Dikhianati. Dituduh berkhianat. Dibunuh oleh orang yang dicintainya sendiri.
Putri Arvenia Velmora seharusnya sudah mati malam itu.
Namun takdir memberinya satu kesempatan—hidup kembali sebagai Lyra, gadis biasa dari kalangan rakyat.
Dengan ingatan masa lalu yang perlahan kembali, Lyra bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas darinya.
Tapi segalanya menjadi rumit ketika ia bertemu Pangeran Kael…
Sang pewaris baru kerajaan—dan reinkarnasi dari pria yang dulu menghabisi nyawanya.
Antara cinta dan dendam, takhta dan kehancuran…
Lyra harus memilih: menebus masa lalu, atau menghancurkan segalanya sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Kemenangan yang Menguras energi
Lyra dan tim kecilnya, dipimpin oleh Kapten setia, bergerak cepat melintasi Jalur Utara yang dingin dan bersalju. Di kejauhan, mereka bisa mendengar gema pertempuran di Lembah Gema—suara benturan zirah dan raungan energi Aerion.
Setiap raungan Kael yang mereka dengar, membuat Lyra semakin panik. Itu berarti Kael sedang menguras energinya, dan Peninggalan sihir itu semakin mendekati aktivasi penuh.
"Kita hampir sampai, Yang Mulia," bisik Kapten, saat mereka bersembunyi di balik tebing yang tertutup kabut.
Lyra mengangguk. Dia melihat Lembah Gema membentang di bawah—lapisan kabut tebal menutupi medan perang. Lyra tahu bahwa di bawah kabut itu, Ratu Ilaria sedang menunggu.
Lyra mengeluarkan teropongnya. Di tengah lembah, Lyra melihat Kael memimpin pasukannya, Kael bertarung dengan kekuatan yang luar biasa. Kael tampak bersinar dengan energi emas, menghalau serangan pasukan Niveria. Tetapi di sekelilingnya, Lyra melihat pilar-pilar batu kuno yang ditinggalkan, kini mulai bersinar dengan cahaya ungu yang menyeramkan.
"Itu Peninggalan," Lyra berbisik. "Mereka mengaktifkannya."
Saat Lyra mengamati, Lyra melihat pergerakan. Tepat di samping Kael, Lyra melihat pasukan Jenderal Verris melakukan penarikan mundur yang kacau.
Ini adalah bagian dari rencana Lyra, tetapi melihat Jenderal Verris mundur, meninggalkan Kael sendirian, terasa seperti pengkhianatan yang nyata.
"Kael sendirian di sana," kata Kapten, terkejut.
"Itu adalah kehendak saya," Lyra berkata tegas. "Ilaria harus percaya Eteria sudah menyerah. Itu akan memusatkan perhatiannya pada Kael."
Saat pasukan Verris mundur, pasukan Niveria meledak dalam teriakan kemenangan. Lyra melihat di puncak bukit di sisi Niveria, sosok Ratu Ilaria yang elegan berdiri, mengamati dengan senyum puas.
Ilaria mengangkat tangannya. Tiba-tiba, pilar-pilar batu ungu di sekitar Kael melepaskan jaring energi yang tebal, langsung menyambar energi emas Kael.
Kael menjerit, tetapi tidak bersuara. Lyra hanya bisa melihat tubuh Kael tersentak saat energi Aerionnya diserap.
"Kita harus cepat!" perintah Lyra, Lyra memegang Liontin Segel perak Kael. "Kael tidak bisa bertahan lama!"
Lyra memimpin timnya menuruni tebing. Lyra harus bergerak melalui celah di antara pertempuran yang ditinggalkan Verris.
Mereka berhasil mencapai bagian bawah lembah. Lyra melihat ke arah Kael. Kael kini tertekuk, zirah emasnya tampak kusam, energinya tersedot habis.
"Dia hampir habis, Yang Mulia!" Kapten mendesak.
