NovelToon NovelToon
Reign Of The Shadow Prince

Reign Of The Shadow Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi / Fantasi Isekai
Popularitas:553
Nilai: 5
Nama Author: ncimmie

di khianati dan di bunuh oleh rekannya, membuat zephyrrion llewellyn harus ber transmigrasi ke dunia yang penuh dengan sihir. jiwa zephyrrion llewellyn masuk ke tubuh seorang pangeran ke empat yang di abaikan, dan di anggap lemah oleh keluarga, bangsawan dan masyarakat, bagaimana kehidupan zephyrrion setelah ber transmigrasi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ncimmie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

“Ngomong-ngomong, Tuan Duke,” Valerian membuka percakapan kembali saat Duke Ravion hendak menghabiskan tehnya. “Aku dengar kau punya sekutu di pihak yang netral.”

Duke Ravion yang sedang menyesap teh berhenti sejenak. Ia meletakkan cangkirnya perlahan, suara porselen menyentuh meja terdengar halus namun tegas. Mata birunya, tajam dan penuh pertimbangan, menatap sang pangeran.

“Benar, Yang Mulia,” jawab Duke Ravion. “Bangsawan pihak netral jumlahnya tidak sedikit. Sebagian besar dari mereka adalah sekutuku. Dengan satu kata dari saya… mereka bisa diarahkan untuk mendukung Anda.”

Valerian mengangguk pelan.

Tatapan emasnya beralih pada jendela besar yang terbuka—angin sore membawa aroma pepohonan dan debu pelatihan.

“Aku akan menarik mereka ke sisiku,” katanya tenang namun dingin. “Dengan caraku sendiri.”

Duke Ravion tersenyum kecil—separuh kagum, separuh ngeri.

“Seperti yang diharapkan dari Anda, Pangeran Valerian.”

Percakapan berlanjut cukup lama, membahas strategi, rute pengaruh, hingga calon bangsawan yang potensial direkrut atau disingkirkan. Setelah semuanya selesai, Duke Ravion berdiri dan membungkuk hormat.

“Saya akan menyiapkan tempat latihan khusus untuk pasukan Anda, Yang Mulia. Saya penasaran… orang seperti apa yang Anda rekrut untuk berada di bawah komando Anda.”

Valerian hanya tersenyum tipis.

“Semua akan kau lihat sendiri nanti.”

Duke Ravion kemudian pergi, langkahnya mantap, seolah ia sedang membawa rahasia besar yang hanya ia dan Valerian ketahui.

Beberapa detik setelah pintu tertutup, Alaric masuk. Ia melihat Valerian berdiri di depan jendela, punggung tegap, rambutnya bergerak sedikit tertiup angin.

“Pangeran,” panggilnya pelan.

Valerian menoleh. Tatapan emas itu tajam, namun di baliknya ada sesuatu yang berkilat—ambisi yang tak bisa dihentikan.

“Aku tinggal sedikit lagi, Alaric,” ujarnya lirih namun penuh tekad. “Tujuanku… sebentar lagi akan tercapai.”

Alaric menunduk, suara penuh kesetiaan.

“Saya ikut bahagia untuk Anda, Pangeran. Tapi… Anda belum beristirahat sejak pagi. Istirahatlah sebentar. Tubuh Anda juga perlu dijaga.”

Valerian memejamkan mata sejenak, merasakan berat di pelupuknya. Kemudian ia mengangguk pelan.

“Baiklah.”

Suara itu tenang, namun tetap membawa otoritas seorang pangeran yang tahu dirinya tak boleh tumbang sebelum waktunya.

Alaric tersenyum lega.

“Saya akan menyiapkan kamar Anda.”

Valerian menatap keluar jendela sekali lagi, melihat langit yang mulai berwarna jingga.

“Kerajaan ini tidak tahu… badai apa yang sedang mendekat.”

Valerian berjalan perlahan menuju kamar tidurnya. Alaric membuka pintu dan menunduk ketika sang pangeran melangkah masuk. Ruangan itu remang—hanya lilin di sudut meja yang menyala lembut, memantulkan bayangan di dinding batu putih.

Alaric membenarkan selimut dan merapikan bantal sebelum berbalik pada Valerian.

“Pangeran, saya akan berjaga di luar. Jika Anda membutuhkan sesuatu, panggil saja.”

Valerian hanya mengangguk kecil.

“Terima kasih, Alaric.”

Ketika pintu tertutup, keheningan memenuhi kamar.

Valerian melepas mantel tipisnya, meletakkannya di kursi, lalu duduk di tepi ranjang. Tubuh mungilnya tampak santai, namun otaknya masih terus bekerja tanpa berhenti.

Ia merebahkan diri perlahan, mata emasnya menatap langit-langit kamar yang tenang… kontras dengan badai rencana yang berputar di dalam kepalanya.

“Sedikit lagi…” gumamnya dalam hati.

Bangsawan netral.

Persiapan ujian akademi.

Pasukan yang perlahan mulai terbentuk dan setia padanya.

Duke Ravion yang kini resmi berada di pihaknya.

Kelemahan Putra Mahkota yang semakin terlihat.

