Saat Istri Terabaikan Berpindah Haluan

Dua jam sudah berlalu, kini Brandon membukakan pintu mobil untuk isterinya kemudian keduanya berjalan beriringan memasuki rumah besar bercat putih itu.

Jelita masih merasakan sakit di bagian tubuh inti juga kepalanya, sebab saat terjatuh dia sempat terbentur sisi ranjang hingga pingsan.

"Jeje!" Tiba di ruang tamu mereka di sambut tatapan menusuk dari wanita paru baya.

"Mi, Mami di sini?" Jelita menyunggingkan senyum manis pada mertuanya akan tetapi wanita itu justru menangkis dengan gurat tudingan padanya.

"Jelas Mami di sini, Mami di sini dari kamu di bawa lari sama tetangga sebelah mu! Apa seenak itu kamu di gendong laki-laki lain? Sampe-sampe ga bisa liat mertua mu hah?!" Sungut Emma.

Deg!

Apa ini? Apakah Mami mertua sedang menuduhnya? Jelita mengernyit protes namun tak bisa mengeluarkan sepatah katapun sekedar untuk membela dirinya, kepalanya saja masih terasa sakit bagaimana bisa mertuanya menyungut seperti itu?

"Mi, Mami kenapa sih marah-marah begini, Jeje baru siuman, biar dia istirahat dulu." Brandon menyela tukasan ibunya.

"Istirahat?" Wanita paru baya itu melepas smirk lalu beralih pada menantunya kembali "Jelas kan dulu padaku Jeje! Apa kau selingkuh? Apa kamu memiliki hubungan dengan tetangga sebelah?" Tanyanya menyudutkan.

"Tentu saja, ..." Belum rampung ucapan Jelita Emma sudah lebih dulu menimpali.

"Aku curiga, jangan-jangan anak dalam kandungan mu itu anaknya!" Emma meledak seketika itu juga, gosip-gosip yang ia dengar dari para tetangga yang barusan di pupuk oleh Shasha membuat wanita itu berangsang tak keruan.

"Mi!" Sentak Brandon melotot, kali ini ucapan ibunya sudah sangat keterlaluan "Tentu saja anak E'den, Jeje ku bukan wanita rendahan seperti itu!" Tegasnya.

Jelita bukan merasa mendapat pembelaan tapi justru kata-kata rendahan yang Brandon ucap lebih menyakitkan baginya.

"Jawab Jeje! Jangan diam saja!" Berang Emma menceku.

"Maaf Mi, tapi Jeje benar-benar tidak ada hubungan apa pun dengan tetangga sebelah selain hubungan pertemanan biasa." Sangkal Jelita.

"Alah, mana ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan? Kalo tidak di dasari rasa ketertarikan!" Sambar Emma.

"Mi!" Brandon membentak ibunya sekali lagi meskipun saat ini dia setuju dengan ucapan ibunya "Sekarang Mami pulang, jangan ikut campur urusan rumah tangga E'den!" Lanjutnya.

Emma menatap tajam putranya "Sebuta itu kah cinta mu pada Jeje, E'den? Sampe-sampe kamu berani mengusir ibu kandung mu sendiri? Ingat E'den secantik apa pun istri mu, tetap surga mu di telapak kaki ibu!" Berang nya.

Kalimat itu lumayan membuat semua orang hening dengan rasa takutnya masing-masing.

"Buktikan padaku Jeje! Kalo bayi yang kamu kandung bukan lah hasil selingkuhan! Kita lakukan tes DNA sekarang juga!" Putus Emma.

"Mami." Jelita baru mulai berani menunjukkan wajah penolakan nya meskipun belum bisa mengutarakan dengan kata-kata.

"Kenapa? Kamu takut? Kamu takut kalo ternyata bayi yang kamu kandung itu anak tetangga sebelah?" Tuding Emma.

Brandon menangkap gurat tak terima pada wajah cantik isterinya dan itu lumayan membuat laki-laki itu mulai tak tenang "Je, apa kamu berani membuktikan nya?"

Deg!

