NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan

Sesuai perkataan mereka kemarin pagi, mereka hanya liburan 2 hari karena para Mafia ini ada urusan penting yang harus mereka kerjakan.

Bagi para pria itu mengecewakan, padahal mereka masih ingin menghabiskan waktu di pulau ini bersama gadis tercinta mereka tapi berakhir dalam pekerjaan. Namun Liana tidak mempermasalahkan hal itu, bahkan ia lebih baik cepat pulang karena di sini mereka bisa melakukan seenaknya, jika di Mansion tidak akan macam-macam karena sekarang ada Bi Desfa.

Sesampainya di Mansion, helikopter mereka mendarat di halaman Mansion. Arion membantu Liana turun dari helikopter dengan cara memegang tangan.

"Selamat datang kembali, Tuan!" sambut Yohan.

"Hmm!" deham Carlos.

"Maaf telah merusak liburan anda," Yohan membungkuk.

"Ya kau memang merusaknya!"

"Tanpa kau bilang pun memang sudah merusak!" Felix.

"Saya sangat-sangat bersalah, saya akan melakukan apa saja untuk anda sekalian sebagai hukuman saya!"

"Sudahlah! Percuma juga memberi hukuman! Kau tunggu di markas, kita akan menemui mu nanti!"

"Baik, Tuan!" Yohan membungkuk.

Carlos dan yang lain pun memasuki Mansion sedangkan Yohan pergi setelah Tuannya memasuki Mansion.

"Kau istirahat saja, kita harus pergi karena ada urusan mendadak," kata Revan pada Liana.

"Baiklah," angguk pelan.

Revan mencivm kening dan mengusap pipi Liana.

𝘉𝘭𝘶𝘴𝘩.

Wajah Liana seakan panas seperti berdekatan dengan api yang berkobar. Rupanya Revan tak kalah tampan, hanya saja bagi Liana Revan ini lebih mengarah pada Elvano, di bandingkan wajah Revan dan Elvano lebih dewasa Revan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Revan.

Liana tersadar lalu melepaskan tangan Revan dan mengalihkan pandangan.

"Ya, a–aku baik-baik saja!"

"Kau yakin? Wajah mu pucat,"

Masa iya karena malu sampai wajah pucat? Tapi, Liana juga merasakan hal yang aneh di tubvhnya, mana mungkin ini tanda-tanda sakit? Biasanya saat ingin sakit, Liana merasakan sakit di tenggorokan kalau ini tidak. Ah, mungkin karena kecapekan saja.

"Aku tidak apa-apa, kalau begitu aku ke kamar dulu,"

"Sebentar. Jika kau sakit aku tidak akan pergi dan menemani mu di sini,"

"Tidak usah, aku hanya lelah saja makanya pucat. Aku hanya butuh istirahat, kalian pergi saja dan hati-hati," Liana melangkah pergi meninggalkan Revan dan yang lain.

"Bi Desfa!" panggil Arion.

Bi Desfa menghampiri mereka, "Iya, Tuan?"

"Sering-sering lihat Liana, jika dia sakit tolong beritahu kami! Kami akan pergi karena urusan pekerjaan!"

"Baik, Tuan!"

"Hmm, pergilah!"

"Permisi, Tuan!" Bi Desfa membungkuk lalu pergi.

"Benar-benar mengganggu hari kesenangan!" Felix menyisir rambutnya ke belakang.

"Kalian duluan, aku akan ke kamar dulu untuk mengambil data akhir bulan ini," Kenzo.

"Data akhir bulan? Bukannya minggu lalu?" Elvano.

"Aku menundanya karena waktu itu terjadinya serangan mendadak, jadi sekalian kita bahas setelah informasi yang Yohan dapat didiskusikan!"

"Ya baiklah,"

-

-

-

Malam t'lah tiba, Liana sedang duduk di kursi meja makan sambil di temani obrolan dengan Bi Desfa. Mereka saling berbagi cerita sehingga Liana tidak merasa kesepian saat di tinggal pria-pria itu, ada kalanya Liana senang jika mereka pergi.