"Inti Peninggalan harus ada di bawah pilar pusat!" Lyra berkata. "Kita mencari terowongan kuno! Mereka tidak akan menyimpannya di permukaan!"
Lyra menemukan sebuah celah di tanah, tersembunyi di balik semak belukar yang membeku—sebuah lubang terowongan kuno yang mengarah ke bawah, ke pusat energi Peninggalan.
Lyra memberi perintah terakhir kepada Kapten. "Anda dan pasukan tunggu di sini. Lindungi terowongan ini. Jika ada yang mencoba masuk atau keluar, bunuh. Saya akan pergi sendiri."
"Yang Mulia! Itu terlalu berbahaya!"
"Saya Ratu," Lyra mengingatkan, "dan ini adalah kehendak saya. Saya akan kembali. Untuk Raja saya."
Lyra masuk ke dalam terowongan. Udara di bawah tanah terasa panas dan dipenuhi getaran sihir ungu yang kuat. Lyra merasa pusing, dan Liontin Segel perak Kael di tangannya mulai memanas hingga terasa sakit.
Setelah merangkak melalui lorong-lorong batu kuno, Lyra mencapai sebuah ruang melingkar yang luas. Di tengahnya, di atas alas batu besar, terletak Peninggalan yang sebenarnya: Sebuah kristal ungu raksasa yang berdenyut dengan kecepatan mengerikan.
Kristal itu menyalurkan energi biru-putih dari rune di permukaan, dan Lyra melihat energi emas yang familiar mengalir ke dalamnya—Jiwa Kael.
Lyra melihat Ratu Ilaria berdiri di samping kristal itu, Ratu Ilaria tersenyum kemenangan.
"Selamat datang, Ratu Muda," Ilaria menyambut, suaranya halus, tetapi kejam. "Aku tahu kau akan datang. Tapi aku tidak menduga kau sebodoh ini."
"Di mana Arista?" Lyra menuntut.
"Arista hanyalah pengganggu. Dia mencoba mengkhianatiku dan merebut ini," Ilaria menunjuk kristal itu. "Aku telah mengurungnya. Dan sekarang, kau akan melihat takdir yang sama."
Ilaria tertawa. "Peninggalan akan menjebak jiwa Aerion. Dia akan menjadi senjataku, abadi dan tak tertandingi. Kau hanya terlambat beberapa detik, Lyra."
Di permukaan, Lyra merasakan energi Kael mencapai ambang kehancuran.
Lyra menatap kristal ungu itu, lalu pada Liontin Segel perak Kael di tangannya. Liontin itu berdenyut dengan rasa sakit, seolah-olah Liontin itu tahu takdirnya.
"Anda tidak akan memilikinya," kata Lyra, Lyra mendekati kristal itu.
"Hentikan! Jika kau menyentuhnya, sihir Peninggalan akan menghancurkanmu!" Ilaria memperingatkan.
Lyra mengabaikan Ilaria. Lyra memusatkan kehendaknya pada Liontin Segel perak. Liontin yang dulu mengikat Valerius dan Aerion, kini harus mengakhiri keberadaannya untuk membebaskan mereka selamanya.
"Liontin Segel," Lyra berbisik, memanggil kekuatan terakhirnya. "Aku, Lyra Velmora, Ratu Eteria, perintahkan kau: Serap sihir Peninggalan, dan hancurkan dirimu!"
Lyra menekan Liontin Segel perak itu ke inti kristal ungu Peninggalan.
Cahaya perak dan ungu berbenturan dengan suara yang memekakkan telinga. Lyra merasakan rasa sakit yang luar biasa; energinya terkuras, kulitnya terasa terbakar, tetapi Lyra menahan, memaksakan kehendaknya.
Liontin Segel perak, yang merupakan penawar sihir kuno, mulai menyerap energi Peninggalan. Lyra melihat retakan muncul di Liontin Segel.
Ilaria berteriak, mencoba menghentikan Lyra dengan sihirnya, tetapi gelombang energi benturan itu terlalu kuat.
