NovelToon NovelToon
CINTA STRATA 1

CINTA STRATA 1

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Romansa-Teen school / Tamat
Popularitas:258.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Indri Hapsari

Kuliah? Haruskah aku menjadi cepat dewasa, menemukan pasangan lalu menikah? Tunggu, aku harus meraih gelar sarjanaku lebih dulu. Tapi, bagaimana kalau bisa meraih keduanya?
Oh, Tidak ...! Ini benar-benar membingungkan.

Ini kisah Adinda Dewi Anjani, gadis desa yang terpaksa merantau ke kota untuk kuliah, demi menghindari perjodohan dengan anak kepala desa yang ketampanannya telah menjadi sorotan berita.

Lika-liku kisah Anjani mengejar gelar sarjana, tak luput dari godaan cinta masa kuliah. Apalagi, tren slogan "Yang Tampan Jangan Sampai Dilewatkan" di antara geng kampusnya, membuat Anjani tak luput dari sorotan kisah cinta. Lalu, akankah Anjani lebih memilih cinta sesama daripada gelar yang pernah dimimpikan olehnya? Atau justru pembelajaran selama masa kuliah membuatnya sadar dan memilih hijrah? Yuk, kepo-in ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indri Hapsari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CS1 Menguntit (part 1)

Baru lima menit lalu Meli datang ke rumah Anjani untuk mengerjakan tugas kuliah. Namun, sudah terhidang banyak sekali makanan di meja ruang tamu. Bukan Anjani yang menyiapkan itu, tapi Paman Sam. Saat tahu Anjani dan Meli akan mengerjakan tugas bersama, Paman Sam yang paling heboh menyiapkan tempat dan hidangan di meja. Ada sepiring tempe goreng tepung kriuk, sepiring risoles, dan dua mangkuk kecil puding rasa kelapa. Ada makanan, pasti ada minumannya. Paman Sam juga telah menghidangkan dua gelas jus mangga, dan dua botol air mineral dingin.

"Paman Sam, kalau seperti ini aku bakal sering-sering belajar bareng Anjani di sini." Meli antusias.

"Senang kali liat semangat anak muda macam kalian. Hari Minggu tetap belajar. Kudoakan kalian jadi anak hebat nantinya. Oke, selamat belajar. Kutinggal jaga warung dulu, ya!" kata Paman Sam.

Sepuluh menit pertama adalah basa-basi pembuka niatan hati untuk mulai menyibukkan diri. Tiga puluh menit kemudian aktivitas pengerjaan tugas masuk zona serius. Setelah tiga puluh menit yang berharga itu, antusias mulai memudar. Tepat satu jam kemudian, aktivitas belajar tergantikan dengan acara makan-makan.

"Anjani, ntar sore aku mau jalan sama Bima. Siapa tau bisa jadi gebetan. Doain, ya!" kata Meli setelah menghabiskan dua risoles.

"Seminggu lalu Dimas, kemarin lusa Okit, ntar sore sama Bima? Udah kubilang nggak perlu ambil pusing omongan Berlian. Fokus aja sama nilai. Fokus!" nasihat Anjani.

Obrolan sejenak terhenti. Baik Anjani ataupun Meli sama-sama bergegas mengambil posisi belajar serius, karena tanpa diduga Paman Sam lewat di depan tempat mereka belajar. Dua menit berlalu, Paman Sam kembali ke warung. Rupanya tadi hanya mengambil uang kembalian. Seketika, Anjani dan Meli kembali pada posisi bincang-bincang ria.

"Omongan kamu ada benernya, sih. Tapi tiap ketemu Berlian aku pasti inget sama tantangan itu." Wajah Meli terlihat sebal. "Ah, tetep aja deh. Ntar sore mau jalan sama Bima. Nanggung, udah janjian pula." Tekad Meli sudah bulat, dan Anjani tidak bisa mencegahnya.

"Terserah, deh!" Anjani menyerah.

"Tapi tapi tapi ... aku beneran penasaran kali ini. Anjani, kamu beneran nggak pernah jatuh cinta? Atau kalau nggak tau yang namanya jatuh cinta, em ... mungkin pernah berdebar gitu pas deket sama cowok?" tanya Meli sungguh penasaran dengan sahabatnya.

Bolpoin yang sedari tadi dipegang oleh Anjani, kini diletakkan di samping bukunya. Dia mengambil tempe goreng tepung kriuk dan mulai mengunyahnya.

"Paling tidak, rasa pada tempe goreng ini lebih bisa dinikmati, Mel." Anjani menerangkan.

"Ah, sepertinya memang ada yang salah dengan hatimu," ujar Meli gemas.

Anjani tidak menanggapi lagi. Dia mengambil sepotong lagi tempe goreng tepung kriuk. Kemudian, dia mulai mengingat kembali.

Berdebar? Ya, aku pernah merasakan itu. Berdebar karena sosok Mario. Apakah itu tergolong jatuh cinta? Batin Anjani.

"Ah, tentu saja tidak!" kata Anjani dengan bersuara, disusul gelak tawa.

