[Kinara, kamu sudah tahu rumor Aldo dengan Asisten barunya? Apa kamu diam saja tak berbuat apa-apa?]
Pesan Sofie, seniornya di Light Tech Kuala membuat Kinara melamun. Ia tak tahu apa-apa soal Asisten baru karena Aldo tak pernah mengungkit soal perusahaan saat pulang bekerja.
Kinara tak menyangka di usia pernikahan yang hendak menginjak 6 tahun, harus mendapat rumor seperti ini. Padahal ia sudah merasakan kehidupan umah tangganya berjalan stabil selama di Kuala.
Akhirnya ia mulai merasakan kehampaan hubungan sejak Aldo di angkat sebagai kepala cabang di PT Glow Star Tech Jayra.
Aldo yang selalu sibuk dengan pekerjaan membuat Kinara merasa sendiri dalam kehidupan rumah tangga itu. Namun, demi anak kembarnya Armand dan Arnold Kinara berusaha bertahan.
Akan kah Aldo dan Kinara mampu mempertahankan pernikahan mereka ditengah kesibukan Aldo dan krisis kehilangan jati diri yang di alami Kinara?
Temukan kelanjutan cerita mereka di Sesi 2 dari "Terjerat cinta teman serumah" disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan
"Kamu mengawasi ku?" tanya Aldo dengan tatapan kesal.
"Heh, aku sudah menduganya. Kalau kakak jadi aku, apa mungkin kakak tidak akan waspada?" tanya Kinara dengan senyuman sinis.
"Aku tahu kamu masih kesal soal sebelumnya, tapi aku sudah jelaskan situasinya kan pada mu. Apa kamu tidak percaya padaku?"
"Aku sudah berusaha percaya, tapi akhirnya aku kembali kecewa karena kakak menganggap remeh rasa pengertian ku selama ini. Kak, aku tidak akan semarah ini kalau kamu tidak berlebihan. Untuk apa uang sebanyak itu kamu berikan padanya?"
Aldo tertegun, sikap dingin Kinara adalah hal yang paling ia takuti selama ini. "Kinara aku lelah, bisakah tidak kita bahas sekarang?"
Aldo berlalu ke kamar mandi meninggalkan Kinara yang kecewa karena diabaikan. Kinara menarik nafas panjang berusaha meredakan emosinya. Ia mengambil bantal dan selimut, lalu keluar dari kamar mereka.
Aldo berdiri lama dibawah pancuran air. Tubuhnya lelah, kepalanya terasa ingin pecah. Banyak hal yang harus ia pikirkan. Ditambah lagi Kinara bersikap berlebihan seperti itu sampai mengawasinya.
***
Tiara sampai di apartemen kecilnya. Hari ini dia sangat senang bisa mendampingi Aldo menemani para tamu.
Ia memposting foto nya saat di Pub tadi dengan latar Aldo dan beberapa tamu. "Menemani bos tampanku, kalian pasti iri kan," . Komentar berdatangan ke aku media sosialnya.
'Hei kamu jangan merusak rumah tangga orang, dasar l*c*r.'
'Wah berani sekali kamu! Belum tahu istrinya bagaimana? '
' Bisakah kita bertukar tempat? aku ingin sekali menjadi asisten pak Aldo meski sekali.'
Tiara tersenyum puas. Dia ingin lihat sejauh mana reaksi orang-orang.
***
Sheila kesal sambil melempar handphone ke atas kasur. Bastian tertegun melihat Sheila.
"Kenapa sayang? Sejak aku sampai kamu sudah cemberut." Bastian duduk disamping Sheila sambil merangkulnya.
"Aku kesal dengan Aldo, kenapa dia mau menerima perempuan centil seperti itu jadi asistennya. Kinara berusaha keras mengatasi rumor mereka tapi si perempuan gatal itu selalu saja membuat ulah."
"Oh soal Aldo? apa kamu menghubungi Kinara tadi?" tanya Bastian lagi.
Sheila mengangguk lesu, "Aku kasihan pada Kinara. Sejak dulu terus mengalah dan mengerti tapi Aldo seolah tidak sadar seberapa banyak bom waktu yang ia kumpulkan. Kalau bukan Kinara menahan ku untuk tidak ke kantor nya, aku mungkin sudah menarik rambut si j*l*ng itu," ujar Sheila menggebu-gebu.
"Sheila, biar mereka selesaikan sendiri. Selama ini mereka tidak mengurusi kita karena percaya kita bisa mengatasinya. Jadi kita juga harus bersikap seperti itu. Hormati Aldo sebagai kepala keluarga, jangan sampai kamu justru membuat masalah mereka makin runyam. Cukup kasih saran jika diminta. Nanti Kinara tidak mau lagi bercerita denganmu. Bukannya kamu sedih waktu dia tidak banyak bercerita denganmu seperti dulu?"
Sheila menghela nafas, "Ya sudah aku mau tidur."
Bastian menggeleng heran, "Pasti begitu kalau diingatkan," gumamnya.
