak kasih kesempatan Arin buat ngerasain kebahagiaan.... 😭😭
kenapa harus meninggalkan
kisah Airin sangat nyenyak didada. rasa rasa nya. jarang ke bahagian menghampiri nya
takdir Airin memilukan.
terus kapan pertemuan di ujung jalan nya 🤗🙏🥰 apa bertemu dokter bara di jembatan siritolmustakim 😭😭😭😭