[Kinara, kamu sudah tahu rumor Aldo dengan Asisten barunya? Apa kamu diam saja tak berbuat apa-apa?]
Pesan Sofie, seniornya di Light Tech Kuala membuat Kinara melamun. Ia tak tahu apa-apa soal Asisten baru karena Aldo tak pernah mengungkit soal perusahaan saat pulang bekerja.
Kinara tak menyangka di usia pernikahan yang hendak menginjak 6 tahun, harus mendapat rumor seperti ini. Padahal ia sudah merasakan kehidupan umah tangganya berjalan stabil selama di Kuala.
Akhirnya ia mulai merasakan kehampaan hubungan sejak Aldo di angkat sebagai kepala cabang di PT Glow Star Tech Jayra.
Aldo yang selalu sibuk dengan pekerjaan membuat Kinara merasa sendiri dalam kehidupan rumah tangga itu. Namun, demi anak kembarnya Armand dan Arnold Kinara berusaha bertahan.
Akan kah Aldo dan Kinara mampu mempertahankan pernikahan mereka ditengah kesibukan Aldo dan krisis kehilangan jati diri yang di alami Kinara?
Temukan kelanjutan cerita mereka di Sesi 2 dari "Terjerat cinta teman serumah" disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepercayaan
CEKLEK!!
Aldo baru sampai di kamar inap Kinara. Kinara terlihat sudah tertidur dengan wajah yang masih pucat. Aldo menghampiri nya, perasaan bersalah lagi-lagi menyerang hatinya.
Siang tadi, dia bersikap dingin pada Kinara. Di tambah dia meninggalkan Kinara berjam-jam sendiri menunggunya untuk menemani Sonya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tempat Kinara di rawat, Aldo merasa kegalauan melandanya karena sikap spontan nya menolong Sonya. Dia benar-benar tidak memikirkan perasaan Kinara maupun Sonya.
"Kenapa aku bodoh sekali?" rutuknya. Kesalahan yang sama terus berulang ia lakukan. Karena perasaan iba dan tak tega pada Sonya, ia rela mengatakan sesuatu yang bisa membuat Kinara makin kecewa padanya.
"Padahal mama sudah memperingatkan aku. Kenapa aku tiba-tiba terhipnotis bersikap berlebihan seperti tadi?" sesalnya sambil memukul stir beberapa kali.
Aldo duduk dikursi samping brankar. Menggenggam tangan Kinara, mencium punggung tangannya sesekali. 'Sejak kapan hatiku mulai lelah menghadapi mu?' batinnya.
Aldo tak ingat kapan terakhir ia benar-benar tulus seperti dulu. Akhir-akhir ini ia hanya berusaha membujuk Kinara hanya karena tak ingin terus bertengkar, bukan karena tulus mencintai Kinara lagi.
Ia tertidur dengan kepala bersandar diatas brankar. Kinara sebenarnya belum tidur, dia hanya tidak ingin bicara dengan Aldo saat ini. Ia menatap wajah Aldo. Guratan lelah dan kesedihan nampak diwajahnya.
Kinara mulai terpejam dan akhirnya ikut tertidur.
***
Keesokan harinya.
Sonya terbangun dan langsung mencari Aldo.
"Pa, Aldo mana?" tanya Sonya.
"Dia pulang Nak, dia harus bekerja." Sonya merasa lega.
Aldo berpesan semalam kalau Sonya mencarinya jangan bilang kalau dia ke rumah sakit menjaga istrinya. Akhirnya Kenny berkata seperti itu untuk menenangkan Sonya.
"Sonya, dokter bilang hari ini akan ada proses pemeriksaan awal penyakitmu. Kamu bersiap ya," bujuk Elia.
Sonya mengingat pesan Aldo, kalau ingin menikah dengannya, dirinya harus sembuh.
Sonya mengangguk cepat. "Aku akan ikut kata dokter Ma," jawabnya dengan mata berbinar.
"Halo Sonya, bagaimana perasaan nya hari ini? Sudah siap memulai pengobatan? " tanya dokter yang kemarin sempat panik melihat sikap Sonya. Untung saja Aldo datang dan bisa membujuk Sonya.
"Siap dokter, hari ini aku bersemangat sekali supaya bisa jadi calon pengantin," serunya seperti anak kecil. Perawat dan dokter itu tersenyum sambil melirik Kenny yang hanya tertunduk.
"Oke, baguslah saya juga jadi ikut bersemangat. Sekarang duduk di sini ya, kita ke laboratorium," suruh dokter sambil menunjuk kursi roda yang dibawa perawat.
***
Kinara sudah bangun lebih awal. Dia tak tega membangunkan Aldo yang masih tertidur lelap di atas sofa. Entah kapan dia pindah tidur ke sana.
"Terima kasih," ujar nya pada petugas rumah sakit yang mengantar sarapan.
Kinara komitmen untuk makan apa saja yang disediakan supaya tidak merepotkan Aldo. Dia juga tidak ingin membahas situasi kemarin jika Aldo tidak ingin menceritakan nya, ia ingat pesan feri semalam. Hanya itu cara yang bisa ia lakukan supaya Aldo tetap merasa dirinya lah tempat terbaik untuk Aldo pulang.
