Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Pernikahan
Setelah semua keluarga Smith, Alexander, Aluna dan Rossa makan malam bersama mereka berkumpul diruang tamu. Mereka mendiskusikan rencana pernikahan mulai dari konsep, adat pernikahan mengingat kedua keluarga dari masing-masing pihak memiliki darah asing, resepsi, mahar dan tanggal pernikahan.
Rossa mulai merasa bosan, dia merasa seperti obat nyamuk " kalau bukan karena Aluna, aku tidak sudi berlama-lama duduk melihat pria dingin itu!" Ucap Rossa mendelik ke arah Bryan.
"Ehm, permisi om dan tante. Saya izin ke dapur dulu untuk membersihkan piring kotor." Rossa bangkit dari sofa dan menuju ke dapur.
Aluna menyadari sahabatnya mulai merasa bosan berniat menyusul Rossa ke dapur namun tangannya di tahan Alexandar.
"Aku ke dapur sebentar pa, mau membantu Rossa!"
"Jangan lama-lama, secepatnya kembali. Urusan kita belum selesai."
"Hum."
Di dapur
"Rossa, sini aku bantu!" Ucap Aluna sambil mengambil kain lap dan cairan pembersih untuk mengelap meja makan.
"Ngapain kamu disini, sudah sana kedepan lagi. Biar aku yang menyelesaikan."
"Tapi kamu tamu, tidak seharusnya melakukan ini!" Tolak Rossa.
"Dasar bod*h, kita bersahabat sudah lama. Kenapa kamu masih tidak enakan gitu sih!" Rossa melipat tangan di d*da.
"Sudah sana, kamu menggangguku saja!" Lanjut Rossa.
Aluna mendapat tatapan mengerikan dari Rossa langsung menciut, dia bergegas ke ruang tamu. Saat hendak duduk kembali di sofa....
"Aluna, apakah kamu tidak ingin mengobrol berdua dengan Bryan? Menghabiskan sisa malam ini berdua?" Tanya Reymond.
Alexander menyadari maksud Reymond segera menimpali "benar, sudah sana ajak Bryan duduk di kursi teras. Ajak dia berkeliling melihat koleksi bunga. Daripada kalian disini."
Sebelum Aluna bangkit dari sofa, dia menyampaikan isi hatinya kepada keluarga Smith dan Alexander.
"Hem itu, apakah saya boleh meminta sesuatu untuk pernikahan nanti?" Tanya Aluna ragu-ragu.
"Boleh, kamu mau apa? Honeymoon ke Bali, Lombok atau Bangka Belitung?" Tanya Ayunda.
"Bukan itu tante, saya cuma minta untuk pelaminan nanti semua dekorasinya tolong diberikan warna biru termasuk baju pengantin."
Semua orang yang berada diruang tamu langsung tertawa mendengar permintaan kecil "si calon mempelai wanita".
"Kamu tenang saja Aluna, om pasti akan mengabulkannya. Kebetulan Bryan juga menyukai warna biru dan om pastikan kalian akan sangat bahagia di hari pernikahan nanti."
Aluna segera bangkit dan mengajak Bryan mengikutinya, Bryan mengerti dan mengekori dari belakang.
Di teras rumah
Udara diluar sangat dingin, langit bertabur bintang berkelap kelip dengan begitu indah. Terdapat bulan sabit diatas langit, melengkung dan memancarkan sinar menambah kesan hangat pada malam hari.
"Silahkan duduk mas." Aluna mempersilahkan Bryan.
Bryan hanya diam saja mengikuti Aluna dan duduk dikursi kayu jati berwarna coklat. Disamping Bryan terdapat sebuah pot gantung milik Aluna. Berisikan beberapa tangkai bunga mawar biru warna kesukaan Aluna. Selain mengoleksi tumbuhan hidup, Aluna juga mengoleksi beberapa macam bunga artificial.
Bryan diam-diam memperhatikan semua koleksi tanaman milik Aluna. Mulai dari depan gerbang sampai pot yang menggantung di dekatnya. Ada segurat senyum halus di pipi Bryan.
"Kalau dipikir-pikir, gadis ini lumayan juga. Wajahnya cantik, hidung mancung, kulit putih dan memiliki postur tubuh jauh diatas rata-rata gadis Asia. Dan itu..... Oh Tuhan, kenapa mataku melirik ke arah itu lagi." Gumam Bryan.
