Mencintai jodoh sepupu sendiri?
Salahkah itu?
Berawal dari sebuah pertemuan yang tak di sengaja. Senja, gadis 22 tahun yang baru pulang dari luar negeri itu bertemu dengan sosok pria bernama Bumi yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan.
Semakin Senja tidak ingin melihat wajahnya, justru makin sering Senja bertemu dengannya.
Dari setiap pertemuan itulah muncul rasa yang tak biasa di hati keduanya.
Tapi sayangnya, ternyata Bumi adalah calon suami dari sepupu Senja, Nesya. Mereka terlibat perjodohan atas permintaan almarhum ibunda Bumi pada sahabatnya yang merupakan ibu dari Nesya.
Sanggupkah Bumi dan Nesya mempertahankan perjodohan itu?
Bagaimana nasib Senja yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Bumi? Mampukah ia mempertahankan hatinya untuk Bumi?
Baca terus kisah mereka, ya.
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Kedatangan Teman Senja dari Luar Negeri
Siang itu Senja sedang berada di ruangannya dengan beberapa dokumen yang harus ia pelajari. Ia seperti sedang mencocokkan data di laptopnya dengan dokumen di tangannya. Senja tampak begitu serius sekali.
Kriiiing Kriiiing
Telepon di atas mejanya berdering. Senja terpaksa menutup dokumen di tangannya lalu menjawab telepon itu.
“Hallo,” sapa Senja
“Selamat siang, Nona. Di bawah ada seseorang yang mencari Nona dan ingin bertemu Nona sekarang,” kata resepsionis di lantai dasar.
“Siapa? Rasanya saya tidak ada janji bertemu seseorang hari ini,” tanya Senja penasaran.
“Beliau seorang pria, Nona. Tidak menyebutkan namanya. Katanya, beliau adalah teman Nona waktu di Amerika, yang sering mengingatkan Nona kalau Nona lupa makan,” jawab resepsionis itu sesuai arahan pria tersebut.
Teman di Amerika? Mengingatkanku makan? Marcel?
Senja langsung mengingat satu nama. Siapa lagi temannya waktu kuliah di Amerika yang selalu mengusiknya dan mengingatkannya untuk selalu makan tepat waktu kalau bukan pria blasteran bernama Marcel itu.
“Baiklah, suruh dia menemui saya sekarang. Saya sudah tau siapa orangnya,” kata Senja pada resepsionisnya.
“Baik, Nona.”
Setelah menutup panggilan itu, resepsionis tersebut mengarahkan Marcel ke tempat yang harus ia tuju.
Tok tok tok.
“Masuk!” ucap Senja dari dalam ruangannya.
Pintu ruangannya dibuka dari luar. Muncullah sesosok pria berbadan tinggi tegap berambut kecoklatan dengan senyum yang lebar hingga menampakkan barisan giginya yang putih itu.
“Hallo, Nona Senja Wijaya. So happy to see you,” ucap Marcel yang membuat Senja memutar bola matanya dengan malas.
Marcel memang pria bermulut manis yang senang memuji para wanita, terutama Senja. Dia memang terkenal sebagai playboy yang senang bergonta-ganti kekasih. Hampir semua wanita yang ia suka, berhasil ia jadikan kekasih. Tapi hanya satu yang selalu menolaknya, yaitu Senja. Karena itu sampai sekarang ia masih penasaran dengan sosok wanita yang menolaknya itu.
“Sudah, jangan banyak gaya! Duduklah!” kata Senja menunjuk sofa yang ada di ruangannya dengan dagunya. Ia pun beranjak dari kursi kerjanya menuju ke sofa.
“Oh, come on, Baby. Kau ini tidak ada manis-manisnya denganku dari dulu,” keluh Marcel lalu duduk di sofa itu.
“Kapan kau sampai kesini? Bukannya perusahaan orang tuamu di Amerika, ya? Atau kau sedang liburan?” Senja malah mengalihkan ucapan Marcel.
“Aku baru sampai kemarin sore. Ada urusan sedikit disini, makanya aku kemari. Dan kau tau info apa yang aku cari pertama kali saat tiba disini?”
Senja mengangkat bahunya dengan acuh. Ia tak mau tau info apa itu.
“Masa kau tidak bisa menebaknya? Aku mencari info tentangmu, Putri Keluarga Wijaya. Aku tidak menyangka ayahmu sangat kaya. Kau juga sangat terkenal sebagai anak konglomerat,” kata Marcel sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Senja.
“Hah, gombal! Aku yakin info yang pertama kau cari adalah tempat clubbing yang bagus disini kan?” tebak Senja.
Marcel terbahak mendengar perkataan Senja. Wanita di depannya ini tak pernah berubah. Selalu ceplas ceplos. Tapi memang benar apa yang dikatakan Senja. Untuk orang yang hobby menghabiskan waktu di club seperti Marcel, apalagi yang ia cari kalau bukan tempat untuknya bersenang-senang.