Ia sudah menghabiskan sarapannya meski sambil menahan mual. Sesekali ia menghirup aromatherapi untuk mengalihkan rasa mualnya.
Kinara berjalan perlahan ke kamar mandi, ia mandi pagi itu supaya terlihat lebih segar. Wajahnya sudah mulai tidak pucat lagi. Ia sedikit berdandan supaya dokter yakin dia bisa pulang hari itu.
Saat keluar kamar mandi, ia melihat Aldo berdiri didepan pintu menunggunya. "Sudah merasa lebih baik?" tanya Aldo.
Kinara mengangguk dan tersenyum. "Sengaja mandi biar terlihat sehat dan segar," sahutnya.
Aldo merangkul Kinara sambil memapahnya ke brankar. "Aku sudah sarapan. Kakak cari sarapan aja dulu dibawah." Aldo mengangguk.
"Hari ini ke kantor?" tanya Kinara lagi. "Aku coba hubungi Mama dulu bisa menemanimu di rumah sakit ga hari ini. Kalau tidak bisa, biar aku masuk setelah makan siang saja sekalian setelah mengantarmu ke apartemen." Kinara mengangguk.
Aldo berjalan melewati lorong menuju kafe dilantai bawah rumah sakit.
Ia memesan secangkir kopi dan beberapa potong kue. Beberapa pesan masuk dari Kenny.
K: Aldo terima kasih kemarin, maaf sudah merepotkan mu lagi. Sonya sudah merasa lebih baik hari ini. Meski dia menanyakan mu, aku mengatakan kamu harus bekerja ternyata benar dia lebih stabil dengan alasan itu.
^^^A: Syukurlah Pak, tapi hari ini saya tidak bisa kesana. Saya harus mengantar istri saya pulang ke apartemen dan lanjut bekerja.^^^
K: Tidak masalah, kemarin sudah cukup bantuanmu. Hari ini dia sudah mulai pemeriksaan untuk kanker nya dan terapi untuk depresinya. Doakan saja semua lancar. Terima kasih sekali lagi.
^^^A: Baik pak, semoga dilancarkan semuanya.^^^
Aldo teringat sesuatu yang ingin dibahas Kinara kemarin. Ia bergegas menghabiskan sarapannya untuk kembali ke kamar Kinara.
Kinara sedang menikmati apel yang ia kupas sendiri sambil mengabari situasinya pada Sheila dan Ayu.
CEKLEK
Aldo masuk dan duduk di samping brankar. "Sayang, aku penasaran apa yang mau kamu bahas kemarin?" tanya Aldo
Kinara menatapnya bingung, "Kenapa Tiba-tiba?" tanya nya heran.
"Aku baru teringat. Sepertinya itu hal serius, soal apa?" tanya Aldo lagi.
"Emmm..tapi jangan marah ya?" minta Kinara.
Aldo mengernyit, "Kenapa yakin aku akan marah?"
"Hanya untuk berjaga-jaga," sahut Kinara.
"Oke, aku ga akan marah," jawab Aldo sambil mengangkat dua jari nya.
Kinara menceritakan informasi yang ia dapat dari Bryan soal Sonya.
"Kamu mencari info tentang kehidupannya? Untuk apa?" tanya Aldo.
"Katanya janji ga akan marah," celetuk Kinara.
"Kak, aku hanya khawatir kamu akan dimanfaatkan atau apalah itu. Jadi aku mencoba mencari tahu untuk memperingatkan nya supaya tidak mendekat denganmu lagi. Semua istri pasti akan berusaha menjaga suaminya dari perempuan seperti itu. Itu hal yang wajar," elak Kinara.
"Kenapa sih tidak percaya saja denganku? tanya Aldo heran.
"Kalau aku percaya apa yakin kakak bisa menjaga kepercayaan ku? Nasehat mama saja tidak kakak dengar. Apalagi aku?" sungut Kinara.
Aldo baru teringat, Kinara sedang menyindirnya soal kemarin. Aku tertegun, "Aku sudah tahu semua yang kamu ceritakan. tadi dari pak Kenny. Aku memang akhirnya merasa iba dengan Sonya," ujar Aldo santai.
Kinara terhenyak, " Perasaan iba ini yang akhirnya jadi awal perasaan yang lain. Kamu bisa ya iba sama kondisi perempuan lain sampai tega meninggalkan istrimu begini sendirian."
Aldo terdiam, dia mengakui tuduhan itu.
"Kak, aku ga mau berdebat. Aku hanya mau kesadaranmu sendiri menjaga jarak dari Sonya. Apapun alasan dibaliknya. Kamu tidak punya kewajiban melakukan itu padanya. Kewajiban mu hanya padaku, dan anak -anak mu." Kinara menghela nafas.
"Padahal aku sudah bersusah payah menahan diri dan merelakan kejadian kemarin, tapi kamu terus memancingku lagi membahas ini," gerutu Kinara.
"Bisakah kamu memegang kepercayaan ku? Kepercayaan mama dan papa? Kepercayaan anak-anak padamu?" tanya Kinara dengan tenang dan tegas.
Kamu berhak bilang kalo ada yang bikin kamu ngerasa gak nyaman 🫠