NovelToon NovelToon
Pembalasan Rania

Pembalasan Rania

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Pelakor / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: sweetiemiliky

Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : Pernikahan

Sekitar empat hari setelahnya, pernikahan Rania dan Ryan benar-benar dilakukan meski Anton menentang keras pada awalnya. Alasan Anton menyetujui pernikahan mereka bukan karena ancaman Rania. Anton tetap kekeh menolak waktu itu meski Rania sudah mengancam yang tidak-tidak.

Setelah Ryan dan tiga temannya pergi, Rania menarik Anton ke halaman samping dan duduk berdua. Disana, mereka berbicara dari hati ke hati, tentang masalah yang sedang dihadapi saat ini.

Tidak ada nada tinggi, perdebatan yang tidak perlu, hanya ada suara lirih dari ke-dua belah pihak.

"Tolong ijinkan aku menikah dengan Ryan, ayah. Aku mohon."

Anton memalingkan wajah ke samping. "Keputusan ayah masih sama. Ayah tidak akan membiarkanmu hidup bersama laki-laki urakan seperti Ryan–,"

"Apa ayah tidak mau melihat aku memiliki pasangan?"

"Apa yang kamu pikirkan? Tentu saja ayah ingin melihat kamu memiliki pasangan lagi, kecuali Ryan Ryan itu. Ayah tidak setuju kalau pasangan baru yang kamu maksud adalah laki-laki itu."

"Kenapa?"

Helaan napas terdengar dari kubu Anton. Ia membawa tatapannya ke arah Rania, lalu bergerak memberikan usapan dipipi.

"Tanpa ayah jelaskan juga kamu sepertinya tahu alasan ayah, nak. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu."

Ke-dua mata Rania mulai berkaca-kaca, tak lama tetesan likuid bening mengalir melewati pipi tirusnya. Kepala Rania tertunduk dibarengi gerakan mengusap air mata.

"Kenapa baru sekarang?" Ada jeda sejenak sebelum Rania melanjutkan kalimat selanjutnya. "Kenapa baru sekarang ayah peduli padaku? Sejak dulu ayah tidak pernah memastikan nasibku baik-baik saja. Ayah mana peduli."

Tanpa sadar kepala Anton bergerak lirih. Maniknya mulai berkaca-kaca, rasa bersalah pada putri sulungnya, menyeruak dalam hati.

"Maafkan ayah."

Entah harus bagaimana lagi Anton menyampaikan maaf selain mengulang-ulang kata tersebut sampai mulutnya berbusa. Tapi meski begitu, Anton tetap merasa bersalah atas semua yang terjadi kepada Rania.

Ia masih hidup, masih sehat, masih bisa bekerja, tapi putrinya harus bekerja semenjak lulus sekolah menengah pertama.

Rania menarik napas sejenak. "Apa ayah ingin menebus semua kesalahan ayah?"

"Tentu. Ayah ingin memperbaiki semuanya dari sekarang."

"Kalau ayah benar-benar ingin memperbaiki semuanya, maka ijinkan aku menikah dengan Ryan. Aku akan melupakan semuanya dan memulai hidup baru bersama ayah dari anakku."

Pernikahan digelar secara sederhana, sangat sederhana. Hanya sekitar waktu satu jam pernikahan dilakukan dan semuanya selesai. Mereka makan bersama dimeja makan untuk memperingati, makanan yang tersaji pun tidak mewah dan beragam.

Untuk pertama kali setelah sekilan lama, Ryan duduk bersama banyak orang dalam satu meja makan yang sama. Ia yang tidak terbiasa pun merasa sedikit canggung karena sudah terbiasa makan sendiri, atau paling tidak bersama tiga temannya itu.

"Kamu ingin menambah nasi tidak?"

Reflek kepala Ryan menoleh ke samping, dan memandang Rania dengan wajah datarnya. "Tidak."

Rania mengangguk-angguk dan kembali lanjut menyantap makanan di piring miliknya. Sebetulnya, Rania sangat amat sadar kalau sejak tadi sorot mata Bumi tertuju penuh ke arahnya.

