NovelToon NovelToon
Shadow Of The Seven Sins

Shadow Of The Seven Sins

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Anak Yatim Piatu / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:628
Nilai: 5
Nama Author: Bisquit D Kairifz

Hanashiro Anzu, Seorang pria Yatim piatu yang menemukan sebuah portal di dalam hutan.

suara misterius menyuruhnya untuk masuk kedalam portal itu.

apa yang menanti anzu didalam portal?

ini cerita tentang petualangan Anzu dalam mencari 7 senjata dari seven deadly sins.

ini adalah akun kedua dari akun HDRstudio.Di karna kan beberapa kendala,akun HDRstudio harus dihapus dan novelnya dialihkan ke akun ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bisquit D Kairifz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Catatan

Di dalam rumah tua yang berdebu, hanya suara angin malam yang berdesis melalui celah-celah dinding. Kayu yang rapuh berderit pelan, seolah bangunan itu sendiri sedang bernapas di tengah kesunyian.

Di tengah ruangan kosong itu, Anzu berdiri memegang sebuah catatan kulit lusuh, benda yang diberikan oleh pria tua misterius yang baru ia temui beberapa jam sebelumnya.

“Catatan itu dititipkan kepadaku oleh seseorang yang tak pernah memperlihatkan wajahnya,” ujar sang pria tua dengan suara serak.

“Ia hanya berkata… ‘berikan ini pada sosok yang muncul dalam mimpimu.’ Dan kau, anak muda… adalah sosok itu.”

Anzu tidak menjawab. Tatapannya terpaku pada catatan itu, ragu apakah harus mempercayai perkataan aneh tersebut. Namun rasa penasaran menembus keraguannya, memaksa jarinya membuka halaman pertama.

Goresan tinta keperakan menyala redup, seakan menolak dikekang waktu.

Isi halaman pertama menjelaskan cara mengolah aura—tepat seperti yang pernah Satan katakan kepadanya. Namun saat jari Anzu membalik ke halaman kedua, ia tak mampu menyembunyikan keterkejutannya.

Tulisan di puncak halaman berbunyi:

𝘾𝘼𝙏𝘼𝙏𝘼𝙉 𝙆𝙀𝘿𝙐𝘼

Trinity Force of Existence

“Sebelum ada langit dan tanah, sebelum cahaya mengenal gelap, ada tiga napas yang melahirkan segalanya.”

Fragmen kitab kuno Originum Codex

Dunia ini berdiri di atas tiga pilar purba yang menenun tubuh, jiwa, dan makna keberadaan:

Mana, Aura, dan Essence.

Ketika dunia pertama kali berputar, bumi menghela napas pertamanya dan dari napas itu, Mana tercipta.

Ia mengalir di udara, di daun yang melambai, di bawah tanah, dalam nyala api dan kilatan petir. Para penyihir menyebutnya napas dunia: kekuatan yang menciptakan keajaiban, namun menuntut harga pada setiap penggunaannya.

Jika Mana adalah napas dunia, maka Aura adalah denyut jantung makhluk hidup.

Ia lahir dari jiwa: amarah, kasih, takut, harapan semua yang membangun diri seseorang. Aura adalah bayangan hati; semakin kuat tekad, semakin keras auranya bergemuruh.

Namun Essence adalah sesuatu yang lebih tua dari kehidupan itu sendiri.

Serpihan dari Origin Being, entitas pertama yang menciptakan realitas. Essence tak dapat dipelajari, hanya bisa terbangun ketika sang Origin being menganugerahkan nya.

Tiga kekuatan itu membentuk keseimbangan suci:

Mana memberi dunia napas.

Aura memberi makhluk kehendak.

Essence memberi eksistensi makna.

Namun penyatuan ketiganya menciptakan energi tanpa arah:

Chaos Energy, kekuatan murni kehancuran yang pernah menelan satu benua dalam sekejap.

Para Divine Keeper bersumpah menjaga keseimbangan itu, dan penyatuan ketiganya dianggap dosa tertinggi dalam sejarah dunia.

Namun legenda gelap menyebut satu pengecualian…

The Void Walker ----- 𝘼𝙣𝙯𝙪.

Sosok yang mampu melangkah di antara hidup dan tiada,

yang membawa kehampaan dalam jiwanya,

dan satu-satunya yang dapat menatap dan mengendalikan ketiga kekuatan itu.

Anzu terdiam. Dadanya menegang.

Di bawah teks itu, tercantum satu nama......namanya sendiri.

Dunia seolah membeku.

“Mengapa… namaku tertulis di sini?” pikirnya.

Apakah kebetulan? Atau takdir yang telah menunggunya sejak lahir?

Ia tidak menemukan jawaban.

Hanya angin yang membelai halaman, seolah menertawakan kebingungannya.

