Reno yang berniat meneruskan kuliah S2 di kota harus terpaksa menikahi anak saudara jauh dari ayahnya.
Reno terpaksa menikah karena wasiat ayahnya yang sudah meninggal.Rianti yang anak yatim piatu harus menuruti kemauan ibu Ningrum untuk menikahkannya dengan anaknya Reno.
Reno yang merasa tidak menginginkan pernikahan itu,selalu mengabaikan Rianti,dan tak pernah pulang ke rumahnya.
Ibu Ningrum yang mengetahui kelakuan anaknya sampai marah hingga membuat siasat agar Reno bisa tidur dengan Rianti.
Apakah yang di lakukan ibu Ningrum?
Bagaimana setelah Rianti mempunyai anak,apakah Reno berubah?
Yuk,kepoin ceritanya yah...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Mencari Tahu
Setelah pertemuannya kemarin dengan Rianti ke tokonya,Panji semakin penasaran dengan Rianti.Dia kadang sering ke rumah Reno tapi rumah sepi.
Sedangkan Reno pulang masih lama,dia ingat jika Rianti bekerja di toko roti seberang jalan depan rumah Reno.
Panji akan ke toko roti siang nanti karena mungkin dia tidak akan bertemu.
_
Rianti yang sibuk dengan cucian bekas membuat kue ulang tahun,karena kebetulan hari ini ada yang memesan kue ulang tahun yang sangat besar serta kue-kue kecil yang akan di bagikan pada para undangan begitu kata pemesannya.
"Rianti,biasa ya kita nanti kirim pesanan kue."kata Udin menghampiri Rianti yang sedang mencuci.
"Pakai mobil ngga bang?"tanya Rianti yang masih mencuci.
"Sebentar,saya tanya bu Sri dulu.Apa ada pesanan lainnya yang harus di kirim."lalu Udin berlalu dari tempat Rianti bekerja.
Tak berapa lama,Udin kembali lagi.
"Ternyata ada tiga tempat yang harus di kirim.Berarti kita naik mobil.Memang kenapa kalau naik mobil?"tanya Udin pada Rianti.
"Mau bawa Raka juga,ngga enak di titipin terus sama mba Susan."jawab Rianti.
"Susan juga ngga apa-apa kali di titipin Raka,lagian dia ngga rewel."
"Ya ngga enak aja bang,udah di kasih kelonggaran kerja santai terus masa harus ngerepotin lagi.Lagi pula saya pengen ajak Raka jalan-jalan juga."ucap Rianti beralasan.
Dia bukan tidak nyaman,hanya tidak enak hati kalau terus-terusan nitip anaknya.Kalau di titipin terus menerus orang akan merasa jenuh juga,seolah memanfaatkan kebaikan orang yang sering di titipin.
"Ya udah terserah kamu aja."kata Udin akhirnya.
"Tapi,bang Udin ngga apa-apa kan kalau saya bawa Raka?"tanya Rianti ragu.
"Ngga apa-apa.Ya udah saya mau masukin kue-kue dulu ke mobil."lalu Udin berlalu dari hadapan Rianti.
Rianti memandang Udin sampai Udin menghilang,kemudian dia melanjutkan acara mencucinya.Hanya tinggal beberapa lagi yang harus di cuci.
_
*****
_
Siang ini Panji sengaja datang ke rumah Reno.Dia ingin memastikan apakah memang benar Rianti bekerja di toko roti yang jadi pemasok tokonya.
Dia mengetuk pintu,tak ada jawaban.Sekali lagi dia mengetuk,masih tidak ada jawaban.
Lalu Panji berinisiatif ke toko roti di seberang jalan.Dia berjalan menyeberang lalu berbelok ke bangunan yang tidak begitu besar karena memang bangunan itu seperti rumah sama dengan rumah kompleks di sini,hanya banyak yang di renovasi untuk di jadikan toko.
Masuk ke dalam toko,Panji di sambut oleh Susan dengan ramah.Matanya berkeliling mencari seseorang,namun tidak ada di sana.