Meli terheran mendengar ucapan dan tawa Anjani yang tiba-tiba. "Sepertinya memang ada yang salah dengan dirimu," kata Meli kemudian.

"Sudah cukup basa-basinya, ya. Yuk, lanjut lagi tugasnya." Anjani menyodorkan bolpoin kepada Meli, kode untuk segera menyelesaikan tugasnya juga.

Waktu tiga jam digunakan untuk menyelesaikan tugas beserta obrolan basa-basi lainnya. Hidangan yang ada lebih dulu tandas dibanding penyelesaian tugas. Paling tidak, misi penyelesaian tugas selesai hari itu juga.

***

Siang yang terik tidak menyurutkan semangat Mario, Ken, dan Juno untuk mengantar pesanan pelanggan. Mario mengajak Ken dan Juno untuk bergabung dalam realisasi ide baru. Mario membuka online shop produk sepatu hasil produksi pabrik sepatu ayahnya. Demi memenuhi segala macam rasa penasarannya tentang ragam minat, respon, dan selera pelanggan, Mario rela mengantarkan pesanan ke tempat pelanggan.

"Mas Mario, kenapa nggak pakai jasa antar barang aja, sih. Lebih praktis!" kata Juno.

"Kalau diantar langsung bisa sekaligus mengetahui kepuasan pelanggan. Aku bisa sekalian bertanya hal lainnya. Lagi pula kita membuka bisnis ini hanya satu bulan saja demi mengumpulkan informasi yang aku butuhkan, sekaligus menambah pengalaman dan pemasukan tambahan khususnya untuk kalian berdua yang sudah membantuku." Mario menjelaskan panjang lebar.

"Sst, turuti saja Juno. Kita juga nggak dirugikan, kok. Uangnya bisa kita buat ngafe. Ntar ajak Anjani sama teman-temannya juga, ya. Jangan lupa!" Ken sedikit berbisik ke arah Juno yang sama-sama duduk di bangku belakang mobil Mario.

"Ide bagus, Mas. Oke!" jawab Juno.

"Aku dengar, Ken. Dan ... Juno, jangan mudah mengikuti saran-saran dari Ken. Jadilah dirimu sendiri."

Seketika Ken dan Juno bungkam, meski sebenarnya mereka berdua telah menawan tawa atas nasihat dari Mario. Tentu saja saran itu akan mereka abaikan. Seperti sebelum-sebelumnya, mereka berdua akan menyusun rencana agar Mario bisa bergabung dalam rencana-rencana mereka.

Lima belas menit perjalanan menuju daerah tempat tinggal pemesan sepatu. Mobil Mario berhenti di dekat salah satu gang yang menjadi alamat pemesan. Gang yang dimaksud begitu sempit, mustahil mobil Mario bisa masuk ke sana.

"Harus jalan kaki ini, Mas," kata Juno.

"Oke, ayo turun. Ken, tolong bawakan pesanan pelanggan."

"Oke, bro."

Mario, Ken, dan Juno berjalan santai sambil mengamati nomor rumah. Beberapa meter setelah memasuki gang, rupanya jalannya melebar. Itu artinya ada alternatif jalan lain yang mendukung mobil untuk masuk. Akan tetapi, karena mereka bertiga sudah terlanjur memilih jalan kaki, perjalanan mencari rumah pelanggan pun tetap dilanjutkan.

"Waw! I ... itu kan ...." Meli tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Bergegas Meli masuk ke dalam rumah Anjani setelah sebelumnya dari membuang bungkus plastik risoles. Meli tanpa sengaja melihat Mario, Ken, dan Juno lewat di depan rumah Paman Sam. Sekarang dia meyakinkan Anjani tentang apa yang baru saja dilihat olehnya. Gemas karena Anjani tak kunjung percaya, Meli pun menarik lengan Anjani dan membawanya keluar rumah.

Anjani dan Meli memastikan bahwa mereka bertiga adalah Mario, Ken, dan Juno hanya dengan mengenali gaya berpakaian mereka dari belakang.

"Kita buntutin, ayo!" ajak Meli.

"Aku nggak ikut!" Anjani menolak.

"Aku pinjemin novel yang baru kubeli kemarin, tapi kamu ikut aku. Gimana?" tawar Meli.

"Oke, deal."

Anjani dan Meli menguntit Mario, Ken, dan Juno dari jarak aman. Juno dan Ken terlihat fokus melihat ke arah nomor masing-masing rumah yang dilewati. Berbeda dengan Mario, beberapa kali dia tampak menengok ke belakang, hingga membuat Anjani dan Meli beberapa kali pula harus bersembunyi di balik tembok, pot besar, atau benda-benda besar lain di dekatnya.

"Belok kanan," kata Mario.

Ken menurut, sedangkan Juno tiba-tiba berhenti. Dia yakin sekali bahwa nomor rumah yang dicari ada di belokan sebelumnya. Perdebatan kecil pun sempat terjadi, hingga akhirnya Ken menuruti Juno. Mario tidak banyak protes, dan menurut saja saat harus berbalik arah.

