Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.
Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.
Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?
Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?
Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 PENYESALAN
(POV WINDU)
Windu tercenung di dalam kamarnya yang luas itu, tanpa sadar memegang dadanya dan merasakan jantungnya yang kini berdegup seolah lebih keras dari biasanya.
Rasa bersalah atas sikap kasarnya kepada Dara seperti sebuah godam, membuatnya hampir sesak bernafas.
Dia hampir saja membuat satu kesalahan besar dalam hidupnya, yang mungkin tak termaafkan.
Helaan nafas panjangnya, berusaha menenangkan fikirannya yang tak menentu.
Dia bahkan tak tahu, setragis itulah kehidupan Dara selama ini.
Pantas saja mama begitu dekat dengan bi Darsih, pengasuhnya yang baik itu. Perempuan baik yang ramah dan tak pernah mau di belikan rumah maupun segala jenis harta oleh orangtuanya. Dia hanya mau tinggal mengasuh Windu dan mengabdi pada keluarga mereka.
Sedikit demi sedikit ingatannya menyeruak ke masa lalu, Dara dibesarkan di pavilliun belakang, membaur di sana bersama para pembantu yang lain. Ketika beranjak memasuki usia sekolah, bi Darsih pulang membawa Dara kembali ke kampung halaman mereka.
Bertahun-tahun kemudian, bi Darsih tiba-tiba datang lagi, setelah dijemput mama Windu, tapi Dara memilih tinggal dengan neneknya di kampung.
Pada Saat Dara kelas tiga SMA, Windu mendengar nenek Dara meninggal dunia karena usia tua, dalam perawatan sang cucu.
Dan 3 tahun yang lalu, Dara di bawa kembali ke rumah ini, sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik.
Windu tak bisa memungkiri, dia terpesona saat pertama kali bertemu dengan Dara, tapi saat itu dia sudah berpacaran dengan Novi. Sungguh aneh, saat tiba-tiba tertarik dengan seseorang pada saat kita memiliki hubungan dengan orang lain.
Tapi perasaannya pada Novi yang diawalinya dari pertemanan, sampai menjadi kekasih, sungguh berbeda dengan perasaannya saat melihat Dara. Ada desir aneh yang berbeda.
Dulu, dia mengira menyukai kedekatannya dengan Novi, kekasihnya yang perpect itu sebagai perasaan cinta. Tapi setelah mengenal Dara yang baru, dia meragukan semuanya.
Darahnya terasa hangat, dan ribuan semut terasa mengerubungi jantungnya jika terlalu lama di dekatnya. Dia adalah kesayangan mama, mustahil Windu bersikap kurang ajar padanya!
Dengan keyakinan penuh Windu menepis perasaan aneh yang tiba-tiba muncul itu. Untuk menekan perasaan itu Windu berusaha menghindari jika harus berurusan dengan Dara, karena kadang ada getar yang menjalar tak di sadarinya.
Windu orang yang setia, yang hanya yakin dengan satu cinta, karena itulah dia fokus pada hubungannya dengan Novi. Sikap dingin dan arogannya sedikit banyak karena menutupi kelemahannya yang kadang menjadi sedikit berlebihan di depan anak yang selalu di patrinya di sebagian otaknya sebagai anak pembantu itu.
Dia telah berjanji akan menikahi Novi dan dia tak pernah ingin mengkhianati gadis yang telah dipacari dari SMA itu, meskipun mamanya tidak merestui hubungan mereka. Novi adalah teman dan kekasih yang baik, tak pantas menerima sikap yang tidak adil.
Puncak segalanya, saat dia harus menikahi Dara dan semua aset serta harta mama di wariskan kepada gadis itu.
Akhirnya Windu mempunyai alasan untuk membuang rasa tertariknya pada Dara.
Perempuan itu diperlakukannya seperti penyihir, semua hal kasar dan ucapan jahat dikeluarkannya, berharap gadis lugu itu menyingkir dari hidupnya dan tak lagi mempengaruhi fikirannya.
Malam pertama yang jahat itu, hampir tak bisa dilakukannya, karena sesungguhnya dia tak akan mungkin melakukannya jika tidak mempunyai gairah, andai harus jujur diapun menginginkannya.
Dia tak bisa berbohong, dia menyukai Dara meski kebengisan yang ditampilkannya.