Susan yang menyambut Panji jadi heran,apa yang di cari pelanggan ini,pikir Susan.
"Selamat siang pak,anda mau membeli kue atau roti kami?Di sini juga menawarkan makan di sini dengan menyediaka teh hangat sebagai teman makan roti kami."ucap Susan panjang lebar.
Panji tampak berpikir,boleh juga makan roti di sini.Sekalian tanya-tanya tentang Rianti.
"Boleh mba,saya pesan kue dan makan di sini."ucap Panji.
"Mari silakan ke etalase untuk melihat dan memilih kue yang akan anda beli.Mungkin juga bisa untuk di bawa pulang."
Panji menyusuri tiap etalase yang memajang berbagai macam roti dan kue.Lalu dia menunjuk salah satu kue blackforest dan roti isi daging cincang.
Rina yang jadi pelayan di sana pun mengambilkan kue yang di maksud.Sementara Susan membawa teh hangat yang memang di sediakan bagi pelanggan yang makan si tempat.
Panji duduk di meja yang hanya satu pasang saling berhadapan.Dia duduk sambil menatap kue yang audah ada di hadapannya.Sangat menggugah selera.
"Selamat menikmati kue kami."ucap Susan dan setelahnya dia berlalu.
Sebelum jauh,Panji memanggil Susan yang belum jauh dari hadapannya.
"Mba sebentar?"kata Panji.
Susan menoleh dan berbalik.
"Ada apa pak,apa ada yang di butuhkan lagi?"tanya Susan penasaran.
"Mm,,,saya mau tanya.Apa benar di sini ada karyawan bernama Rianti?"tanya Panji ragu,walau dia sudah tahu dari Rianti kemarin.Dia tetap menanyakan untuk meyakinkan saja.
Susan yang di tanya jadi heran,dia siapa?Kok bisa tanya Rianti segala?Setahu Susan Rianti tidak kenal siapapun di kota ini.
"Mba dengar saya?"tanya Panji lagi.
"Oh maaf,anda siapa?"Susan balik bertanya.
"Mm..saya kebetulan pernah ketemu Rianti dan katanya dia bekerja di sini.Apa benar mba?"
"Ada,tapi dia di bagian dapur."jawab Susan.
"Apa bisa saya ketemu,maaf kalau dia memang sedang sibuk di dapur saya akan tunggu."
"Kebetulan hari ini dia sedang keluar mengantar pesanan.Apa anda ada perlu sama Rianti?"tanya Susan formal juga semakin penasaran.Apa hubungannya Rianti dan orang tersebut.
"Jam berapa dia pulang?Mungkin saya bisa tunggu."
"Saya belum tahu.Biasanya sih sore menjelang toko tutup."ucap Susan lagi.
"Ya sudah,kalau begitu saya tunggu aja.Sambil makan kue juga."kata Panji.
Susan berlalu dari hadapan Panji,dia masih penasaran ada hubungan apa laki-laki itu sama Rianti.
Sampai sore menjelang Rianti belum juga datang.Panji sampai gelisah,hingga akhirnya dia pergi dari toko itu.Mungkin siang ini belum bisa bertemu.
Dan ketika Panji sudah pergi meninggalkan toko,tak berapa lama Rianti datang dengan Udin.Dia terlihat sangat gembira hari ini.Di tangan anaknya ada mainan yang jika di goyangkan bisa berbunyi,Rianti memainkan mainan itu dan anaknya tertawa.
"Bang Udin,makasih ya mainanya.Raka sangat senang nih kelihatannya."ucap Rianti.Udin hanya tersenyum,dia senang jika Rianti senang.
Susan yang sejak tadi hanya melirik Rianti masih belum bisa menghampiri Rianti karena ada palanggan yang harus di layani.Baru setelah selesai,dia menghampiri Rianti dan ikut memainkan mainan sehingga Raka ikut tertawa.
"Rianti,kok lama pulangnya?"tanya Susan pada Rianti.
