Arkan, seorang pria kaya dan berkuasa dengan kepribadian yang dingin dan suka mengontrol orang lain, terjebak dalam permainan cinta dengan Aisyah, seorang wanita muda yang cantik dan berani. Aisyah memiliki tujuan tertentu untuk Arkan, dan ia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
Arkan memiliki rencana untuk Aisyah, tetapi seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Aisyah. Ia mulai mempertanyakan perasaan dirinya sendiri dan mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam hatinya.
Aisyah sendiri juga memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh Arkan. Ia memiliki tujuan untuk membalas dendam kepada orang yang telah menyakiti keluarganya, dan Arkan menjadi bagian dari rencananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Wirdan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
Saya memandang Arkan dengan mata yang skeptis, tidak yakin apa yang harus saya katakan. Ia ingin tahu segala sesuatu tentang saya? Mulai dari awal?
"Saya tidak tahu apa yang Anda maksud," saya katakan dengan suara yang hati-hati.
Arkan tersenyum, lalu memandang saya dengan mata yang tajam. "Saya ingin tahu tentang kehidupan Anda," katanya dengan suara yang dingin. "Saya ingin tahu tentang keluarga Anda, tentang masa lalu Anda, tentang apa yang membuat Anda menjadi orang seperti sekarang."
Saya merasa sedikit tidak nyaman dengan permintaan Arkan. Saya tidak terbiasa membagikan kehidupan pribadi saya dengan orang lain. Tapi, saya juga penasaran tentang Arkan. Apa yang membuatnya begitu tertarik dengan saya?
"Baiklah," saya katakan dengan suara yang tegas. "Saya akan memberitahu Anda tentang kehidupan saya. Tapi, Anda harus memberitahu saya tentang diri Anda juga."
Arkan tersenyum, lalu mengangguk. "Saya setuju," katanya dengan suara yang dingin.
Saya mengambil napas dalam-dalam, lalu mulai menceritakan tentang kehidupan saya. Saya memberitahu Arkan tentang keluarga saya, tentang masa lalu saya, tentang apa yang membuat saya menjadi orang seperti sekarang.
Arkan mendengarkan dengan seksama, tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya. Tapi, saya bisa merasakan bahwa ia sangat tertarik dengan cerita saya.
Setelah saya selesai menceritakan, Arkan memandang saya dengan mata yang tajam. "Saya harus katakan, Aisyah," katanya dengan suara yang dingin. "Anda adalah orang yang sangat
Arkan memandang saya dengan mata yang tajam, lalu mulai menceritakan tentang dirinya. Ia memberitahu saya tentang masa lalunya, tentang keluarga yang memiliki perusahaan besar, tentang tekanan yang selalu ada di pundaknya.
Saya mendengarkan dengan seksama, tidak bisa tidak merasa terkesan dengan cerita Arkan. Ia memiliki kehidupan yang sangat berbeda dengan saya, tapi saya bisa merasakan kesepian dan tekanan yang ia alami.
"Jadi, Anda memiliki kehidupan yang sangat sempurna," saya katakan dengan suara yang lembut. "Tapi, mengapa saya merasakan bahwa Anda tidak bahagia?"
Arkan memandang saya dengan mata yang tajam, lalu tersenyum tipis. "Anda memiliki intuisi yang baik," katanya dengan suara yang dingin. "Saya memang memiliki kehidupan yang sempurna di mata orang lain, tapi saya tidak bahagia."
Saya mengangguk, memahami. "Apa yang membuat Anda tidak bahagia?" saya tanya dengan suara yang lembut.
Arkan memandang saya dengan mata yang dalam, lalu menjawab dengan suara yang pelan. "Saya tidak tahu," katanya. "Saya hanya merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dalam hidup saya."
Saya merasa tergerak oleh kata-kata Arkan. Saya bisa merasakan kesedihan dan kekosongan dalam dirinya. "Mungkin Anda hanya perlu mencari apa yang membuat Anda bahagia," saya katakan dengan suara yang lembut.
Arkan memandang saya dengan mata yang tajam, lalu tersenyum. "Mungkin," katanya dengan suara yang
Saya tersenyum, lalu memandang Arkan dengan mata yang hangat. "Saya senang Anda setuju," saya katakan dengan suara yang lembut.
Arkan memandang saya dengan mata yang tajam, lalu bangkit dari kursinya. "Saya pikir kita sudah cukup berbicara untuk hari ini," katanya dengan suara yang dingin.
Saya mengangguk, lalu bangkit dari kursi saya. "Ya, saya setuju," saya katakan dengan suara yang lembut.
Arkan memandang saya dengan mata yang tajam, lalu berjalan ke arah pintu. "Saya akan mengantar Anda keluar," katanya dengan suara yang dingin.
Saya mengangguk, lalu mengikuti Arkan keluar dari ruangan. Kami berjalan dalam keheningan, tidak ada yang berbicara sampai kami mencapai pintu keluar.
"Saya akan menelepon Anda," kata Arkan dengan suara yang dingin.
Saya mengangguk, lalu tersenyum. "Saya tunggu," saya katakan dengan suara yang lembut.
Arkan memandang saya dengan mata yang tajam, lalu tersenyum tipis. "Saya tidak sabar," katanya dengan suara yang dingin.
Saya merasa sedikit gugup, tapi saya tidak menunjukkan. Saya hanya tersenyum, lalu berbalik dan berjalan keluar dari gedung.
Setelah saya keluar dari gedung, saya tidak bisa tidak merasa bahwa hidup saya akan berubah. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Arkan, tapi saya yakin bahwa saya akan mengetahuinya segera.
Saya tersenyum, lalu mengambil napas dalam-dalam. Saya siap untuk apa pun yang akan terjadi.