“Kau tidak pernah berubah. Kau masih mengenalku dengan baik. Ngomong-ngomong apa kau tidak menawariku minum?”
“Jauh-jauh dari Amerika kesini malah minta minum,” sindir Senja. “Tunggu sebentar.”
"Kau tidak bertanya aku mau minum apa?" tanya Marcel.
"Yang jelas disini tidak ada alkohol. Minum kopi atau teh saja sudah cukup. Tidak usah cerewet," jawab Senja sambil menelepon ke bagian pantry untuk mengantar minuman ke ruangannya.
Marcel kembali terbahak mendengar sindiran Senja. Wanita ini memang tidak berubah. Sama seperti perasaannya pada Senja, tidak pernah berubah. Diam-diam dia menaruh perasaan yang serius pada Senja. Hanya saja Senja tidak pernah menganggap itu sebagai hal yang serius dikarenakan Marcel terlalu sering bergonta-ganti pasangan. Padahal sebenarnya, perasaannya pada Senja berbeda dengan perasaannya pada wanita-wanita lain yang pernah menjadi kekasihnya.
***
Hari itu Jefri ditugaskan oleh Bumi untuk mengantar mobil Senja yang telah selesai diperbaiki ke kantornya. Awalnya Bumi ingin sekali mengantar mobil Senja kesana, tapi dia harus menjaga nama baiknya agar tidak berkembang gosip yang bukan-bukan nantinya.
Jefri tiba di perusahaan Senja dan langsung diberi kemudahan untuk ke ruangan Senja. Saat Jefri masuk ke ruangan Senja, ia terkejut melihat ada pria lain disana yang sedang mengobrol dengan Senja. Jefri memperhatikan sekilas wajah Marcel, rasanya pria itu bukan salah satu pengusaha di negeri itu. Jefri yang pengalamannya sudah banyak dalam berbisnis kenal betul setiap pengusaha di negeri itu.
“Permisi, Nona Senja. Maaf mengganggu waktu Anda. Saya ingin menyampaikan titipan dari Tuan Muda Dirgantara,” kata Jefri dengan sopan lalu menyerahkan kunci mobil pada Senja.
“Wah, terimakasih banyak, ya. Kau sampai repot-repot mengantarnya langsung kesini,” ucap Senja yang merasa tidak enak hati. Ia pun menerima kunci mobilnya dari tangan Jefri.
“Tidak masalah, Nona. Saya senang melakukannya. Kalau begitu, saya pamit dulu. Masih ada pekerjaan lain yang harus saya selesaikan," pamit Jefri.
“Baiklah, sekali lagi terimakasih banyak. Nanti aku juga akan berterima kasih langsung pada bos mu,” ucap Senja.
“Saya rasa itu lebih baik, Nona. Saya permisi,” kata Jefri membungkukkan badannya sedikit lalu keluar dari ruangan Senja.
Sebelum keluar, Jefri sempat melirik lagi ke arah Marcel yang juga sedang memperhatikannya. Setelah Jefri masuk ke dalam mobil kantornya, ia pun dengan segera memberi kabar pada Bumi.
“Hallo, Tuan. Saya sudah bertemu dengan Nona Senja dan memberikan kunci mobil itu langsung padanya. Mobilnya juga sudah ada di parkiran kantornya, Tuan,” kata Jefri memberi tahu Bumi.
“Bagus,” jawab Bumi singkat.
Hening sejenak. Tidak terdengar suara lagi dari bos nya itu.
“Jadi, apa saya sudah bisa kembali ke kantor sekarang, Tuan?” tanya Jefri.
“Apa yang Senja lakukan saat kau menemuinya tadi?” tanya Bumi tiba-tiba.
Eh?
Jefri melihat handphone di tangannya itu. Ternyata dari tadi Bumi tidak ada suara karena ingin bertanya apa yang tengah Senja lakukan. Seperti bukan Bumi saja. Biasanya Bumi tidak pernah mau tau urusan orang lain.
“Tadi Nona Senja sedang kedatangan tamu, Tuan. Seorang pria. Sepertinya tamu dari luar negeri,” jawab Jefri.
“Tamu pria?” ulang Bumi.
“Benar, Tuan,” kata Jefri membenarkan.
“Cari tau siapa pria itu!”
Eh, kenapa harus mencari tau siapa pria itu? Aneh sekali. Apa Tuan sedang cemburu? Tanya Jefri dalam hati.
“Jangan banyak tanya, cari tau saja apa yang aku perintahkan!” Titah Bumi seakan tau apa yang ada dalam pikiran Jefri.
Tut.
Panggilan pun dimatikan. Jefri hanya bisa menghela nafas panjang menghadapi Tuan Mudanya itu.
saat Bebek panggang madu terhidang di hadapanku tp tak bisa kumakan krn perut terlanjur kenyang..
maka cepatlah bangun Senjanya Bumi.. krn Bumi mu begitu bersedi sama seperti yg ku rasakan saat merelakan Bebek panggang madu utk mereka.. 😭