"Iya mba,tadi ngirimnya di tiga tempat jauh-jauh lagi tempatnya.Dan sekalian mampir di toko mainan bang Udinnya beli mainan buat Raka."ujar Rianti.
"Eh tadi ada yang nyariin kamu."kata Susan.
"Siapa mba?"tanya Rianti penasaran.
"Laki-laki,kayaknya penting banget sama kamu sampai dia nungguin kamu di sini."
"Siapa ya?Saya ngga punya teman laki-laki selain bang Udin di sini.Teman saya juga adanya di sini juga."kata Rianti bergumam sendiri.
"Kamu beneran ngga kenal orang itu?"Rianti menggeleng.
"Apa mas Reno ya?Ah,tapi ngga mungkin mas Reno nyariin."Rianti masih bingung siapa yang mencarinya.
"Ya sudah,jangan di pikirin.Kalau orang itu memang benar ada kepentingan sama kamu,nanti juga dia cari kamu lagi.Tapi beneran kamu ngga tahu?"
"Ngga mba,beneran.Yang saya tahu itu laki-laki ya cuma bang Udin dan mas Reno."ucap Rianti pelan.
"Ya sudah,sini Raka biar saya gendong.Kamu ke belakang lagi aja,selesaikan kerjaan kamu."lalu Susan mengambil Raka dari gendongan Rianti.
Di belakang,Rianti masih bingung dan penasaran siapa laki-laki yang mencarinya sampai ke toko.Dia masih saja berpikir,dan tetap saja tidak menemukan siapa yang mencarinya tadi.
Udin yang baru masuk ke belakang melihat Rianti sedang melamun,sesekali meyipitkan matanya tampak penasaran dengan tingkah Rianti.Dia mendekati Rianti dan menegurnya.
"Rianti,kamu.kenapa?"tanya Udin
"Eh,bang Udin bikin kaget aja."
"Kamu bekerja kok sambil ngelamun,mana lagi mata kamu kaya gitu."
"Kaya gitu gimana bang?"
"Kaya gini nih."Udin menirukan gaya Rianti tadi dan menambahkan macam-maca gaya lainnya,seperti badut sehingga Rianti tertawa lebar.
"Hahaha....bang Udin lucu.Masa saya sampai begitu.hahaha...!"
Ibu Sri yang baru keluar dari ruangannya melihat Rianti tertawa keras hanya tersenyum.Dia senang melihat Rianti seperti itu.
Ketika Rianti membalikkan badannya karena merasa geli dengan tingkah Udin yang masih seperti itu,dia melihat bu Sri menatapnya.Tiba-tiba Rianti berhenti tertawa dan menutup mulutnya.Udin ikut menengok ke arah bu Sri dan berhenti menggoda Rianti.
"Maaf bu."kata Rianti sambil menundukkan kepala.
Ibu Sri hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala,lalu dia pergi dari dapur.Rianti masih tersenyum.
"Udahlah bang,jangan ganggu saya lagi."
"Siapa yang ganggu kamu?"lalu Udin berlalu meninggalkan Rianti.
Rianti memanyunkan bibirnya,kesal dengan ucapan Udin,kemudian dia melanjutkan pekerjaannya lagi.
_
"Mba Susan ngga langusng pulang?"tanya Rianti yang sudah siap-siap untuk pulang.
"Iya nih,kata bu Sri saya pulangnya nanti.Mau di ajak belanja bahan sama bang Udin juga."kata Susan.
"Ya udah mba,saya pulang dulu yah."pamit Rianti.
"Iya,hati-hati nyeberangnya."Susan mengingatkan seperti mengatakan pada anak kecil,Rianti hanya mengacungkan jempol.
Lalu dia pergi meninggalkan Susan dan langsung menyeberang jalan yang tidak begitu ramai kendaraan.
Sampai di halaman rumah,dia melihat ada seorang laki-laki yang duduk di kursi sambil menundukkan wajah memainkan ponselnya.
Rianti melangkah ragu untuk masuk ke dalam rumah,semakin dekat Rianti tertegun melihat siapa di sana...
"Rianti..."
_
_
*****(@@***@@)*****