"Liana!"

Liana berhenti tertawa kala namanya di panggil, tunggu suara ini sepertinya pria yang tengil itu, siapa lagi kalau bukan Carlos? Liana baru menyadari bahwa mereka tampak seram di luar namun nakal di dalam, sehari tanpa memanggilnya serasa lid4hnya gatal.

Bi Desfa membungkuk pada mereka lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.

"Di sini rupanya! Apa kau merasa lebih baik?" tanya Carlos.

Jangan tanya soal baik atau tidak, sebenarnya Liana masih berat untuk menggerakkan tubvh dan merasa pusing namun jika dirinya hanya berbaring terus sakitnya akan semakin bertambah jadi ia berusaha untuk berjalan-jalan Mansion untuk menghilangkan rasa-rasa yang tidak enak di badan.

"Tadinya, setelah ada kau sepertinya aku semakin memburuk,"

"Kata-kata mu semakin hari semakin kejam, kau akan menyesal jika menyia-nyiakan pria seperti diriku!" percaya diri.

Liana menatap datar, memang pria ini tidak bisa dilawan hanya dengan kata-kata saja melainkan mungkin bisa ia lakukan dengan tindakan. Hanya saja ia tidak tahu, tindakan macam apa untuk melawannya?

"Apakah kalian sudah selesai dengan pekerjaannya?" tanya Liana pada yang lain mengabaikan Carlos.

"Yah, ternyata selama itu," helaan nafas Revan.

"Kenapa, apa kau merindukanku?" kalau tidak Carlos ya Felix.

"Lebih tepatnya khawatir, aku saja tidak enak badan setelah perjalanan tadi apalagi kalian yang di sambut oleh pekerjaan pulang hingga larut,"

"Manis sekali, aku jadi ingin bekerja terus agar mendapatkan kekhawatiran mu ini," Carlos mencolek dagu Liana.

"Bisa tidak kau hentikan itu?!" kesal Liana.

"Tidak bisa, ini akan menjadi kebiasaan ku untuk mengg0da dirimu," senyumnya.

"Aku muak!"

"Katakan sekali lagi!" Carlos mencubit kedua pipi Liana.

"Aaww! Sakit! Carlos, apa yang kau lakukan?! Lepaskan!" Liana memukul lengan Carlos namun tetap tidak lepas.

"Katakan sekali lagi kalau kau muak dengan ku!" senyum jahatnya sambil mencubit pipi Liana.

"Carlos!"

Mereka memberikan tatapan datar ke arah dua orang yang tidak pernah akur, setidaknya ada kesan keributan daripada keheningan.

𝘋𝘳𝘳𝘳𝘵𝘵𝘯 𝘋𝘳𝘳𝘳𝘳𝘵𝘵!

Ponsel Arion berdering, ia pun mengeceknya dan di sana terdapat tulisan si penelpon yang bernama Ravin.

"Ada apa?!" kesan dingin.

“𝘛𝘶𝘢𝘯, 𝘮𝘢𝘳𝘬𝘢𝘴 𝘥𝘪 𝘈𝘚 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨!”

"APA?!"

Suara Arion yang keras membuat mereka menoleh, bahkan yang tadinya Carlos dan Liana ribut seketika berhenti menatap Arion.

“𝘠𝘢, 𝘛𝘶𝘢𝘯! 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘑𝘰𝘩𝘯𝘯𝘺 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘳𝘬𝘢𝘴!”

Arion menggigit bib1r bawahnya marah.

“𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘋𝘢𝘷𝘪𝘥 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘈𝘚 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨!”

𝘉𝘙𝘈𝘈𝘒!

"TUAN! TERJADI PENYERANGAN MARKAS DI AS!" Yohan tiba-tiba datang.

𝘋𝘦𝘨!

Liana terkejut.

"APAA?!" kompak mereka kecuali Arion.

"Bagaimana bisa?!" Edgar.

"Cepat kerahkan semua anak buah menuju AS!" perintah Kenzo.

"Baik, Tuan!" Yohan pergi.

