Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

Target Taruhan

"Jika kamu memang menginginkan kekuasaan lebih luas, aku bisa berikan tapi dengan satu syarat." Ucap tegas seorang pria paruh baya.

"Apa syaratnya, jangan bilang Kakek ingin aku segera menikah. Ayolah, harusnya Kakek tahu aku belum punya keinginan itu. Aku masih ingin bersenang-senang dengan para wanita cantik." Jawab seorang pemuda.

"Alessandro Calvin Del Piero, berhentilah bermain-main. Kamu bukan lagi remaja yang hanya bisa menghabiskan waktu untuk hal tidak berguna seperti ini. Harusnya kamu sudah membalaskan dendam kematian kedua orang tuamu. Bukan hanya duduk menikmati lembah dosa." Ucap Kakek lagi.

"Aku sedang berusaha Kakek, jangan terus menekan hidupku." Jawab Alessandro.

"Bisakah kamu suruh mereka berdua pergi, Kakek risih melihat tubuh bagai te lanjang yang terus meraba-raba tubuhmu seperti ulat bulu yang gatal." Sindir Kakek.

"Cindy, Laura pergilah dulu sebelum orang tua ini memukul kalian dengan tongkatnya." Ucap Alessandro tergelak.

"Kalau butuhkan kami lagi, telepon saja." Ucap kedua wanita itu.

"Aku punya tawaran, jika kamu setuju dan berhasil melakukannya. Akan aku umumkan pada dunia, jika kamu adalah pemimpin baru pengganti Dario Del Piero." Ucap Kakek.

"Tawaran apa, jangan aneh-aneh."

"Sofia Ariadne, taklukkan dia dan buat dia hamil anakmu." Ucapan Kakek terdengar mengerikan bagi Alessandro.

"Kenapa harus dia, Kek?" Protesnya.

"Iya atau tidak! Hanya itu pilihanmu. Kamu boleh menolak, maka detik itu juga Klan Cosa Nostra akan dipimpin oleh Javer."

"Kenapa aku harus bersaing dengan anak luar keluarga Del Piero?"

"Setidaknya Javer berguna, dia bisa menempatkan dirinya dengan baik. Serius dalam bertindak dan tidak suka membuang waktu untuk bermain-main."

"Kakek mulai menyindirku?" Kesal Alessandro.

"Itupun jika kamu masih punya otak untuk mencerna omongan orang tua ini. Terserah, aku beri waktu 7 hari. Jika gagal..."

"Iya iya... Akan aku buat Sofia mendesah di bawah kungkunganku."

"Apakah selain playboy kamu juga seorang cassanova? Sunggu keturunanku yang paling buruk yang aku pelihara."

"Sembarangan saja Kakek bicara, aku memang playboy, tapi aku bukan seorang cassanova. Kakek tenang saja, benih premium milikku belum pernah aku tanam di lubang mana pun." Ucap Alessandro penuh keyakinan.

"Karena..." Ucapnya lagi dalam hati.

"Bagus kalau begitu, karena aku tidak akan mengakui cicit yang lahir selain dari rahim Sofia."

"Sebenarnya ada apa denganmu Kakek? Kenapa begitu gigih ingin aku menghamili Sofia dengan taruhan sebagai alasannya." Cecar Alessandro sangat penasaran.

"Suatu saat kamu akan mengerti." Jawab Kakek penuh teka teki.

"Terserah Kakek, sekarang aku akan pergi ke markas." Ucap Alessandro.

"Ingat waktumu hanya 7 hari dihitung mulai sekarang." Kakek mengingatkan.

Tanpa menjawab Alessandro pergi meninggalkan rumah yang menjadi tempat tinggalnya.

Alessandro hanya tinggal berdua dengan kakek Dario. Karena kedua orang tuanya telah dibunuh oleh pria misterius musuh bebuyutan kakek Dario.

Ayah Alessandro bernama David Del Piero dan Ibunya bernama Eva Carmela, keduanya meninggal dunia saat Alessandro masih berusia 5 tahun.

Sementara itu di sebuah kedai roti sederhana, seorang wanita cantik sedang melayani para pembeli. Meskipun dia pemilik toko, tapi dia tetap turun tangan, tidak mau hanya duduk memantau pekerjaan karyawannya.

Sofia Ariadne, satu nama yang terdengar biasa. Tapi dibalik sifat dan penampilan sederhananya, Sofia memiliki sebuah rahasia besar yang berbahaya.

"Terima kasih sudah berbelanja, silahkan datang kembali lain waktu." Ucapnya ramah pada setiap pelanggan yang telah datang membeli roti-rotinya.

