Putri Raras Ayu Kusumadewi, putri tunggal dari salah satu bangsawan Keraton Yogyakarta, selalu hidup dalam aturan dan tata krama yang ketat. Dunia luar hanyalah dongeng yang ia dengar dari pengawal dan dayang-dayangnya.
Hingga suatu hari, atas nama kerja sama budaya, Keraton Yogyakarta menerima kunjungan kehormatan dari Pangeran William Alexander dari Inggris, pewaris kedua takhta Kerajaan Inggris.
Sebuah pertemuan resmi yang seharusnya hanya berlangsung beberapa hari berubah menjadi kisah cinta terlarang.
Raras menemukan kebebasan dan keberanian lewat tatapan sang pangeran yang hangat, sementara William melihat keindahan yang belum pernah ia temui — keanggunan Timur yang membungkus hati lembut seorang putri Jawa.
Namun cinta mereka bukan hanya jarak dan budaya yang menjadi penghalang, tapi juga takdir, tradisi, dan politik dua kerajaan.
Mereka harus memilih — cinta, atau mahkota.
.
.
Note: semua yang terkandung dalam cerita hanya fiktif belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uffahazz_2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Beneath the Rose Garden
Suara langkah mereka menggema di lorong batu yang gelap.
Setiap langkah terdengar seperti gema masa lalu — berat, bergetar, dan tak pasti. Dinding di sekitar mereka lembap, ditumbuhi lumut, seolah menyimpan rahasia berusia ratusan tahun.
Raras menggenggam senter erat di tangannya.
Cahaya kecil itu menyorot debu-debu yang berterbangan, dan di dalam cahaya itu, hatinya bergetar.
Setiap detik yang berlalu membuat napasnya terasa sesak.
“William…,” bisiknya lirih. Nama itu keluar seperti doa, seperti luka yang belum mengering.
Jonathan berjalan di belakangnya, matanya awas pada setiap percabangan lorong. “Hati-hati, Raras. Tempat ini tidak pernah digunakan sejak Perang Dunia Kedua. Struktur bisa rapuh.”
Raras mengangguk tanpa benar-benar mendengar. Ia hanya tahu satu hal — hatinya berteriak mencari pria yang telah menjadi pusat dunianya.
---
Beberapa langkah ke depan, lorong melebar menjadi ruangan kecil.
Di dinding, ada ukiran lambang kerajaan yang nyaris pudar: singa dan mahkota. Di bawahnya, meja batu dengan benda-benda berdebu — buku tua, peta, dan lilin yang sudah lama padam.
Raras menyapu debu di atas meja. Di antara barang-barang itu, ia menemukan sesuatu: cincin.
Cincin perak dengan ukiran halus berbentuk sayap — cincin yang dulu diberikan William padanya, di malam pesta amal pertama mereka.
Jantungnya berhenti berdetak sejenak.
Tangannya bergetar saat ia menggenggam cincin itu, seolah benda kecil itu masih hangat dari jari sang pangeran.
“Jonathan…” suaranya nyaris patah, “Dia pernah memakaikan ini di jariku. Katanya, jika aku takut… cukup lihat cincin ini dan aku akan tahu dia ada di dekatku.”
Jonathan menatapnya dalam diam. “Raras, itu artinya dia pernah di sini. Ini bukan kebetulan.”
Raras memejamkan mata, air matanya jatuh diam-diam.
Sejenak, ia teringat wajah William — senyumnya, suaranya, cara pria itu menatapnya dengan lembut di tengah pesta kerajaan yang gemerlap.
Lalu bayangan itu berubah — menjadi wajah William yang tegang di malam terakhir mereka bersama.
Tatapan yang menyimpan ketakutan. Dan pesan terakhir: “If something happens to me, follow the dove.”
“Kenapa kau tidak memberitahuku, Will…” Raras berbisik pelan, hampir tak terdengar. “Kenapa kau pergi sendirian ke dalam bahaya ini?”
Jonathan mendekat, menatap Raras dengan empati.
“Kau mencintainya,” katanya lirih.
Raras tersenyum pahit. “Mungkin lebih dari yang seharusnya. Aku datang ke negeri ini sebagai duta kebudayaan, Jonathan. Aku diajarkan untuk menjaga jarak. Tapi dia—”
Suaranya bergetar. “Dia tidak pernah membiarkan aku menjaga jarak.”
---
Dari sisi lain ruangan, terdengar bunyi logam kecil jatuh.
Jonathan segera menyalakan senter ke arah itu. Ada pintu besi setengah terbuka di balik tumpukan batu.
Mereka saling menatap — lalu mendekat perlahan.
Di balik pintu itu ada lorong lain, lebih sempit dan lebih gelap. Dindingnya berlapis besi, dan di ujungnya… cahaya redup tampak berkelip.
Raras berlari kecil, melupakan rasa takutnya.
Lorong itu berakhir di sebuah ruangan kecil dengan kursi tua dan meja logam. Di atas meja, ada rekaman suara — alat perekam portabel kerajaan yang biasa dipakai untuk pesan pribadi.
Raras menatap Jonathan dengan mata yang membulat.
“Ini milik William,” gumamnya.
Jonathan menekan tombol play.
Suara serak terdengar — suara yang membuat dada Raras seketika bergetar.
> “Jika seseorang mendengarkan ini… berarti aku gagal menyembunyikan semuanya. Aku tahu mereka akan datang padaku, tapi aku tidak bisa membiarkan Raras terlibat. Aku mencintainya terlalu dalam untuk menyeretnya ke neraka ini…”
Raras menutup mulutnya dengan tangan. Air matanya jatuh deras.
Setiap kata terasa seperti pisau — menembus kulit, daging, hingga jantungnya.
> “Mereka mengkhianatiku dari dalam istana. Seseorang yang duduk di meja yang sama denganku. Aku tak tahu siapa yang bisa dipercaya lagi. Tapi jika kau, Raras, mendengarkan ini… aku ingin kau tahu—”
“Aku memilih menghilang karena hanya itu cara untuk melindungimu.”
Suara William terhenti oleh desisan listrik. Rekaman rusak di tengah.
Raras berdiri kaku, memandang kosong ke arah alat itu, seolah dunia di sekelilingnya berhenti berputar.
“Dia… melakukannya untuk melindungiku…” bisiknya parau. “Seluruh waktu ini, aku membencinya karena pergi. Tapi dia hanya ingin aku tetap hidup.”
Jonathan menatapnya dengan iba. “Raras, kita akan menemukannya. Aku janji.”
Raras menggeleng pelan, matanya menatap cincin di tangannya.
“Tidak, Jonathan. Aku yang akan menemukannya. Karena aku satu-satunya alasan kenapa dia menghilang.”
---
Saat mereka keluar dari lorong itu, matahari mulai terbit di balik kabut.
Cahaya pagi menyinari taman mawar, membuat butiran embun berkilau seperti permata.
Raras berdiri di sana — diam, memegang cincin William erat di dada.
Di balik wajahnya yang lembut, kini tersimpan tekad baja.
Ia bukan lagi putri dari negeri jauh yang tersesat di istana asing.
Ia adalah wanita yang akan menantang kerajaan demi cinta yang tak bisa dimakamkan.
nah,,, buat sebagian org, cinta nya kok bisa diobral sana sini,, heran deh,,
aku suka,,,aku suka,,,
mommy komen nih ya,,,🥰
kalo sempet blz komen kita" ya
senang banget mommy atuh neng,,,
bisa baca karya mu di sini lg🥰