Tapi Rania pura-pura tidak tahu dan tidak sadar saja. Padahal didalam hati, Rania sangat amat puas dengan reaksi Bumi setelah pernikahan ini dilangsungkan. Bagaimana rasanya? Batinnya.

Berbeda dengan Rania yang pura-pura tidak tahu, Ryan secara terang-terangan menatap Bumi dengan wajah sombong. Tepat hari ini, setelah melihat Bumi duduk sejajar dengan Ambar serta perut buncit wanita itu, Ryan jadi tahu alasan Rania melakukan semua ini.

Ingin balas dendam, heh?

Saat dua pasang mata dengan sorot tajam itu bertemu, mereka beradu pandang selama beberapa detik. Terjadi perang kecil walau hanya melalui sorot mata.

Tangan kiri Bumi mengepal diatas paha saat melihat senyuman miring dari Ryan yang terkesan mengejeknya. Pria itu seakan berbicara, kalau dialah pemenang saat ini.

Anton berdehem saat melihat pertengkaran melalui sorot mata dari ke-dua menantunya. "Ryan," Panggilnya. Sang empu langsung menoleh dan menunggu kalimat selanjutnya.

"Kamu dan Rania akan tinggal dimana? Jika belum memiliki tempat tinggal, kalian bisa disini saja bersama kami. Ayah bicara seperti ini bukan untuk meremehkan kamu lagi. Hanya memastikan kalau putri ayah memiliki tempat tinggal setelah pergi dari sini."

"Aku memiliki rumah yang masih layak dihuni asal kau tahu—," Ia meringis kesakitan saat tangannya dicubit Rania. Berdecak, lalu segera merevisi ucapannya. "Maksudku, ayah. Aku punya rumah meskipun tidak pernah aku huni. Tenang saja, aku tidak akan membuang anak dan cucumu ke sungai."

Anton menghela napas berat. Setelah memiliki menantu kalem dan sopan, Anton sedikit terkejut mendapatkan menantu seperti Ryan. Bisa dibilang Ryan ini kebalikannya dari Bumi.

"Ya, kalau kamu berani menelantarkan anakku, siap-siap saja menanggung akibatnya."

Mendengus sambil memutar bola matanya malas. Ryan tidak benar-benar takut dengan ancaman itu, tidak tahu saja kalau hidup Ryan lebih menyeramkan dari ancaman Anton.

...----------------...

"Hei! Aku ingin bicara denganmu."

Ryan yang hendak membawa koper milik Rania ke mobil pun seketika menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Ngomong-ngomong soal mobil, ia meminjam milik Onad sebelum datang, karena tahu Rania akan ikut pulang bersamanya.

"Hei siapa yang kau maksud? Aku memiliki nama jika kau kurang paham."

Tidak ada ekspresi sama sekali diwajah Bumi. Dengan gerakan tenang, tangannya bergerak masuk ke dalam saku celana.

"Aku rasa tidak harus menyebut nama kalau ingin mengobrol. Yang terpenting aku masih sopan saat berbicara denganmu."

Mendengus. "Apa memanggil orang lain tidak dengan nama itu masih bisa dibilang sopan?"

"Sudahlah. Aku ingin bicara tentang hal lain denganmu."

"Tentang apa? Tentang Rania? Kenapa? Apa ada yang salah dengan istriku itu?"

Rahang Bumi mengetat, Ryan terlihat sangat sengaja membuatnya kesal. Senyuman kotak itu ... Sangat menyebalkan dimatanya.

"Aku tahu dia istrimu sekarang, tidak perlu diperjelas segitunya."

Maniknya bergulir ke arah lain. "Ya ... Siapa tahu kalau kau lupa? Dan masih menganggap istriku itu masih kekasihmu."

"Dia memang masih kekasihku sampai saat ini. Tidak ada kata putus diantara kami."

"Oh ya? Tapi kenapa kau malah menikahi perempuan lain yang sedang hamil dan Rania malah menikah denganku. Tidak hanya itu, dia sedang mengandung anakku sekarang."