Pergantian pergerakan Mario, Ken, dan Juno yang tiba-tiba membuat Anjani dan Meli kebingungan mencari tempat bersembunyi. Anjani melihat tong sampah besar yang memungkinkan bagi dia dan Meli untuk bersembunyi di belakangnya. Jeda waktunya begitu singkat. Selesai Anjani dan Meli berjongkok di belakang tong sampah, beberapa detik kemudian Juno, Ken, dan paling belakang ada Mario lewat.

Anjani bersembunyi sambil menahan mulut Meli agar tidak menimbulkan suara aneh karena sempat panik tadi. Setelah trio tampan lewat, Anjani dan Meli keluar, kembali menguntit. Akan tetapi, baru selangkah saja kaki mereka berdua melangkah, tiba-tiba saja tiga sosok yang sedang diikuti berbalik arah. Kaget, panik, dan tak terduga. Sebelum terlambat, Anjani kembali menarik lengan Meli untuk kembali ke tempat persembunyian mereka, di belakang tong sampah.

"Nyesel ngikutin Juno!" kata Ken. Obrolan mereka terdengar dari tempat Anjani dan Meli bersembunyi.

"Maaf, Mas Ken."

Juno dan Ken telah melewati tempat persembunyian Anjani dan Meli. Namun, Mario justru berhenti dua meter dari tempat persembunyian Anjani dan Meli. Bahkan, saat Juno dan Ken sudah belok ke kanan, Mario masih setia berhenti di sana.

Mengintip dari celah tong sampah, Anjani tahu dia akan segera tertangkap. Dia sempatkan menengok ke arah Meli di sebelahnya. Wajah panik sahabatnya itu terlihat jelas. Peluh mengucur di pelipisnya. Meli bahkan menggigit jarinya.

Anjani dan Meli bertahan dengan tak bersuara. Sementara Mario tetap berada di posisinya, diam, sambil melihat lurus ke arah jalan. Beberapa detik berlalu, keadaan masih tetap seperti itu. Hingga kemudian persis di belakang Anjani dan Meli terdengar suara ngeongan begitu keras.

"Miaaw ... miaaw ... miaaw!"

Mario menengok ke arah sumber suara. Tidak berhenti hanya dengan menengok saja, Mario mulai melangkah mendekat. Dan ....

Bersambung ....

1
Surya Hermawan
alenna pacar maro ???
Surya Hermawan
Luar biasa
Indri Hapsari
Yuk follow FB dan IG author 😉
FB : Bintang Aeri
IG : bintang_aeri

Dukung karya author di sana ya 💙
Sandisalbiah
tp aku agak gak suka dgn sifat anjani yg sekarang mudah baperan trus terkesan ngarep banget ama mario.. keknya lebih suka sikap anjani di awal² cerita sih.. tenang-cuek
Indri Hapsari: terima kasih sudah membaca karya pertama saya kak ☺ yuk coba baca yang judulnya PANTAS, semoga suka sama kisah Intan-Devano.. masih 50 bab 😉
total 1 replies
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
like
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
aku mampir kk
tsaqila
Bagus kak cerita nyaa...

Eh, aku juga punya cerita nih guys.

Nggak usah penasaran ya, karena bikin nagih cerita nya🥺
Fitri Marina Sari
Mario..kamu itu penuh dgn mysteri
Fitri Marina Sari
Alhamdulillaahh...q ikutan lega sama seperti anjani
Fitri Marina Sari
Author hebat bgt membolak balikan hatiku.jadi deg2an baca novelnya.lanjuuuttttt
Indri Hapsari: dreg-deg-deg 😳 baca terus sampai di season 2 nya yang lebih greget lagi.. Season 2 kutaruh di judul 'Takdirku Bersamamu'. Enjoy reading kak 😊
total 1 replies
Fitri Marina Sari
sakit tp tdk berdarah
Indri Hapsari: cekit-cekit rasanya di dada 😳
total 1 replies
Ishiba Aoi
semangat thor!
Radin Zakiyah Musbich
aq hadir kembali 🌸🌸🌸

jgn lupa mampir juga di novelku dg judul "My Annoying wife" 🔥🔥🔥

kisah cewe bar bar yang jatuh cinta sama cowo polos 🌸🌸🌸

tinggalkan like and comment ya 🙏🙏
Wichan606
semangat up author.


salam dari Junio Sandreas, jangan lupa mampir ya
Indri Hapsari: lanjut di novel sebelah kak 😁
total 1 replies
Nana chan
Nilaaa🍒
semangat kak
Indri Hapsari: lanjut di novel sebelah kak nila 😉
total 1 replies
👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂
10 like kembali mendarat, semangat terus ya kak!

salam hangat juga dari "Aster Veren". 😊
V᭄ᭃ͢dєͮvͥiͤl₲₲»̶̳͓✧ᴾᴳ ⃫⃟ ⃟⅌
keren🙃
Indri Hapsari: makasih kak vie
lanjut di novel sebelah kak
total 1 replies
Anyle Tiwa
selalu keren
Indri Hapsari: makasih kak
total 1 replies
Asni J Kasim
Next Up kakak. Semangat ngetiknya 💪💪
Indri Hapsari: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!