Bryan langsung geleng-geleng berusaha untuk menetralkan kembali pikirannya yang sempat terbang ke sebuah dimensi lain, dimensi yang hanya pernah dia dan Aluna tempati. Dimensi yang membuat Bryan merasakan suatu kehangatan dari sentuhan lembut tangan Aluna.
"Mas, apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Aluna cemas. Dia takut Bryan tidak nyaman berada diluar.
"Saya tidak apa-apa. Sejak kapan kamu mengoleksi bunga?" Bryan memulai percakapan.
"Sudah lama, sejak masih SMA. Saya selalu merasa bosan setiap kali pulang kerumah harus bergelut dengan buku dan tugas. Akhirnya saya memutuskan untuk menanam bunga dan untungnya papa setuju."
"Kalau kamu bosan, kan bisa jalan bareng teman-temanmu. Bukan kah yang di dalam itu sahabatmu?"
"Benar, dia sahabat saya. Saya tidak tenang kalau harus meninggalkan papa lama-lama jadi sehabis pulang sekolah lebih baik pulang kerumah dan mengerjakan tugas sekolah."
"Kelak jika kita sudah sah menjadi suami-istri kalau kamu bosan dirumah, pergi saja untuk jalan-jalan. Asalkan ketika saya sudah pulang kerja, kamu sudah ada dirumah. Saya tidak ingin mengekangmu apalagi menjadikanmu tawanan. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau, pergi dengan siapapun terserah asal kamu tidak mencampuri urusan pribadi saya!"
"Kamu masih ingat kan perjanjian pra nikah kita?" Lanjut Bryan.
Ada rasa menyesal pada diri Bryan setelah mengatakan itu namun dia tidak mengetahui alasannya apa.
Sementara Aluna, awalnya dia tersanjung mendengar kata "suami-istri". Dalam benaknya dia akan membina rumah tangga dengan penuh cinta dan kebahagiaan namun khayalan itu tiba-tiba musnah tatkala Bryan mengungkit perjanjian pra nikah yang mereka tanda tangani sebelumnya.
"Saya tidak lupa mas. Mas tenang saja ketika kita menikah, saya tidak akan mencampuri urusan pribadi mas. Kalau perlu jika kita bertemu diluar tanpa sengaja, saya akan berpura-pura tidak mengenali mas. Apakah mas puas?" Tanya Aluna kesal.
"Bod*h, kenapa rasanya hatiku sakit ketika dia mengungkit perjanjian pra nikah itu?" Tanya Aluna dalam hati.
Dua puluh menit berlalu dengan cepat, antara Aluna dan Bryan tidak terjadi percakapan apa-apa lagi setelah mereka mengungkit perjanjian pra nikah.
Dari dalam, Shera meminta Aluna dan Bryan untuk masuk. Mereka sudah selesai mendiskusikan rencana pernikahan antara Aluna dan Bryan.
"Aluna, om dan papa mu sudah menentukan tanggal pernikahan kalian. Pernikahan kalian akan diadakan satu bulan lagi dari sekarang. Kami memilih hari sabtu untuk akad nikah dan minggu untuk resepsi. Jadi malam hari setelah akad nikah, kamu dan Bryan akan langsung menuju hotel agar esok hari bisa mempersiapkan stamina untuk menjamu para tamu undangan."
"Akad nikah akan dilangsungkan pagi hari. Rencananya, papa ingin mengadakan acara kecil-kecilan disini untuk para tetangga dan saudara almarhumah mama mu dari Yogyakarta."
"Kalian setuju kan dengan rencana kami?" Tanya Ayunda.
"Setuju." Jawab Aluna dan Bryan bersamaan.
"Untuk berkas-berkas pernikahan om akan meminta bantuan orang untuk mengurusnya agar tidak mengganggu kegiatan kuliah dan pekerjaan Bryan."
"Satu minggu sebelum pernikahan, sebaiknya kalian tidak melakukan aktifitas dulu. Persiapkan mental dan stamina." Pinta Reymond.
Aluna dan Bryan setuju
"Untuk honeymoon, kamu mau kemana Aluna? Mommy akan membelikan tiket sebulan penuh untuk kalian. Mommy sudah tak sabar ingin menggendong cucu dari kalian."
...blush...
Aluna dan Bryan menunduk. Mereka berusaha menyembunyikan wajah karena merasa malu.
Alexander dan Reymond hanya tertawa.
"Benar, aku juga sudah tidak sabar ingin menggendong keponakan." Ucap Shera.
"Berisik anak kecil!" Ucap Bryan kesal.
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan