NovelToon NovelToon
CEO'S Legal Wife

CEO'S Legal Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: salza

Leora Alinje, istri sah dari seorang CEO tampan dan konglomerat terkenal. Pernikahan yang lahir bukan dari cinta, melainkan dari perjanjian orang tua. Di awal, Leora dianggap tidak penting dan tidak diinginkan. Namun dengan ketenangannya, kecerdasannya, dan martabat yang ia jaga, Leora perlahan membuktikan bahwa ia memang pantas berdiri di samping pria itu, bukan karena perjanjian keluarga, tetapi karena dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Pagi itu, Leonard Alastair sudah berdandan rapi seperti biasanya—setelan hitam yang pas, dasi terikat presisi, dan aura dingin yang tidak pernah berubah. Ia membuka pintu kamar, siap pergi ke kantor seperti rutinitasnya.

Namun dua penjaga pribadi yang berjaga di depan kamar langsung menunduk.

Salah satu dari mereka berkata,

“Tuan Leonard, hari ini Anda diizinkan untuk tidak masuk kantor terlebih dahulu. Tuan Presdir Lee meminta Anda tetap berada di kediaman karena ada pertemuan penting.”

Leonard menghentikan langkah. Tatapannya menusuk.

“Pertemuan penting?” suaranya datar namun tidak senang.

“Ada yang lebih penting dari klien yang sudah menunggu di perusahaan?”

Penjaga itu tampak tegang, namun tetap menjawab,

“Kami hanya menyampaikan perintah, Tuan. Selain itu… Tuan Presdir Lee meminta Anda bersiap menyambut tamu pagi ini.”

Leonard menghela napas pendek—lebih mirip tawa dingin yang tertahan.

“Tamu, hm..”

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia langsung berjalan melewati mereka dan menuruni tangga besar.

Di lantai bawah, suasana jauh lebih sibuk dari biasanya.

Para pembantu mondar-mandir membawa piring dan peralatan makan perak. Di tengah keramaian itu, berdiri seorang perempuan elegan dengan rambut disanggul rapi—Nyonya Minjae, ibunya.

Ia sedang memberi arahan pada para pembantu agar penataan meja makan tampak sempurna.

Leonard mendekat, alisnya sedikit berkerut.

“Ibu.”

Nyonya Minjae menoleh, tersenyum lembut yang kontras dengan ekspresi dingin putranya.

“Pagi, Leonard. Kamu sudah siap menyambut tamu?”

Leonard memandang sekeliling lalu bertanya,

“Aku tidak melihat Ayah. Dia di mana?”

Nyonya Minjae menaruh serbet yang sedang ia rapikan, lalu menjawab tenang,

“Ayahmu sedang bersiap di kamar. Katanya, tamu kali ini tidak boleh disambut sembarangan.”

Leonard terdiam sesaat.

“Sehebat apa tamu ini sampai Ayah repot seperti itu?”

Namun sebelum Nyonya Minjae sempat menjawab…

Bel panjang dari pintu utama berbunyi—keras, jelas, dan mengisi seluruh ruangan.

Tamu itu akhirnya tiba.

Pintu gerbang utama kediaman Alastair terbuka perlahan ketika mobil hitam elegan berhenti tepat di depan karpet merah. Para pelayan segera berbaris, siap menyambut tamu istimewa yang baru tiba.

Begitu pintu mobil terbuka, Damian turun dengan langkah tenang. Setelan hitamnya rapi, auranya berkelas, dan caranya membawa diri membuat beberapa tamu yang sedang berada di halaman langsung berbisik-bisik pelan.

Dari jauh, Leonard—yang sedang berdiri di sisi dalam pintu besar—menoleh ketika mendengar desis pelan para tamu.

Tatapannya langsung tertuju pada sosok pria yang baru turun dari mobil itu.

…Apakah itu Tuan Damian? Pemilik Damian Group?

Leonard membatin, matanya sedikit menyipit.

Ia tidak menyangka auranya akan sekuat itu.

Bahkan sebelum Damian melangkah masuk, beberapa tamu di sekitar halaman sudah memberikan penghormatan kecil.

“Selamat datang, Tuan Damian.”

“Suatu kehormatan Anda hadir malam ini.”

Damian hanya mengangguk sopan, tetap menjaga sikap tenang tanpa banyak bicara.

Pelayan utama membungkuk dalam.

“Silakan masuk, Tuan. Acara telah menanti Anda.”

Leonard diam, memperhatikan tamu penting itu berjalan melewati pintu emas yang menjulang—masih mencoba menilai karakter Damian dari cara jalannya yang mantap dan ekspresi yang tenang.

Namun sebelum ia sempat memikirkan lebih jauh…

Langkah lain terdengar dari belakang Damian.

Leora muncul.

Gaun biru lembutnya memantulkan cahaya chandelier, membuat beberapa tamu wanita menoleh sejenak karena warnanya begitu lembut namun mencuri perhatian.

Begitu Leora menginjakkan kaki di ambang pintu, matanya langsung membesar.

Ia terjengang.

Aula utama kediaman Leonard begitu luas dan mewah—dua kali lebih besar dan lebih glamor daripada rumahnya sendiri.

Chandelier raksasa menggantung seperti hujan kristal.

Dinding-dinding berkilau emas, lantainya marmer hitam yang memantulkan setiap cahaya.

Segalanya tampak… berlebihan, tapi indah.

Leora sampai tidak sadar bahwa ia berhenti langkah sesaat karena terpukau.

Damian menoleh sedikit, menyadari keterlambatannya.

Leora buru-buru melanjutkan langkah, namun pipinya memerah malu.

Para tamu yang berada di dekat pintu langsung menyambut mereka dengan sopan, menganggap kedatangan Damian dan Leora sebagai kehormatan tersendiri.

“Tuan Damian, silakan.”

“Nona, selamat datang.”

Leora membalasnya dengan senyum kecil, masih menyembunyikan rasa takjubnya.

Leonard tidak berhenti memperhatikan.

Pertama Damian, lalu Leora.

Begitu Damian melangkah melewati pintu emas yang menjulang tinggi, Nyonya Minjae segera melangkah ke arahnya. Dengan senyum hangat, ia menjabat tangan Damian, suaranya lembut namun tegas:

“Selamat pagi, Tuan Damian. Selamat datang di kediaman Alastair.”

Damian membalas jabat tangan itu dengan anggukan sopan, tetap menjaga sikap tenang.

Tatapan Nyonya Minjae langsung jatuh pada Leora, yang berdiri beberapa langkah di belakang dengan gaun biru lembutnya.

Leora hanya tersenyum kecil dan mengangguk sopan, menjaga kesan tenang.

Setelah itu, Nyonya Minjae melangkah mendekati Leora. Dengan lembut, ia menggenggam tangan gadis itu.

“Leora Alinje?” tanyanya sambil tersenyum, nada suaranya penuh kehangatan namun ada sedikit keheranan yang terselip.

Leora sedikit terkejut, tapi membalasnya dengan sopan.

“Ternyata… kamu jauh lebih cantik dari yang saya bayangkan,” kata Nyonya Minjae sambil tersenyum hangat.

Leora tersipu, menunduk sebentar, lalu mengangkat wajahnya kembali dan membalas, “Terima kasih, Nyonya Minjae.”

Sementara itu, Leonard tetap diam mematung. Matanya masih menatap setiap gerak-gerik mereka, mencoba menilai suasana, dan mungkin… menilai Leora tanpa diketahui siapa pun.

Beberapa tamu yang berdiri di aula tak sengaja menoleh ke arah Leonard. Mereka melihat Leonard, berdiri mematung, tatapannya fokus pada Leora dan Damian, seakan tidak melihat siapa pun di sekitarnya.

Bisik-bisik pelan terdengar di antara tamu-tamu itu, beberapa menahan senyum karena ekspresi serius Leonard terlihat agak… menegangkan.

Namun Leonard cepat menyadari bahwa beberapa pembantunya dan tamu melihatnya. Alisnya sedikit mengerut, dan rona marah tipis muncul di wajahnya—meski suaranya tetap pelan dan terkendali.

“Ngapain lihat-lihat begitu?” katanya, suaranya datar tapi tajam. “Sana bersih-bersih, sana atur-atur apa pun yang perlu diatur.”

Para pembantu yang tersentak langsung menunduk lebih dalam, bergerak cepat menata ulang piring perak, gelas, dan bunga segar. Tamu-tamu yang melihat hanya bisa tersenyum tipis, merasa sedikit canggung tapi tetap menjaga sopan santun.

Leonard menarik napas pendek, lalu kembali menatap Damian dan Leora. Ekspresinya tetap dingin, tapi matanya tajam, menandakan bahwa setiap gerak-gerik di aula ini tidak luput dari perhatiannya.

Dari arah tangga utama, langkah mantap terdengar. Presdir Lee muncul, mengenakan setelan formal yang rapi, dasi terikat presisi, senyum lebar menghiasi wajahnya. Aura ramah dan penuh wibawa langsung terasa begitu ia memasuki aula.

Ia tertawa hangat begitu melihat Damian. Suara itu memenuhi ruangan, membuat beberapa tamu yang masih menata posisi menoleh.

“Selamat datang, sahabatku, di kediamanku!” katanya dengan nada bersahabat. “Sudah lama kita tidak bertemu.”

Damian tersenyum sopan, membalas dengan anggukan. “Benar, Lee. Senang bisa datang pagi ini.”

Presdir Lee melangkah lebih dekat, menepuk bahu Damian dengan ramah. “Ah, kau terlihat lebih gagah dari terakhir kita bertemu. Aku penasaran dengan kabar semua bisnismu.”

Damian tersenyum tipis. “Semua berjalan lancar, Lee. Terima kasih atas perhatianmu.”

Sementara itu, Leonard tetap diam di tangga, matanya tidak lepas dari setiap gerak Damian. Saat Presdir Lee mendekat ke Damian, Leonard mengikuti langkah mereka, berjalan sedikit ke depan sambil tetap mematung—seolah memastikan setiap interaksi tidak luput dari penglihatannya.

Para tamu yang melihat kombinasi ketiga sosok itu—Presdir Lee yang hangat, Damian yang tenang, dan Leonard yang dingin tapi menonjol—merasa suasana pagi itu menjadi tegang .

Setelah semua duduk di meja tamu, Presdir Lee membuka percakapan dengan nada ringan tapi tegas:

“Jadi, Damian… alasan aku memintamu datang pagi ini cukup penting. Ini terkait dengan perjanjian lama yang sudah dibicarakan beberapa puluh tahun lalu.”

Damian menatap Presdir Lee sejenak. Dalam hati, ia langsung mengerti maksudnya. Tak perlu kata-kata lebih banyak, tatapannya sudah menunjukkan bahwa ia memahami konteks perjanjian yang dimaksud.

Presdir Lee melanjutkan:

“Perjanjian pernikahan itu. Sudah waktunya kita membahasnya lebih serius, dan secepatnya akan dilaksanakan sesuai rencana awal.”

Leonard tetap duduk dengan tubuh tegap, matanya fokus. Ekspresinya dingin tapi serius, menandakan bahwa ia menyadari pentingnya pembicaraan ini.

Nyonya Minjae menundukkan kepala sedikit, menatap Leora dan Damian, memberi isyarat agar mereka menghargai suasana serius ini.

Leora menunduk, pipinya sedikit memerah, hatinya berdebar. Ia tidak tahu harus berkomentar apa, tapi sadar bahwa pertemuan ini bukan sekadar formalitas biasa.

Damian tetap tenang, menahan ekspresi apapun yang bisa melemahkan wibawanya. Suaranya rendah dan tegas ketika akhirnya berbicara:

“Baik… jika ini memang waktu yang tepat, mari kita selesaikan urusan ini dengan sebaik-baiknya.”

Presdir Lee membuka berkas di atas meja.

“Ini rincian pembiayaan pernikahan kalian, Damian. Totalnya… miliaran rupiah. Semua sudah diperhitungkan dengan sangat detail.”

Damian mengangkat alis, tersenyum tipis, dan mencondongkan badan sedikit.

“Oke, ini… tidak seberapa. Aku setuju, Lee. Tidak perlu dipikirkan terlalu rumit.”

Presdir Lee tertawa pelan.

“Hahaha, aku tahu kau akan berkata begitu. Banyak orang akan panik begitu melihat angka ini, mulai menghitung ulang atau debat sana-sini. Tapi kau tetap tenang.”

Damian mengangguk pelan, menatap langsung ke arah Presdir Lee.

“Angka hanyalah angka. Yang penting semuanya berjalan sesuai rencana, dan kita tahu apa yang harus dilakukan. Jadi aku setuju, Lee. Santai saja.”