Semua seperti potongan puzzle yang mulai menemukan tempatnya.

Valerian memiringkan tubuhnya, tangan kecilnya menyentuh kening.

Ia merasakan sedikit lelah… bukan fisik, tapi dari terus menghitung, merencanakan, dan mengatur semuanya sendirian.

“Aku tidak boleh lengah… Tidak boleh.”

Rambut peraknya terurai di bantal, memantulkan cahaya lilin.

Ia menarik napas panjang, membiarkan tubuhnya rileks untuk pertama kali sejak pagi.

Tapi otaknya tetap berjalan.

Ia membayangkan hari ia memasuki akademi—tempat para bangsawan muda saling bersaing… tempat ia akan menunjukkan dirinya sebagai ancaman yang tak pernah diduga siapa pun.

Ia membayangkan bagaimana para bangsawan netral akan jatuh satu per satu ke sisinya, bukan karena paksaan, tetapi karena kemampuan dan ketegasannya.

Ia membayangkan bagaimana rakyat akan menyadari keberadaannya, pangeran ketiga yang selama ini dianggap hilang, kini kembali membawa kekuatan kegelapan yang bahkan kerajaan pun tak bisa kendalikan.

Lalu…

Ia membayangkan hari di mana ia akan merebut tahtanya sendiri, bukan sebagai pewaris… tapi sebagai penguasa yang menghancurkan sistem kejam yang dulu membuangnya.

Tatapan emas Valerian melembut.

“Sedikit lagi…,” bisiknya pelan. “Tunggu saja.”

Tubuhnya akhirnya melemas, kelopak matanya menutup perlahan.

Cahaya lilin berkedip-kedip saat angin senja masuk lewat jendela.

Dan untuk pertama kalinya hari itu—

Valerian tertidur.

...----------------...

Di Istana Matahari—jantung Kerajaan Velthoria—malam turun perlahan. Lilin-lilin panjang menyala, bayangannya menari di dinding ketika Sang Ratu menatap meja kerjanya penuh kebencian.

Suasana ruangannya tegang, dingin, dan penuh rencana gelap.

Di depannya berdiri Putra Mahkota Kiel, tangan terlipat di belakang, wajahnya muram.

“Valerian…” sang ratu menggumam, nadanya hampir mendesis.

“Anak itu kembali dan menciptakan kekacauan. Harusnya dia tidak pernah kembali ke Velthoria.”

Kiel mengangguk kecil, mengingat tatapan Valerian sebelumnya—tenang, tajam, dewasa… bukan tatapan bocah 14 tahun.

“Ibu benar,” kata Kiel pelan. “Dia berbeda. Seolah dia sudah mempersiapkan langkah-langkahnya.”

Ratu memejamkan mata sesaat, lalu membuka laci.

Ia mengeluarkan sebuah gulungan dengan stempel hitam, simbol kelompok pembunuh paling menakutkan di Velthoria dan negara sekitarnya:

Night’s Fang.

Pembunuh bayaran yang tak pernah gagal… kecuali targetnya benar-benar bukan manusia biasa.

“Kita tidak bisa membiarkan Valerian melangkah lebih jauh,” ujar ratu.

“Jika dia masuk Akademi, dia akan mendapatkan dukungan para bangsawan muda. Dan kau, Kiel…”

Tatapannya tajam.

“Takkan jadi putra mahkota lagi.”

Kiel menunduk, rahangnya menegang keras.

“Jadi ibu ingin…”

Ia tidak selesai bicara.

“—membunuhnya.”

Nada ratu tegas, dingin, tanpa keraguan.

Angin malam yang masuk lewat jendela seakan membeku.

“Siapa pembunuhnya?” tanya Kiel.

Ratu membuka gulungan itu penuh kehati-hatian.

Di dalamnya, simbol pedang hitam menyala dalam cahaya lilin.

“Night’s Fang,” jawab ratu. “Pembunuh terbaik mereka akan dikirim ke istana Phoenix untuk mengeksekusi Valerian sebelum dia memasuki akademi.”

Kiel menarik napas panjang—bukan karena takut membunuh, tapi karena Valerian bukan target biasa.

“…Baik. Aku setuju, ibu. Jika tidak, dia akan merebut Velthoria dari kita.”

Senyum ratu terangkat perlahan, kejam, seperti ular yang puas setelah menyuntikkan racun.

“Malam ini juga aku akan mengirimkan suratnya.”

Ia menggulung kembali simbol hitam itu.

“Setelah Valerian mati, satu-satunya pewaris tahta Velthoria… hanya kau, Kiel.”

Kiel membungkuk hormat, meski di matanya ada ketakutan:

Takut karena ia tahu… membunuh Valerian tidak akan mudah.

Di luar, angin berdesir pelan.

Di Istana Phoenix, Valerian sedang tidur tenang, tanpa mengetahui bahwa pembunuh paling mematikan di Velthoria sudah bergerak menuju dirinya

1
彡 Misaki ZawaZhu-!
Bingung mau ngapain setelah baca cerita ini, bener-bener seru!
Nori
Buku-buku sebelumnya sudah seru, tapi yang ini bikin aku ngerasa emosi banget.
Brian
Terpesona
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!