***
Kinara terbangun dini hari. Ia terkejut sudah terbaring dikasur dalam pelukan Aldo. Karena begitu lelah, Kinara tak sadar Aldo memindahkannya dari sofa ruang tengah ke dalam kamar. Aldo selalu meluluhkan hatinya dengan cara seperti itu.
Kinara perlahan memindah tangan Aldo dari atas tubuhnya. Ia keluar dari kamar, membuka pintu kamar belakang. Menatap kedua putranya yang tertidur lelap.
Kinara melihat sebuah gambar diatas meja belajar Arnold. Hatinya terasa perih melihat gambar itu. 'Papa kapan kita main lagi?'
Arnold menggambar 2 ank laki-laki bermain bola dengan 1 laki-laki dewasa berdiri di depan gawang.
Kinara menghela nafas, meletakkan kembali kertas gambar itu di atas meja. Aldo sudah lama tidak bermain dengan kembar karena berhari-hari dinas keluar kota.
Kadang harus menghadiri peluncuran produk baru di akhir pekan. Hari-hari nya terlalu sibuk untuk menemani bermain.
Kinara berusaha membujuk kembar supaya bisa mengerti kesibukan papanya, meski dia sendiri merasa kesepian. Kinara berusaha memahami situasi Aldo, tapi dia sendiri juga hampa.
Kinara duduk melihat jam handphone nya di sofa ruang tengah. Jam 3 dini hari, banyak pesan masuk yang belum sempat ia buka.
[Kinara, apa kamu akan diam saja perempuan itu berbuat seperti ini?]
Ayu mengirim tangkapan layar dari sebuah akun medsos. Kinara mendownload nya dan menghela nafas kesal. Padahal dia sudah berusaha menutupi kedekatan keduanya , justru perempuan itu bersikap seenaknya.
Kinara selalu nampak tenang saat menghadapi situasi seperti itu. Dia tidak ingin gegabah, tapi akhirnya membuat teman-teman nya merasa kesal.
Baginya selama tidak keterlaluan ia akan mengabaikan komentar atau postingan orang-orang yang mengaku-aku Aldo sebagai suami halu mereka atau apapun itu. Tapi kali ini ia juga merasa terganggu karena Aldo sudah bersikap berlebihan pada perempuan itu.
[Aku akan bicarakan pada Aldo. Tenang, doakan saja kami bisa menyelesaikan nya. Terima kasih untuk perhatianmu ya. Kapan-kapan ayo kita bertemu!] balas Kinara.
Kinara mencoba untuk menenangkan Ayu meski hatinya juga terluka. Ia memeluk bantal sofa dan tertidur lagi.
Menjadi istri orang yang populer cukup membuatnya lelah batin. Ia hanya bisa bersabar sembari menyelesaikan dengan baik pada Aldo.
Keesokan harinya
Kantor Aldo gempar, dengan postingan tiara di media sosial. Bahkan ada karyawan yang mengirim link akun media sosialnya itu di portal perusahaan.
Banyak yang menyayangkan Aldo bersikap biasa dan tidak menanggapi, seolah ingin membela Tiara.
"Apa mereka memang punya hubungan spesial sampai pak Aldo tidak menegur tiara sama sekali?" ujar karyawan di depan lift.
"Sebenarnya jadi asisten atau sekretaris kepala kantor itu banyak resikonya. Jadi karyawan kita harus bijaksana menghindar dari rumor. Tapi ku lihat Tiara justru sengaja berbuat seperti itu."
"Aku juga merasa seperti itu, apa mungkin tiara jadi selingkuhan pak Aldo?" sahut rekannya.
"Hush jangan bicara sembarangan, bisa-bisa kita yang kena tegur kepegawaian," sambut yang lain memperingatkan.
Seorang wanita muda dengan dandanan yang menawan masuk ke dalam lift. Orang-orang disekitar merasa heran melihat wanita berkacamata hitam itu.
"Beritahu ruangan pak Aldo di lantai berapa?" tanyanya dingin.
"Lantai 3 nona," jawab seorang karyawati.
Wanita muda itu menekan tombol 3 pada lift.
TINGG
Pintu lift terbuka. Ia berjalan santai menuju ruang Aldo.
Ia berhenti didepan meja sekretaris kepala cabang. Ia menatap dua karyawati yang tengah berdiri menyambutnya. Melirik badge Nama di dada kiri mereka.
PLAKK
Suara tamparan keras melayang di pipi Tiara. Tiara memegang pipinya yang memerah.
"Ini peringatan pertama untuk perempuan yang mencoba merusak rumah tangga orang lain," ujar wanita muda itu.
"Apa maksud Nona? Nona siapa seenaknya menampar orang seperti itu?" tanya Tiara tidak terima.
Wanita itu membuka kacamata hitamnya dan berjalan mendekat ke depan tubuh Tiara.
"Perempuan seperti mu tidak layak untuk orang seperti pak Aldo. Kalau kamu mau hidup tenang, sebaiknya jangan cari masalah atau aku buat namamu jatuh," ancamnya.
Kamu berhak bilang kalo ada yang bikin kamu ngerasa gak nyaman 🫠