Dan setan apa yang merasukinya, rasa gengsi membuatnya memperlakukan gadis itu dengan begitu jahat di malam pertama mereka.
Tapi, setiap sandiwara kadang selalu punya cela, pada malam berikutnya dia tak bisa menahan dirinya, yang setengah mabuk untuk memeluk Dara.
Dia mencumbu gadis yang pasrah itu dengan segenap perasaannya, dan saat dia menyadari Dara sama sekali tak merespon cumbuannya itu, dia malah meneruskannya tanpa perduli Dara menyukainya atau tidak.
Ketika semua hasrat itu selesai, tak ada yang berubah, dia menikmati bersama Dara bukan karena melihatnya sebagai sosok Novi.
Sayangnya, gadis itu sama sekali tak menampakkan dia bahagia, kecuali keterpaksaan, Windu merutuk dirinya sendiri telah memaksa seorang gadis yang tak tahu apa-apa itu untuk menuruti semua wasiat aneh sang mama.
Karena itulah, dia memanggil nama Novi, untuk membuat Dara menyadari, dia tidak salah, Windulah yang bertindak begitu keterlaluan.
Setelah itu, Dara menjadi begitu acuh dan dingin, bahkan saat dia bermaksud membawanya ke kamarnya untuk bertanya apa yang mereka alami malam itu, tapi sayang dia orang bodoh yang tak bisa menyampaikan isi hati ketika berada di depan Dara.
Akhirnya, perceraian mungkin memang jalan yang terbaik, dia harus kembali kepada Novi dan Dara bebas dari dirinya yang egois.
Mengatasnamakan Novi sebagai tameng perceraian memang terlalu jahat, tapi hanya itulah yang bisa dilakukannya daripada melihat wajah ketakutan Dara sepanjang hari melihat dirinya.
Hari ini surat mama, membuatnya berfikir ratusan kali. Dara mungkin memang adalah takdirnya. Sayangnya, gadis itu telah membencinya sampai ke tulang-tulangnya karena setiap sikap kasar dan ucapan-ucapan jahatnya.
Windu bersumpah dalam hati, menyesali semuanya setiap selesai melakukannya karena itulah selama ini dia lebih banyak menghindar dari Dara, berpura-pura sibuk dan mengasingkan dirinya di apartemen milik keluarganya supaya tidak sering bertemu Dara.
Sebagai laki-laki, Windu merasa dirinya begitu labil dan menyedihkan, pengecut dan tak tahu diri.
Sekarang, bisakah dia meminta maaf kepada Dara?
Sesaat ingatannya melayang pada Novi, yang juga telah dengan keras menolaknya.
Dia ingat sehari sebelum resepsi pernikahannya dengan Dara, dia menunggu Novi hampir sepanjang sore di depan apartemen kekasihnya itu.
Semua nomor HPnya telah di blokir Novi kettika tahu dia telah mengucapkan ijab qobul dengan Dara pada saat hari mamanya meninggal.
"Kenapa kamu datang kemari?" Novi menatapnya dengan tajam saat melihat Windu berdiri di depan lobby apartemen.
"Aku hanya ingin bicara denganmu." Windu berucap dengan nada bersalah, dia hampir tak sanggup menatap wajah gadis yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan.
"Tak ada yang perlu kita bicarakan!" Betapa ketus bibir Novi saat mengucapkan kalimat yang sarat kekecewaan itu.
"Nov, aku minta maaf..."
"Tidak perlu minta maaf, Win...tak ada gunanya lagi." Windu menyusul Novi yang berjalan cepat menuju pintu kamarnya, seolah benar-benar tak ingin berbicara lagi.
"Nov..."
"Pulanglah...!"Novi mengusirnya tapi air matanya turun dari ujung matanya, Windu mengenal Novi dengan baik, sebagai gadis yang keras dia tidak akan menangis di depan Windu.
(Sikap yang terlalu arogan bisa membuat salah paham berlebihan nanti bisa berakibat fatal, mau minta maafnya susah apalagi kalau sudah membuat orang terluka😅 Windu akan menjalani pelajaran hidup yang sulit karena sikap tak tegasnya atau karena perasaannya yang labil itu😂 Yuk, kita simak kisah cinta mereka yang penuh liku😅)
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
Terimakasih
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