NovelToon NovelToon
HIDDEN MARRIAGE

HIDDEN MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Pernikahan rahasia
Popularitas:263
Nilai: 5
Nama Author: Wendy081104

Elena terikat pernikahan sejak umurnya menginjak 17 tahun. Awalnya pernikahan ini tidak ia ketahui, hingga saat umurnya menginjak 20 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia sudah menikah selama 4 tahun. Namun yang membuat Elena bertanya, siapa pria yang berstatus sebagai suaminya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wendy081104, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

"Jadi siapa yang harus aku mata - matai?" tanya Elon pada Daniel.

Daniel mendorong pelan foto seorang gadis pada Elon, "Dia adalah mahasiswi S2 di kampus tempat adikmu berkuliah, sepertinya mereka berada di jurusan yang sama." kata Daniel.

"Dia sangat cantik, bisakah aku memilikinya?" Elon menatap mesum pada foto itu.

"Jika kamu tidak takut pada Castellio, maka kamu bisa memilikinya." jelas Daniel sambil tersenyum.

"Yah, dia memang bukan lawan yang mudah, tapi aku sangat tertantang untuk itu." Elon mengambil foto itu, lalu keluar dari ruangan Daniel.

Daniel berbalik sambil duduk di kursi kekuasaan miliknya, dia menikmati alkoholnya dengan tatapan puas, sudah saatnya Castellio jatuh pada kendalinya. Tapi sebelum itu, penghalang terbesar harus di singkirkan terlebih dahulu.

Elon berdecak kagum melihat foto perempuan itu di dalam mobilnya. Ia mengusap-usap wajahnya, membayangkan betapa lembutnya kulit perempuan itu, bagaimana senyumnya akan membuat hati pria mana pun meleleh. "Castellio, kau akan menyesali ini," gumamnya sambil mengusap foto itu dengan jari telunjuknya.

·–·–·–·–·

Pagi ini Elena di antar oleh Alex ke kampusnya, sepanjang jalan Alex sibuk dengan ponselnya karena banyak panggilan masuk dari beberapa rekan bisnisnya. Sedangkan David fokus pada kemudi, Elena menatap Alex namun segera melihat kembali ke jalan, karena kampusnya sudah dekat dari sana.

"Aku akan pulang terlambat hari ini, David akan menjemputmu saat pulang nanti." ucap Alex, yang di angguki pelan oleh Elena.

Elena lalu keluar dari mobil itu, dan melangkah masuk ke dalam fakultas miliknya, Alex menatap Elena hingga perempuan itu hilang dari pandangannya. Detik berikutnya, wajah Alex menjadi dingin.

"Pergi ke perusahaan, aku harus membereskan beberapa tikus yang menyusup." perintah Alex.

"Baik tuan." mobil itu langsung berkendara dan keluar dari sana, menuju ke perusahaan milik Alex.

Elena melangkah masuk ke dalam ruang kelasnya, duduk di dekat jendela, lalu mengambil bukunya dan kembali fokus. Beberapa saat, profesor Arland masuk ke dalam ruang kelas mereka, dan memulai kegiatan mereka. Dua minggu dari sekarang, Elena akan sibuk di lab, karena akan ada praktik di lab sebagai nilai tambah untuknya, sekaligus mempersiapkan judul tesisnya, yang akan di presentasikan pada profesor Arland.

Karena hari ini hanya ada satu kelas bersama profesor Arland, Elena bisa menghabiskan waktunya di perpustakaan sampai sore untuk mengerjakan laporannya, untuk dua minggu ke depan. Tapi Elena tidak boleh melewatkan makan siang, karena dia punya lambung yang cukup parah. Saat Elena masuk ke dalam perpustakaan, sungguh ramai, Elena lalu mencari tempat duduk yang nyaman untuknya, ia mendapatkan tempat di bagian pojok kiri, yang langsung dekat dengan jendela. Elena mengeluarkan laptopnya, dan langsung mulai bertempur dengan laporannya.

·–·–·–·–·–·

Alex menatap laporan di depannya dengan wajah dingin. Tangannya terkepal, urat - urat tangannya membuktikan amarahnya yang hampir meledak. "Aku sudah berusaha untuk memperingatimu untuk tidak ikut campur, tapi sekarang kamu benar - benar menguji kesabaranku, Liu." gumam Alex, dengan amarah yang tertahankan.

