NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:343
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21

Tubuh albian terhempas kuat ke belakang hingga punggungnya terbentur lantai keras. Mata pemuda itu terbelalak melihat ziara keheranan. Entah dari mana asalnya tenaga itu? Kenapa bisa istrinya yang nampak lemah dengan tubuh mungilnya itu bisa mendorongnya sekuat itu?

“Aku lagi gak mau bercanda ya, bian! Aku masih ada banyak tugas yang harus dikerjakan.” ziara bangkit berdiri menatap albian yang masih terlentang di atas lantai. “Aku tau kalo nolak ajakan suami itu dosa. Tapi, aku juga tau kalo kamu sekarang Cuma lagi main-main aja.”

Albian ikut bangkit berdiri sambil memegangi punggungnya yang terasa nyeri. Wajahnya terlihat menahan sakit setelah terjatuh tadi. Tapi, tak ada sorot amarah di wajahnya meski ziara telah berbuat kasar padanya.

“Lo marah ya?” tanya albian tiba-tiba. Suaranya terdengar lembut, tak selantang biasanya.

Ziara menggeleng pelan. "Enggak. Aku gak marah. Aku cuma butuh waktu untuk menyelesaikan tugasku aja. Saat ini aku gak pengen bercanda sama kamu," jawabnya.

"Kirain lo marah sama gue gara-gara tadi gue pegang-pegang. Dorongan lo tadi kuat banget soalnya. Mirip sama orang yang lagi marah besar." Albian masih memegangi pinggangnya dengan ringisan kecil di wajah.

Begitu sadar akan tindakannya yang reflek mendorong albian tadi, ziara membekap mulutnya dengan mata membulat. Buru-buru ia menghampiri albian untuk melihat keadaannya.

"Sakit ya? Punggung kamu kebentur lantai ya? Aku gak sengaja, Zian. Sungguh. Aku kira tadi cuma dorong kamu pelan. Gak taunya kebablasan. Maaf ya." Wajah ziara terlihat penuh penyesalan. Terlebih saat ia melihat bagian punggung albian yang memerah.

"Astaghfirullah... Punggung kamu jadi merah gara-gara aku, bian. Aku bantu kompres ya biar enakan? Ini pasti sakit banget kan?" Ziara seketika panik. Ia bahkan lupa dengan tugas kuliahnya sekarang.

"Gak usah. Lo mendingan lanjut ngerjain tugas aja. Katanya tadi tugas lo banyak," tolak albian seraya menurunkan kaosnya hingga punggungnya kembali tertutup. "Punggung gue udah gak sakit kok. Lo kan tau kalo gue ini kuat. Mana mungkin kebentur dikit aja gue kesakitan."

"Kamu yakin?" tanya ziara memastikan. Gadis itu masih merasa bersalah pada albian. "Aku bisa kerjakan tugas besok lagi kalo kamu mau aku bantu kompres."

Kepala albian menggeleng cepat.

Senyumannya mengembang agar terlihat baik-baik saja. Meski nyatanya punggungnya masih terasa nyeri, tapi albian tak ingin dianggap lemah. Ia ingin terlihat sebagai laki-laki kuat, apalagi di hadapan ziara.

"Gak perlu, ziara.... Lo lanjutin ngerjain tugas aja. Gue mau tiduran. Ngantuk banget soalnya," albian sekali lagi. Setelah menepuk pelan bahu ziara, pemuda itu lantas berjalan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya.

Rasa bersalah ziara masih belum juga hilang. Gadis itu menatap tubuh albian yang tidur memunggunginya. Tapi, mendadak albian berbalik ke arah ziara hingga membuat gadis itu terlonjak.

"Kalo lo butuh laptop, pake punya gue dulu aja. Besok gue anterin lo beli laptop baru," ucap albian. Pemuda itu seperti dirasuki malaikat sebab tak biasanya ia bisa sebaik ini. Apalagi pada ziara.

Mata ziara mengerjap mendengarnya.

"Ta-pi aku gak punya uang untuk beli laptop baru."

Albian nampak menghela napas panjang. Masih dengan posisi tiduran di ranjang. "Gue tau. Makanya gue yang mau beliin lo biar gak pinjem punya gue terus," balas albian sebelum kembali memunggungi ziara.

"Kamu serius, bian, mau beliin aku laptop? Tapi, laptop kan mahal. Emangnya gapapa ya?" Ziara menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Meski tak enakan, tapi mendengar albian akan membelikannya laptop baru, tentu saja ia sangat senang.