"Kita juga sebaiknya bergegas! Dan 2 orang tetap di sini menjaga Liana!"

Tidak, jangan pergi! Pikir Liana.

"Elvano, Revan, kalian tetap di sini!" Arion melirik.

"Baiklah!"

Arion dan yang lain pun langsung bergegas pergi.

"Tu–tunggu–"

"Jangan khawatir, mereka bisa mengatasinya," Revan menenangkan Liana.

Liana yakin, kejadian ini telah mengingatkan pada kejadian pada kehidupan sebelumnya. Ia ingat bahwa jika terjadi penyerangan kedua (penyerang pertamanya ada di S1 part 5, di mana Yohan memberitahu Felix dan Arion terjadi penyerangan di negara R) itu artinya bahwa Marvin, akan datang untuk menculiknya, malam ini.

"Revan, apa kau punya anak buah untuk berjaga di sini?!" tanya Liana dengan perasaan tidak menentu.

"Tentu saja, Arion akan memerintahkan sebagian anak buah untuk menjaga di sini. Jadi, jangan khawatir,"

"Tidak, kau ...." Liana menghentikan kata-katanya karena jika ia beritahu bahwa Marvin akan datang pasti mereka tidak akan percaya dan malah membuat mereka mencurigainya.

Itu artinya ia harus menghadapi Marvin kali ini, dan jangan sampai ia di bawa yang ketiga kalinya setelah di kehidupan sebelumnya.

"Liana, kau baik-baik saja?" tanya Elvano.

"Ah, ya ... aku, aku baik-baik, sa–ja!" terbata-bata.

"Kau yakin?!" khawatir Elvano.

"Ya–ya! A–aku hanya khawatir pada mereka,"

"Tidak apa, semua baik-baik saja. Sekarang kau harus istirahat di kamar, jangan berpikir negatif semuanya akan baik-baik saja," Revan mengusap kepala Liana.

"Ti–tidak! A–aku, aku akan tetap di sini!" Liana berkeringat dingin serta tubvhnya bergetar.

"Katakan padaku yang sebenarnya, apakah kau sakit?!" Elvano memegang bahu Liana.

Liana kesulitan menjawab, ini bukan masalah sakit melainkan trauma jika bertemu dengan Marvin.

Mengingat kejadian sebelumnya, Marvin hampir mel3c3hkannya seperti dia sudah biasa melakukan hal itu dengan orang lain atau wanita lain. Ia tidak mau jika hal itu terjadi lagi, mendengar kata ‘Marvin’ sudah membuatnya merinding.

"Jawab Liana!" tegas Elvano.

Apakah ia harus mengatakan hal yang sesungguhnya pada mereka? Tapi, bagaimana cara ia jelaskan, dan dari mana ia harus memulainya? Di situasi seperti ini seharusnya sudah tidak ada waktu untuk berpikir mencari jalan keluar, dan kalau dibiarkan saja begini pasti ia akan dibawa oleh Marvin lagi.

Itu artinya, ia masih tidak bisa mengubah kehidupannya. Padahal kejadian-kejadian seperti ini adalah hal yang penting yang harus diubah dan poin utama sebagai alasan ‘Mengapa dirinya bereinkarnasi?’

"Liana, Liana!!" Elvano mencengkeram kedua bahu dan menegakkan Liana agar ia bisa melihat mata gadis ini.

Elvano dan Revan terkejut melihat Liana yang menangis, Elvano juga bisa merasakan getaran pada tubvh Liana.

"Aku tidak bermaksud membentak mu, aku hanya khawatir jika kau sakit atau semacamnya," sesal Elvano.

Liana menggelengkan kepalanya bahwa bukan itu masalahnya.

"Katakan pada ku, apa yang terjadi pada dirimu? Di sini kau tidak sendiri, aku, Elvano, juga dan yang lain, kau harus mengatakan hal sekecil apa pun kepada kami. Kalau tidak kita periksakan dirimu," Revan.

Liana menggelengkan kepalanya.

"Ma–marvin ...."

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!