David yang berdiri di samping Alex, sudah siap dengan perintah tuannya. Walaupun di dalam ruangan itu terdapat AC, tapi bagi David ini tidak terasa dingin sama sekali.

"Penghianat dalam keluarga Castellio? Siapa yang berani seperti itu? Hanya wanita tua itu seorang, yang bisa merencanakan semua itu." batin David.

Untung saja waktu itu, David sudah memasang CCTV tersembunyi di dalam mansion utama atas perintah Alex, jadi mereka bisa memantau situasi yang ada. Namun semuanya di luar perkiraan Alex maupun David. Entah bagaimana respon ayahnya tentang hal ini?

"Tuan bagaimana rencana kita selanjutnya?" tanya David.

"Ikut saja skenario mereka berdua, bila perlu cukup berpura-pura tidak ada yang terjadi, agar tidak membuat mereka semakin curiga, terutama Liu." Alex menyerahkan dokumen itu pada David.

"Baik tuan." David membungkuk lalu keluar, meninggalkan Alex di dalam ruangannya.

"Anak haram? Liu kamu benar - benar menyembunyikan hal sebesar ini?" batin Alex, sambil bersandar pelan pada kursi kekuasaannya.

Pantas saja waktu itu, Alex berpikir bahwa kecelakaan yang menimpa saudara angkatnya, adalah sebuah takdir kebetulan. Namun setelah semua hal yang terus datang, kebenaran tersembunyi yang mulai terkuak, membuat Alex semakin yakin, jika kecelakaan yang di alami kakak angkatnya William 7 tahun yang lalu itu, adalah sebuah pembunuhan berencana.

Dalam hening pikiran Alex, David tiba - tiba masuk ke dalam ruangan Alex dengan terburu-buru. Alex yang melihat hal itu mengerutkan keningnya.

"Ada apa?" tanya Alex.

"Tuan, tuan James dan nyonya Yumi, orangtua nona Lily ada di sini, mereka memaksa masuk dan ingin bertemu dengan anda." jelas David.

"Biarkan mereka datang, aku ingin tahu apa yang mereka inginkan." ucap Alex.

David langsung keluar dari ruangan Alex, lalu menyuruh pengawal yang menahan James dan Yumi di bawah, untuk membawa mereka naik ke atas. Beberapa saat kemudian, situasi di luar menjadi riuh, Yumi yang tidak hentinya memarahi pengawal yang menahan mereka di bawah.

"Apa yang membuat kalian berdua sampai ke sini?" tanya Alex, saat melihat James dan Yumi memasuki ruangannya.

"Di mana putriku?" tanya James langsung.

"Mengapa bertanya padaku? Apakah kalian berpikir aku menculik putrimu?" tanya Alex tenang.

"Jika bukan kamu lalu siapa lagi? Kamu pasti menculik dan mengurung Lily karena berita kehamilan itu, benar bukan?" ucap Yumi angkuh, sambil menunjuk ke arah Alex.

Alex terkekeh pelan, "Entahlah...tapi jika kalian berdua berpikir seperti itu, maka aku tidak punya hal lain untuk di katakan pada kalian berdua." Alex mengangkat bahunya pelan, acuh tak acuh.

"Kamu—"

Alex menatap lurus ke arah James dan Yumi. "Jika kamu ingin menuduhku, bawalah bukti yang akurat, agar kita bisa langsung pergi ke pengadilan saja. Itu mudah bukan?" Alex menatap Yumi dan James tajam.

Alex mengangkat tangannya, mengisyaratkan pada David yang berdiri di luar ruangannya yang terbuka, untuk membawa James dan Yumi pergi.

·–·–·–·–·–·

Elena memandang malas ke arah jendela perpustakaan, hujan membuatnya bosan. Seharusnya dia sudah kembali beberapa jam yang lalu, tapi hujan menghalangi hal itu. Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 7 malam, namun tidak ada tanda - tanda hujan akan berhenti.

"Bulan apa sekarang? Mengapa hujan terus turun tanpa mengenal waktu?" umpat Elena penuh kemarahan.

Saat Elena sedang mendengarkan lagu melalui earphone miliknya, tiba - tiba musik itu berganti menjadi nada panggilan masuk, yang membuat Elena membuka matanya cepat. Nama Alex terpampang nyata di layar ponselnya, dengan cepat Elena mengangkat panggilan itu.

"Al...ada apa?" tanya Elena lembut.

"Aku di bawah, turunlah." ucap Alex dari seberang telepon.