Dengan tangan bergetar ringan, ia membuka halaman terakhir.

---

𝘾𝘼𝙏𝘼𝙏𝘼𝙉 𝙆𝙀𝙏𝙄𝙂𝘼

“Kekuatan sejati bukan berasal dari tubuh,

melainkan dari jiwa yang berani menatap dirinya sendiri.”

Guru Tua Zephra, Penjaga Resonansi Pertama

Aura adalah getaran batin yang menghubungkan jiwa dengan keberadaan.

Ia bukan sekadar kekuatan untuk bertarung—ia adalah cermin dari luka, harapan, dan badai yang hidup di dalam diri seseorang.

Semakin jernih jiwa, semakin murni auranya.

Semakin kelam hati, semakin beracun auranya.

Jenis-jenis Aura:

Aura Vital — memperkuat tubuh, mempercepat pemulihan.

Aura Roh — lahir dari emosi dan kenangan; memengaruhi jiwa lain.

Aura Dosa — energi terlarang; kuat namun mengikis jiwa pemiliknya perlahan.

Peningkatan aura tidak bergantung pada otot atau tenaga.

Ini adalah pertarungan batin—melawan ketakutan, trauma, dan diri sendiri.

Langkah Pertama: Mendengarkan Diri

Duduk dalam keheningan.

Rasakan detak jantungmu.

Jika dilakukan benar, denyut lain—denyut milik jiwamu—akan terdengar.

“Dengarkan bukan dengan telinga, tetapi dengan hati.”

Emosi adalah bahan bakar aura.

Tak perlu menyingkirkan mereka.

Rasakan, kendalikan, taklukkan.

Yang gagal… jiwanya akan retak.

Yang berhasil… menyalakan cahaya baru dalam dirinya.

Langkah Kedua: Pembentukan Inti Jiwa (Soul Core)

Inti jiwa adalah titik di mana tekad dan keberadaan bersatu.

Untuk memperkuatnya, biarkan aura mengalir melalui luka, rasa sakit, dan pengalaman pahit.

Setiap pertempuran dan penderitaan melebur menjadi kekuatan.

“Biarkan darahmu mengalir, dan biarkan auramu menari di dalamnya.”

Pada halaman berikutnya, tertulis Sistem Rank Aura:

Awakening

Merasakan aura, belum dapat mengeluarkannya.

Resonator

Memancarkan aura keluar; tekanan spiritual mulai muncul.

Manipulator

Mengubah aura menjadi serangan, perisai, atau penguatan tubuh.

Ascendant

Menciptakan domain kecil yang memperkuat pengaktif dan melemahkan musuh yang ada di dalamnya .

Overlord

Dominasi mutlak; aura menghancurkan tanpa sentuhan.

Primordial (Sin Class)

Kekuatan esensial yang menciptakan realitasnya sendiri.

Hanya dicapai oleh entitas yang menyatu dengan Dosa.

Mereka yang mencapai tingkat ini bukan lagi manusia

mereka adalah kehendak yang berjalan.

---

Anzu menutup catatan itu perlahan.

Matanya kosong menatap lantai kayu yang retak.

Semua tulisan itu… seolah berbicara langsung pada dirinya.

Pria tua itu hanya tersenyum kecil.

“Bagaimana, anak muda? Kini kau mengerti mengapa kau berada di sini?”

Anzu tidak langsung menjawab.

Setelah keheningan panjang, ia menghembuskan napas dingin.

“Aku tidak tahu apakah ini kebenaran… atau permainan takdir,” ujarnya pelan.

“Tapi… aku akan menerimanya—untuk saat ini.”

Pria tua itu tertawa lembut.

“Bagus. Tinggallah di sini. Tempat ini aman, sunyi, dan jauh dari mata dunia.

Latihlah auramu… sampai kau bisa mendengar jiwamu sendiri.”

Anzu menoleh pada Alfred.

“Halo… bagaimana?” tanyanya tenang.

Alfred mengangguk mantap.

“Aku ikut kau, Anzu.”

Anzu kembali menatap pria tua itu.

“Kami akan tinggal.”

Pria tua itu mengangguk senang.

“Bagus. Anggap saja rumah ini… milikmu.”

Malam itu, angin berhenti bertiup.

Dan di rumah tua yang tersembunyi jauh di hutan—

Anzu dan Alfred memulai bab baru.

Bab yang akan membuka jalan menuju takdir yang bahkan para dewa enggan menyentuhnya.

1
Nagisa Furukawa
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
Bisquit D Kairifz: Semangat bree, walau masalah terus berdatangan tanpa memberi kita nafas sedikit pun
total 1 replies
Rabil 2022
lebih teliti lagi yah buatnya sebabnya ada kata memeluk jadi meneluk
tapi gpp aku suka kok sama alur kisahnya semangat yahh💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!