Bumi diam tak berkutik. Kalau Ryan tahu yang sebenarnya, sudah pasti pria itu akan terus mengungkitnya saat bertemu dengannya, dan Bumi malas menghadapi mulut menyebalkan Ryan.

Berkedip sekali. "Aku hanya ingin berpesan padamu, tolong jaga Rania saat dia bersamamu, tolong bersikap baik padanya. Jangan sakiti dia, dan jangan membuatnya menangis."

"Hei, bung! Kau terlalu ikut campur dengan rumah tangga orang lain asal kau tahu. Kita tidak seakrab itu, jadi jangan sok mengatur hidupku."

"Aku tidak mengatur—,"

"Tapi kau menyuruh ku bersikap seperti ini dan seperti itu. Jadi apa namanya kalau tidak mengatur?"

"Ada apa ini?"

Pandangan ke-dua nya spontan terputus dan reflek menoleh ke samping. Terlihat Anton datang bersama tas besar ditangan kanannya, dan Rania yang berjalan dibelakang Anton.

Anton menatap menantunya bergantian. "Ayah lihat-lihat kalian ini selalu saja ribut. Apa, sih, yang kalian ributkan? Sekarang kita berada dalam satu keluarga, jadi tidak boleh ada pertengkaran lagi disini."

Ryan dan Bumi tetap saling melempar tatapan tajam meski Anton suah memperingati. Ibarat kata, mereka ini seperti kucing dan tikus, minyak dan air. Entah tidak ada yang tahu kapan mereka akan akur kalau bertemu.

"Ryan, barang-barangnya dipindahkan ke mobil dulu semuanya. Dan ini tas terakhir," Mengulurkan tas ke arah Ryan dan langsung diterima oleh sang empu.

Melihat punggung Ryan mulai menjauh menuju mobil, Anton memutar badannya dan menghadap ke arah Rania. Ke-dua tangannya bergerak membingkai wajah putri sulungnya.

"Sering-sering datang ke sini, ya? Pintu rumah selalu terbuka untuk kamu."

Mengangguk kecil. "Tapi aku tidak janji."

Tak lama, Ryan kembali dengan tangan kosong setelah sebelumnya membawa koper dan tas berisi barang-barang Rania.

"Sudah?"

"Ya."

Berjalan mendekati Ryan, dan bergerak menjauhi Anton. Meski hubungan mereka baru membaik akhir-akhir ini, Rania tetap merasa sedih, apalagi melihat ekspresi Anton saat ini.

Maniknya berkedip guna menahan air mata. Rania bertekad tidak akan menangis lagi dihadapan ayah, apalagi Bumi. Tidak ada tetesan air mata lagi dihadapan pria itu.

"Aku pamit, ayah."

Anton mengangguk, matanya berlinang air mata saat Rania menyalami tangannya. Tidak ada lagi kata yang mampu keluar dari mulut Anton setelahnya.

Rania membungkuk sekilas. Saat melirik ke arah mantan kekasihnya, tak sengaja manik kembar mereka tak sengaja bertemu dalam beberapa saat sebelum akhirnya Rania memutus kontak mata dengan Bumi.

Dari pihak Bumi sendiri, ada banyak kata yang ingin dia sampaikan pada Rania sebenarnya. Tapi semuanya terasa sulit dan berakhir ditelan sendiri.

Tatapan Bumi terus mengikuti pergerakan Rania dan Ryan sampai sepasang suami istri itu masuk ke dalam mobil. Bumi menelan ludah yang terasa pahit, bersamaan dengan mobil tidak lagi terllihat.

1
sutiasih kasih
ambar... km itu jenis makhluk benalu tak tau diri....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
sutiasih kasih
lnjut up....
👍👍
Riska Ananda
terfav🥰🥰
Riska Ananda
gk sabar nunggu kelanjutannya klo bisa up banyak2 thor
sutiasih kasih
org tua tak adil itu memang sll ada... & benar adanya....
tpi.... ank yg tak di anggp justru kelak yg sll ada untuk org tuanya di bandingkn ank ksayangan....
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Shreya Das
Bagus banget, jadi mau baca ulang dari awal lagi🙂
KnuckleBreaker
Gak bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!