Sejenak Elena terdiam.

Alex mengatakan akan pulang terlambat dan menyuruh David yang menjemputnya, lalu mengapa seperti ini sekarang? Elena tidak bisa menebak suaminya ini, apalagi pikirannya. Dengan cepat Elena meraih tasnya, dan langsung turun ke bawah menggunakan lift. Dan benar saja, saat di bawah, ia melihat Alex yang tengah mengobrol dengan profesor Arland. Elena menebak jika profesor Arland yang memberitahu Alex, tentang dirinya yang berada di perpustakaan.

Saat Alex melihat Elena yang berjalan mendekat, wajahnya langsung berubah. Membuat Arland langsung memutar bola matanya malas, tapi dirinya juga belum terbiasa dengan perubahan sepupunya ini. Wajah Alex terlihat lebih bersinar dari pada tadi.

"Berhenti mengeluarkan ekspresi menjijikan itu." tegur Arland malas.

"Jangan seperti itu, kamu akan tahu rasanya, jika sudah mempunyai istri sepertiku." sambung Alex.

"Apa yang kamu bicarakan?" Arland menatap Alex menusuk.

"Tidak ada! Aku hanya ingin kamu juga merasakan apa yang aku rasakan, ketika kita sudah menikah, rasanya benar - benar luar biasa." bisik Alex, membuat Arland menatapnya horor.

Alex mengulurkan tangannya, dan langsung di raih oleh Elena. Semua orang yang berada di lorong itu, menatap Alex dan Elena yang bergandengan tangan, seperti terkejut akan sesuatu. Banyak dari mereka yang terus berbisik satu sama lain, namun Elena maupun Alex mengabaikan hal itu.

"Bagaimana laporanmu? Selesai?" tanya Arland pada Elena.

Elena mengangguk, "Aku sudah mengirimkannya pada emali anda profesor, anda bisa memeriksanya nanti." jelas Elena.

Alex memakaikan jasnya pada Elena lalu, membawanya keluar dari perpustakaan itu. Hujannya semakin deras, sedangkan mobil Alex terparkir cukup jauh dari jangkauan mereka.

"Pegang tanganku, jalannya lumayan licin." kata Alex.

Elena mengangguk lalu memegang lengan Alex, sedangkan tangan pria itu memegang payung lalu tangan lainnya memeluk pinggang Elena erat, agar Elena tidak jatuh. Saat sampai di dalam mobil, kameja Alex basah kuyup padahal dirinya juga berada di dalam payung yang sama dengan Elena. Begitu juga dengan Elena, kameja putihnya sedikit basah membuat pakaian dalamnya cukup terlihat.

"Bukankah kamu mengatakan akan pulang terlambat?" tanya Elena.

"Aku menyelesaikan pekerjaanku tepat waktu, agar bisa menjemputmu." ucap Alex, membuat Elena mengangguk - angguk.

Alex lalu menyalakan pemanas di dalam mobil agar mereka berdua tidak kedinginan, mobil itu lalu keluar dari sana menuju ke jalan raya yang ramai, karena banyak orang yang baru pulang dari kantor. Padahal sudah jam 7 malam. Dan ya, mereka terjebak macet parah, bisa di pastikan akan memakan waktu lama, jalannya sangat padat. Bahkan di depan mobil mereka dan belakang mobil mereka, sudah sangat penuh dan ramai karena macet.

"Berapa lama kita harus menunggu?" gumam Elena.

"Mungkin 3 sampai 4 jam." Elena menatap Alex, terkejut.

"Astaga, apakah selama itu?" tanya Elena.

"Normalnya mungkin 2 jam, tapi ini lebih ramai dari biasanya." sambung Alex.

Elena menghela napas, pandangannya tertuju pada tetesan hujan yang menempel di kaca mobil. Suasana di dalam mobil terasa hangat, berkat pemanas yang menyala penuh. Hampir beberapa menit mereka berdua terdiam, Elena merasakan sentuhan pada tangannya, yang ada di pahanya.

"Kamu lapar?" tanya Alex.

Elena menatap Alex, "Belum, aku masih bisa bertahan." kata Elena.

Entah mengapa, Elena merasakan ada sesuatu yang berbeda dari tatapan Alex padanya. Seperti apa...Elena tidak mengerti.

·–·–·–·–·–·

to be continue...

1
nyonya
jangan bilang lu sengaja menta ditembak lex
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!