NovelToon NovelToon
Dihamili Musuh Abangku

Dihamili Musuh Abangku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.

"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.

"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."

"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Musuhku

Alina kini telah berada di kampus, ia dan Nova masuk ke dalam kelas. Namun karena dosen tidak datang, akhirnya Alina memutuskan untuk ke perpustakaan.

Namun baru saja ia masuk ke dalam perpustakaan, ia melihat Bram yang juga sedang berada di perpus juga.

Alina yang masih kesal pun mengindari pria itu, namun Bram keburu melihat Alina duluan, tak ayal pria itu mengejar Alina.

"Alina sayang tunggu." Ucap Bram dengan menahan pergelangan tangan Alina.

"Lepaskan aku kak!!"

"Sayang kita perlu bicara."

"Tidak ada yang harus kita bicarakan, hubungan kita sudah selesai kak. Kamu sudah menjadi milik orang." Balas Alina mengenyahkan tangan Alina.

"Please sayang tunggu, aku dijebak oleh Naura."

"Itu bukan urusanku."

Alina berlari kecil keluar dari perpustakaan, Bram pun mengikuti langkah Alina.

"Alina sayang"

"Cukup jangan panggil aku dengan sebutan itu kak. Hubungan kita sudah usai."

"Alina.....Alina..."

Bram berteriak memanggil nama Alina saat gadis itu pergi, Nova mendekati Bram yang terlihat berkaca-kaca.

"Lo dah buat temen gue kak Bram. Lupakan Alina." Ucap Nova.

"Gue tahu Nova, tapi ....."

"Cukup kak Bram, biarkan Alina tenang dulu."

Bram mengangguk, ia pun menitipkan Alina pada Nora. Bram tahu Alina begitu dekat dengan Nora dan pastinya aka menjaga Alina dan menghibur mantan pacarnya itu.

Sebulan Kemudian.

Tidak terasa waktu terus bergulir, dan sampai detik ini nyatanya sudah sebulan Alina masih tidak sudi bertemu dengan Bram, bahkan Alina selalu menghindari Bram.

Bram begitu kecewa dan terpuruk, hingga setiap pulang kuliah ia tidak langsung pulang, namun lebih memilih menyendiri.

Saat ini Alina sedang bersiap kuliah setelah sarapan bersama kakaknya, saat itu ia merasa kepalanya pening, saat itu juga penglihatannya jadi buram.

Adrian terkejut adiknya pingsan, ia yang hendak pergi bekerja pun panik melihat adiknya telah jatuh di lantai.

"Alina, bangun!!'

Alina bahkan tidak sadar saat Adrian menguncang pelan tubuhnya, dan akhirnya karena cemas dengan kondisi adiknya Adrian membawa Alina ke rumah sakit.

Adrian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ia melihat raut wajah pucat adiknya. Untungnya rumah sakit dari tempat tinggalnya dekat, juga saat itu tidak terlalu macet.

Alina di gendong Adrian sampai ke ruang periksa dan saat itu Alina langsung di tangani oleh dokter yang berjenis kelamin wanita.

15 menit kemudian dokter wanita itu mendekati Adrian yang masih menunggu kabar adiknya.

"Anda siapanya pasien?"

"Saya kakaknya dok. Gimana keadaan adik saya?" Tanya Adrian cemas.

"Suaminya kemana?" Tanya dokter itu lagi, yang bukannya menjawab pertanyaan Adrian.

"Suami...? Dia belum menikah dokter, asik saya bahkan masih kuliah semester tiga." Jawab Adrian yang malah semakin bingung.

"Sebenarnya ada apa sih dok? Adik saya sakit apa?"

Dokter wanita itu hanya menghela nafasnya sebentar, sebelum akhirnya ia mulai buka suara.

"Adik anda hamil mas, sudah 6 Minggu usia kandungannya."

Bola mata Adrian hampir keluar saat mendengar penuturan dari dokter wanita yang baru saja mendiagnosa adiknya hamil.

"A_apa hamil dok?"

"Iya, adik anda hamil. Saya akan resepkan vitamin dan penguat kandungan. Mohon di jaga dengan baik adiknya." Jawab dokter itu dan langsung undur diri dari hadapan wali pasien.

Adrian terlihat lemas, ia tak habis pikir bahwa adiknya bisa melakukan hubungan terlarang, dirinya saja bisa menjaga sampai detik ini selalu bisa hidup dengan lurus.

Ada rasa kecewa bahwa adik yang harus ia jaga malah mencoreng wajahnya, Adrian merasa gagal sebagai seorang kakak.

Saat Adrian masuk ke dalam ruang di mana Alina sedang berbaring, gadis itu baru saja sadar dan duduk di sandaran ranjang.

"Kak, aku kenapa bisa ada di sini?" Tanya Alina yang cukup terkejut saat ia membuka mata ternyata ia sudah berada di rumah sakit.