Jelita seperti mendengar gelegar petir di siang bolong melompong mendapati suaminya yang terkesan menudingnya juga, persetan jika orang lain meragukannya, Jelita masih bisa memakluminya akan tetapi terlalu menyakitkan saat orang yang dia anggap sebagai suami juga ikut menghardiknya meski secara tersirat.

"Je, jawab sayang, kamu mau kan membuktikan ke Mami?" Tambah Brandon.

"Untuk apa?" Berang Jelita yang pada akhirnya berani menjawab "Tentu saja aku tidak mau melakukannya!" Lanjutnya tegas.

"Kamu lihat E'den?" Sambung Emma menyambar percakapan mereka "Ini sudah pasti ada apa apanya sama istri mu! Pasti, Mami yakin seribu persen, istri mu selingkuh! Seperti yang di katakan tetangga-tetangga depan mu! Kemarin di acara nujuh bulanan, semua orang melaporkan kelakuan Jeje yang suka main-main ke tetangga sebelah!" Jelas nya.

"Apa benar begitu Jeje!" Brandon menatap tajam isterinya yang masih setia dengan geming nya "Jawab Jeje! Apa benar begitu!" Sudutnya lagi-lagi.

"Sini kamu!" Tak jua mendengar jawaban Brandon menyeret isterinya menaiki anak tangga kemudian mendorong tubuh mungil itu masuk ke dalam kamar sedang Emma membiarkan putranya mengintrogasi menantunya seorang diri.

Brandon menutup pintu kamar lalu tatapan matanya begitu tajam pada isterinya "Sekarang katakan padaku, apa kamu menyukai Dylan?" Tanyanya.

"Tidak ada hubungan lain selain pertemanan." Jawab Jelita.

"Jujur saja Jeje! Tadi saja di rumah sakit kamu menyebut namanya! Sekarang jawab! Apa kamu menyukainya!" Berang Brandon yang untuk pertama kalinya membentak keras wanita itu.

"Sudah ku bilang tidak ada hubungan lain selain pertemanan E'den!" Jelita juga tak kalah memekik.

"Bulsyiittt! Tidak ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan Jeje!" Sanggah Brandon.

Jelita sempat melepas smirk "Lalu, kamu sendiri menganggap ku apa selama ini? Bukankah kita hanya sebatas sahabat saja? Pernikahan kita hanya sebatas penyatuan dua orang yang bersahabat saja, bukan kah begitu E'den?" Tampik nya.

Brandon tersenyum sinis "Sejak kapan kamu berani mempertanyakan status kita?" Tanyanya.

"Oh, apa karena sekarang kamu sudah punya teman laki-laki yang baru? Dia yang kamu bilang tajir melintir itu hah?!" Bentak nya.

"Sekarang apa mau mu?" Jelita sudah lelah dengan sangkalan yang tiada pernah di percaya.

"Buktikan padaku, bahwa anak yang kamu kandung adalah darah daging ku!" Sambung Brandon menuntut.

"Aku tidak mau!" Tolak wanita itu keras.

"Hh!" Lagi-lagi Brandon melepas smirk "Sekarang sudah jelas kamu menutupinya kan?" Tuding nya.

"Aku tidak sedang menutupi nya. Tes DNA di saat hamil beresiko keguguran E'den, dan aku tidak mau itu terjadi! Bagaimana dengan senyum Papi Anson yang akhir akhir ini menghiasi wajahnya, apa kamu rela kehilangan itu?"

Brandon kelu, yang di katakan isterinya memang benar dan juga masuk akal, ada secercah ketenangan ketika mendengar alasan mengapa Jelita menolak tes DNA.

"Aku mau istirahat! Kamu boleh melakukan tes DNA saat bayi ku sudah lahir." Jelita kemudian memasuki selimut, menenggelamkan wajahnya juga di sana.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan ibu hamil itu, ada dentuman keras yang menghantam jantung hatinya, di tuduh, tak di percayai, menjadi goresan luka baru baginya.

"Tuhan, kuatkan aku, jika ini mau mu!"

...🖋️..... Bersambung.....🖋️...