"Iya. Gue beliin. Tenang aja. Mending lo belajar sekarang. Jangan berisik! Gue mau tidur. Kalo lo berisik, gue gak jadi beliin lo laptop besok." Bukan albian namanya kalau mood-nya gak cepat berubah. Yang tadinya suaranya lembut, kini sudah berubah sinis.

Tak ingin niat baik suaminya batal. Ziara membekap mulutnya dengan kedua tangan. Lantas kembali duduk di lantai untuk melanjutkan mengerjakan tugas. Senyuman manis masih setia menghiasi wajah ziara sehingga menambah cantik saat dipandang.

Dari balik selimut tebalnya, albian sengaja mengintip ke arah sofa yang ada di sudut ruangan. Ziara yang tersenyum, ia pun ikut tersenyum tanpa sadar. Bahkan wajah cantik sang istri membuat albian betah memandangnya.

***

Entah mendapat hidayah dari mana, hari ini albian bangun lebih awal untuk sholat subuh bersama ziara dan diana tanpa harus dibangunkan terlebih dulu oleh ziara seperti hari sebelumnya.

Saat ziara sedang membantu menyiapkan sarapan di lantai bawah, albian yang mulai merasakan kegelisahan sejak semalam berjalan menuju walk in closet dan mengambil foto dari dalam sana.

Dalam foto itu, nampak seorang gadis dengan seragam putih biru tengah duduk di kursi taman sambil tersenyum cerah ke arah kamera.

Albian menatap nanar foto itu seraya mengusap lembut pada wajah sang gadis dalam foto. Bahunya bergetar setiap kali mengingat gadis itu yang telah membuatnya sekuat sekarang dan berani melawan pembullyan yang dilakukan vino.

"Lo sekarang lagi di mana, Zizi? Udah lama gue nunggu lo kembali, tapi sampe sekarang lo gak pernah datang lagi," ucap albian sambil menatap lekat foto gadis bernama Zizi itu.

Flashback on..

Pemuda itu dulunya bertubuh gendut karena hobi sekali makan. Semenjak Papanya meninggal, albian yang merasa kehilangan figur seorang Papa melampiaskan kesedihannya dengan cara makan sebanyak mungkin. Dengan makan, pikirannya jadi teralihkan dan tiap kali perutnya kenyang, ia akan dilanda rasa kantuk yang menyerang sehingga ia pun tertidur lelap dan melupakan kesedihannya untuk sesaat.

Sayangnya, keputusannya itu ternyata salah besar. Ia jadi bahan ejekan banyak siswa lain karena tubuhnya yang sangat gendut. Bahkan tiap kali mata pelajaran olah raga, albian kesulitan untuk berlari dan mengikuti pelajaran seperti teman-temannya yang lain.

Sebagai salah satu siswa yang memiliki geng di sekolah dengan anggota yang memiliki tubuh tinggi dan kuat, vino selalu membully albian dan seringkali mengeroyoknya saat pulang sekolah.

Hingga suatu hari saat albian tengah dipukuli di taman komplek, seorang gadis dengan rambut dikuncir ekor kuda datang dan menolongnya. Gadis itu melawan vino dan gengnya seorang diri hingga anak laki-laki berjumlah empat orang itu pun tumbang.

"Ayo bangun." Gadis dengan rambut kuncir ekor kuda bernama Zizi itu mengulurkan tangan kanannya ke arah albian untuk membantu pemuda itu bangkit berdiri.

Albian tak kunjung meraih uluran tangan dari Zizi. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sambil sesekali mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya. "Lo kok bisa kalahin mereka sih? Hebat!" Senyumannya mengembang tatkala melihat vino dan gengnya berlari kabur dari sana.

"Nanti aku kasih tau. Tapi sekarang kamu bangun dulu," balas Zizi masih setia dengan uluran tangan ke arah albian.

Akhirnya albian meraih uluran tangan Zizi dan bangkit berdiri. Keduanya duduk di kursi panjang yang ada di taman untuk mendengarkan Zizi bercerita.

"Sejak kecil aku udah belajar taekwondo sama Papa. Papaku seorang pelatih taekwondo. Beliau juga mengajar kelas taekwondo di SMA," ucap Zizi dengan senyuman yang tak luntur di wajahnya.

"Walaupun aku cewek, tapi aku gak mau diem aja saat ditindas. Kayak kamu tadi," lanjutnya, mengingatkan albian pada kejadian beberapa menit yang lalu saat ia dipukuli oleh vino and the geng.

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!