"Katakan pada kakakmu ini, siapa ayah dari janin yang kamu kandung itu." Seru Adrian.

Mulut Alina mengangga, ia tak mengerti ucapan kakaknya, namun tanpa sadar tangannya reflek berada di perutnya.

"Apa maksud kak Adrian?"

"Jangan berpura-pura Alina, kamu hamil 6 Minggu."

Gleg

Tiba-tiba Alina merasa dunianya berputar saat mendengar kabar yang tidak terduga itu. Ia merasakan kesulitan bahkan untuk menelan ludahnya, sebuah reaksi fisik yang menunjukkan betapa shocknya dia dengan informasi tersebut.

Biasanya, Adrian adalah sumber kehangatan dan kepercayaan bagi Alina, namun kali ini, ia menampilkan ekspresi yang gelap dan serius, sangat berbeda dari biasanya. "Ha_hamil....? Tidak, itu tidak mungkin," kata Alina dengan nada suara yang bergetar, mencoba untuk mengingkari kenyataan yang baru saja diungkap oleh Adrian.

Namun, semakin ia melihat wajah Adrian yang serius dan penuh kegelisahan, semakin sulit baginya untuk tetap berada dalam penyangkalan. Wajah Adrian yang biasanya penuh dengan senyum hangat dan ramah, kali ini terlihat begitu asing dan menakutkan bagi Alina.

Kini wajah kakaknya terlihat penuh emosi dan kemarahan, wajar saja jika seorang kakak yang sudah bertahun-tahun menjadi tulang punggung adiknya bahkan menjadi pelindung Alina kini terlihat marah.

"Apakah Bram yang menghamilimu?" Tebak Adrian yang hanya tahu Alina pacaran dengan Bram.

Alina menatap Adrian dengan mata berkaca-kaca. Kedua tangannya memegangi perut yang masih rata itu, seakan mencari perlindungan dari kebingungannya sendiri.

"Bukan, Bram bukan ayahnya," bisiknya hampir tak terdengar, suaranya tenggelam dalam keraguan. Adrian mengerutkan kening, tatapannya penuh tanya.

Air mata mulai mengalir deras, meninggalkan jejak basah di pipinya yang pucat. Adrian terdiam, langkahnya terhenti. Rasa frustrasi dan kebingungan bercampur menjadi satu. Dia menghela napas panjang, mencoba meredam amarah dan kekecewaan yang mulai memuncak.

"Katakan Alina, atau aku harus ke rumah Bram dan memberi perhitungan padanya." Teriak Adrian yang tanpa sadar telah membentak adiknya.

Alina menangis dan mencegah kakaknya. " Jangan kak, bukan kak Bram ayah dari janin ini, tapi pria lain."

Akhirnya Alina membuka suaranya, dan Adrian yang mendengarnya makin emosi.

"Aku tidak mendidikmu menjadi nakal Alina. Kenapa kamu bermain dengan pria lain? Bukankah pacarmu itu Bram?"

"Aku sudah putus dengan kak Bram karena dia menghamili teman kuliahku kak, tapi kesalahanku saat kak Adrian pergi dinas, aku malah ke club dan mabuk. Lalu aku dan orang itu tak sengaja melakukan......." Ucapan Alina terhenti karena ia malah semakin terisak.

Adrian hanya menghela nafasnya, rasanya ia juga tidak tega melihat adiknya.

"Lalu kamu kenal dengan orang itu?"

"Aku tidak kenal kak, aku baru bertemu saat di hotel, itu pun dia yang menarik aku ke kamarnya. Sumpah kak, maafkan Alina." Derai air mata Alina kian membanjiri wajahnya.

"Tapi tidak mungkin kamu tidak mengingat wajahnya kan? Katakan !!" Desak Adrian yang mencecar adiknya.

"Aku tidak tahu namanya, tapi aku kenal wajahnya. Orang itu adalah teman kak Adrian, aku baru ingat ketika membersihkan kamar kakak ada foto kakak dengan pria itu. Dan dia orang yang meng h4 mili aku kak." Jawab Alina berterus terang.

"Foto?" Gumam Adrian yang merasa feeling-nya tidak enak.

Lalu Adrian mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto dirinya, mantan pacar Adrian dan pria yang di maksud adiknya.

"Apakah orang ini?" Tunjuk Adrian memperlihatkan foto itu pada Alina.

"Iya kak, dia orangnya yang sudah memaksaku tidur dengannya." Terang Alina dengan wajah ketakutan.

"Si4lan kamu Bara Respati, dia bukan temanku, dia musuhku." Seru Adrian, dan itu cukup membuat Alina menutup mulutnya tak percaya.

1
اختی وحی
kalimat ny salah thor, harusnya bukan semalam. tpi malam itu.. krn kejadian ny sudah sebulan lalu
dindaaurora: ok nanti saya cek lagi kak
total 1 replies
vita
suka sm jln ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!