Presdir Lee menepuk meja ringan, tampak senang.

“Bagus! Aku senang kau masih bisa menghadapi hal seperti ini dengan kepala dingin. Itu yang membuat semuanya lebih mudah. Banyak orang akan terseret oleh detail kecil, tapi kau tetap fokus.”

Damian tersenyum tipis, matanya menoleh sebentar ke arah Leonard, lalu kembali ke Presdir Lee.

“Persis. Lagipula, pernikahan ini bukan soal uang semata, kan? Semuanya akan beres, seperti yang kita rencanakan dulu.”

Presdir Lee mengangguk setuju, lalu tersenyum.

“Benar. Yang penting semuanya jelas, tidak ada yang terburu-buru, dan semua pihak mengerti posisinya masing-masing. Aku senang kau tetap bisa melihat inti dari semua ini.”

Presdir Lee menutup berkas dengan rapi dan menatap semua yang hadir di meja tamu.

“Baik, sekarang kita masuk ke pembahasan lebih rinci soal perjanjian pernikahan ini. Kita perlu memastikan semua pihak memahami tanggung jawab masing-masing.”

Damian tetap tenang, matanya menatap Presdir Lee.

“Lee, aku ingin memastikan semua hal teknis sudah jelas. Termasuk pembagian aset dan biaya pernikahan. Aku tidak ingin ada masalah di kemudian hari.”

Presdir Lee tersenyum dan menunjuk beberapa halaman dalam berkas.

“Semua sudah tercatat di sini. Total pembiayaan, tanggung jawab masing-masing pihak, serta jadwal pelaksanaan sudah lengkap. Tidak ada yang bisa salah tafsir.”

Leonard tetap diam, matanya menatap Damian dan Presdir Lee, tapi hanya ia dan Leora yang mengetahui syarat rahasia khusus yang tertera di beberapa halaman.

Leora menunduk, pipinya memerah. Suaranya pelan saat akhirnya berbicara,

“Semua… sudah jelas, kan?”

Presdir Lee tersenyum lembut ke arah Leora.

“Ya, Leora. Semua akan dijalankan dengan tertib. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.”

Tuan Damian menambahkan, tetap santai tapi wibawa:

“Betul. Semua hanya formalitas sekarang. Yang penting, kita semua sepakat dan siap melaksanakan. Tidak perlu terlalu dipikirkan.

Di sisi meja, Leonard menatap Tuan Damian dengan serius tapi tetap tenang.

“Kita akan menjalankan semua sesuai kesepakatan, bukan?”

Damian mengangguk, matanya tetap fokus namun santai.

“Tentu, Leonard. Semua sudah jelas, dan aku akan memastikan semuanya berjalan dengan benar.”

Leonard tersenyum tipis, menandakan persetujuan.

“Bagus. Aku percaya kamu bisa menangani ini dengan baik.”

Damian membalas dengan senyuman halus, wibawa tapi ramah.

“Terima kasih. Aku pastikan semuanya akan lancar.”

Setelah pembahasan serius selesai, Nyonya Minjae duduk di samping Leora, menepuk ringan tangannya.

“Tenang saja, Leora. Kamu akan diperlakukan dengan baik di sini. Aku pasti akan menerima kamu sebagaimana mestinya—seolah-olah kamu anakku sendiri.”

Leora menunduk, pipinya memerah.

“T-tapi… bagaimana jika dia… tidak seperti yang aku harapkan?”

Nyonya Minjae menatap Leora dengan senyum hangat, lalu matanya berkilau lucu sejenak saat menoleh ke arah Leonard yang duduk tak jauh.

“Kalau itu terjadi, kamu bisa langsung bilang ke aku. Aku akan menegur anakku itu. Di rumah ini, dia… yah, bisa dikawal seperti anak kecil saja,” ucapnya sambil tersenyum geli. “Berbeda jauh dengan reputasinya di perusahaan yang katanya kejam itu. Jadi jangan khawatir, kamu tidak akan sendirian di sini.”

Leora menahan tawa kecil, sedikit lega mendengar nada lucu Minjae dan bayangan Leonard yang dikawal seperti anak kecil. Pipinya tetap memerah, tapi hatinya lebih tenang.

1
pamelaaa
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!