"Hentikan! Kau menghancurkan Aerion!" Ilaria menjerit.
"Aku membebaskannya!" Lyra membalas, air mata mengalir di wajahnya.
Liontin Segel perak Kael hancur menjadi debu perak. Pada saat yang sama, kristal ungu Peninggalan itu meledak dalam pecahan-pecahan yang tidak berbahaya. Energi Aerion yang terperangkap dilepaskan!
Lyra jatuh ke lantai, kelelahan, tetapi tersenyum.
Di permukaan, pilar-pilar batu ungu yang menjebak Kael hancur berkeping-keping. Energi Aerion yang dilepaskan kembali ke Kael dengan kekuatan penuh. Kael, yang hampir pingsan, tiba-tiba bangkit. Kael kini bebas, dan marah.
Kael melihat Ratu Ilaria dan Lyra di bawah. Kael tahu apa yang Lyra korbankan.
Kael melepaskan raungan yang menggetarkan lembah. Kael melepaskan gelombang energi emas murni—kekuatan Aerion yang tidak lagi bisa dijebak. Energi itu menyapu pasukan Niveria.
Di bawah tanah, Ratu Ilaria, yang kehilangan kekuatannya, menatap Lyra dengan kebencian absolut.
"Kau menghancurkan takdirku! Aku akan membunuhmu!" Ilaria menyerang Lyra.
Lyra, yang tidak memiliki Liontin Segel, tidak memiliki sihir. Tapi Lyra memiliki kehendak yang telah teruji. Lyra mengambil belati kecil yang selalu ia bawa dan menusukkannya ke bahu Ilaria.
Ilaria menjerit. Lyra memukulnya dengan sisa-sisa kekuatannya. Ilaria jatuh.
Tiba-tiba, Arista muncul dari bayangan, Arista melihat Ilaria yang terluka dan Lyra yang kelelahan. Arista tidak menyerang Lyra. Arista berlari ke Ilaria.
"Ratu Ilaria, Anda akan mati!" Arista berbisik, Arista mengambil pedang Ilaria.
"Arista, jangan!" Lyra memohon.
Arista mengabaikannya, Arista menusuk Ilaria. "Aku adalah ratu yang seharusnya mendapatkan segalanya! Bukan dia! Bukan kau!"
Arista menusuk Ilaria, lalu menusuk dirinya sendiri. Dendam dan obsesi Valerius telah mengakhiri kehidupan dua wanita yang menginginkannya.
Saat Lyra menatap kedua mayat itu, Kael masuk ke ruang bawah tanah. Kael melihat Lyra, Liontin Segel yang hancur, dan mayat Arista dan Ilaria.
Kael berlutut di samping Lyra. "Kau sudah bebas, Ratu-ku," Kael berbisik.
"Kita bebas, Kael," Lyra membalas, Lyra bersandar pada Kael. "Liontinnya sudah hilang. Tapi kita menang."
Lyra melihat timnya masuk. Di atas, perang telah berakhir. Dengan hancurnya Peninggalan dan kematian Ratu Ilaria, Niveria mundur. Eteria menang.
“Bangkit Setelah Terluka” bukan sekadar kisah tentang kehilangan, tapi tentang keberanian untuk memaafkan, bertahan, dan mencintai diri sendiri kembali.
Luka memang meninggalkan jejak, tapi bukan untuk selamanya membuat kita lemah.
Dalam setiap air mata, tersimpan doa yang tak terucap.
Cinta, pengorbanan, dan air mata menjadi saksi perjalanan hidup seorang wanita yang hampir kehilangan segalanya—kecuali harapan.
“Bangkit Setelah Terluka” menuturkan kisah yang dekat dengan hati kita: tentang keluarga, kesetiaan, dan keajaiban ketika seseorang memilih untuk tetap bertahan meski dunia meninggalkannya.
Bacalah… dan temukan dirimu di antara setiap helai kisahnya.