"Hari ini, antriannya panjang sekali." Gumam Sofia setelah toko tutup.

"Sofia, apa besok kita tambah lagi jumlah rotinya? Lihatlah baru jam 3 sore kita sudah kehabisan stock." Ucap Naren sahabatnya.

"Lalu siapa yang akan membuatnya Naren? Aku sudah cukup lelah."

"Sebaiknya kita harus rekrut khusus koki untuk membuat roti-rotinya."

"Tidak Naren, resep roti itu milik keluargaku. Tidak boleh sampai orang lain tahu. Aku harus menjaga warisan keluarga meskipun hanya berbentuk resep roti. Perjuangan nenek dan ibuku terlalu berharga untukku."

"Maaf, aku melupakan fakta itu. Kalau begitu kamu cukup bekerja di dapur. Urusan pembeli biar aku bersama karyawan yang lainnya." Ucap Naren Stefani, sahabat Sofia sejak mereka masih sekolah dulu.

"Kalau begitu buka lowongan untuk dua orang karyawan laki-laki. Dan kamu fokus jaga kasir." Ucap Sofia tidak ingin dibantah.

"Kenapa laki-laki? Sedangkan biasanya kamu hanya memperkerjakan para wanita?"

"Karena mereka akan bertugas melayani para pembeli, aku ingin mereka juga bisa menjaga keamanan kedai saat ramai. Kalau hanya ada perempuan di sini, akan merepotkan jika terjadi sesuatu." Ucap Sofia.

Tidak ada yang tahu siapa Sofia sebenarnya, karena dia merahasiakannya.

"Baiklah, pulang dari sini aku akan mencetak brosurnya dan menempelkannya di beberapa tempat." Ucap Naren.

"Terima kasih Naren, kamu langsung pulang ke rumah? Tidak ingin kita minum di bar misalnya. Mumpung pulang cepat dan weekend." Ucap Sofia mengajak Naren pergi.

"Kamu masih belum berhenti minum Sofia?" Tanya Naren mengkhawatirkan sahabatnya.

"Hanya sesekali, karena aku masih belum bisa membuang kenangan buruk itu. Dengan minum setidaknya aku bisa melupakan, meski hanya sekejap."

"Berdamailah dengan keadaan, mungkin waktu itu hanya salah paham. Bisa jadi apa yang kita lihat tidak sepenuhnya benar." Ucap Naren.

"Tapi dia tidak berusaha untuk menjelaskan, justru dia pergi menjauh."

"Ya sudah, aku temani kamu minum. Tapi hanya sedikit, tidak untuk mabuk. Karena akan sangat merepotkan membawa tubuh orang mabuk."

"Iya Naren, kamu cerewet sekali."

Naren mengedikkan kedua bahunya, setelah itu memastikan semua pintu dan jendela terkunci. Sedangkan Sofia mengambil mobil dari garasi, kemudian mengendarainya menuju ke sebuah club malam.

Sudah hampir 5 tahun, Sofia memiliki kebiasaan buruk. Semua itu berawal dari rasa sakit dan kecewa karena merasa telah dicampakkan.

Saat kejadian umur Sofia baru 20 tahun, masih sangat muda sehingga dia belum bisa berfikir dewasa. Hanya mengandalkan hati tanpa logika. Sekalinya terluka, Sofia sulit untuk menerima. Akhirnya merajut dendam.

"Brian, berikan aku satu sloki Vodka." Ucap Sofia pada bartender.

"Apa kamu sedang bad mood?" Tanya Brian yang sudah hafal.

"Entahlah, suasana hatiku membaik hanya saat aku melayani membeli." Jawabnya.

"Kamu masih memikirkannya?" Tanya Brian lagi. Memang Naren dan Brian menjadi saksi kehancuran yang pernah dialami Sofia di masa lalu.

"Untuk apa aku memikirkan orang yang bahkan dengan sengaja memberikan luka yang begitu dalam padaku."

"Tidak memikirkan tapi galau sepanjang hari, Brian kamu jangan percaya omongan Sofia. Dia hanya coba menghibur diri, tapi nyatanya percuma." Ucap Naren, yang baru duduk.

"Sudahlah, aku ingin senang-senang. Jangan ungkit kenangan pahit itu."

Disaat Sofia sudah hampir kehilangan kesadarannya, tiba-tiba seseorang datang lalu membawanya pergi keluar club.

"Kamu? Mau kamu bawa kemana Sofia hah?" Tanya Naren marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!