NovelToon NovelToon
Dia Juga Anakku

Dia Juga Anakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Janda / Hamil di luar nikah / Cerai
Popularitas:184.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yutantia 10

Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GAK BOLEH STRES

"Kak Meru, I love you," teriak seorang cewek saat Meru berhasil memasukkan bola ke dalam ring dan mendapatkan three point. Dia memang sekeren itu kalau sedang bermain basket. Wajah tampan ditunjang dengan postur tubuh atletis, membuat kaum hawa tak bisa menolak pesonanya.

Itu hanya satu diantara banyak sekali cewek yang mengidolakan Meru di sekolah. Diantara semua pemain basket, nama Meru yang paling banyak diteriakkan.

Pritt

Tiupan peluit wasit, pertanda masuk istirahat half time, membuat pertandingan tersebut berakhir.

Dengan nafas ngos-ngosan, Meru meneguk air mineral yang tadi ia beli di kantin sekolah. Seketika, ia teringat Ara. Biasanya, wanita itulah yang selalu membawakannya minuman. Terkadang juga menyeka keringatnya menggunakan tisu, meski endingnya bakal disorakin teman-teman lainnya, terutama yang jomblo. Bucin, seperti itulah biasanya teman-temannya memanggil Ara. Ara memang bucin parah saat awal-awal mereka jadian.

Sedang apa Ara sekarang? Ia merindukan wanita itu.

Meru mengambil ponsel dari dalam tas, niat hati ingin mengirim pesan pada Ara, namun keningnya mengkerut saat melihat ada 3 panggilan tak terjawab dari Mami, juga sebuah pesan.

[ Ara sakit, Mami bawa dia ke rumah sakit ]

Buru-buru, Meru mencari tempat yang sepi, menelepon Mami untuk menanyakan kondisi Ara. Mami bilang, mereka masih menunggu hasil tes urine. Tanpa fikir panjang, Meru segera mengambil ranselnya.

"Gue pulang dulu," pamit Meru sambil berlari keluar.

"Pulang!" Robert syok. "Pertandingan belum selesai, Ru!" teriaknya namun tak digubris sama sekali oleh Meru. "Anak itu kenapa sih, suka banget tiba-tiba pergi. Sumpah, gak seru banget dia sekarang," berdecak kesal.

"Jangan-jangan, gara-gara Ara lagi," Farhan mendengus kesal. "Kenapa jadi bucin gini sih dia?"

"Belum tentu juga dia pergi gara-gara Ara. Ara gak posting apa-apa," Adam menunjukkan ponselnya, dimana dia sedang ngepoin IG nya Ara.

"Eh, tadi lihat gak, pas dia lagi ngambil tas, mukanya kayak orang panik, cemas," ujar Robert yang tadi tak sengaja memperhatikan Meru, juga saat cowok itu telepon.

"Udahlah gak usah ngurusin dia, biarin aja dia pulang," Adam tak mau ambil pusing.

"Biarin aja pala lo peyang," Farhan menggetok kepala Adam. "Skor kita beda tipis, gimana kalau kalah? Harga diri cuy, harga diri!" Seperti itulah senior, tak mau kalah dengan juniornya. "Udah tahu Meru yang paling jago, masih bisa bilang biarin aja dengan nada santai," melotot pada Adam.

Setelah ganti baju, Meru buru-buru ke tempat parkir. Tergesa-gesa memakai helm lalu meluncur menuju rumah sakit yang tadi disebutkan Mami. Sesampainya disana, langsung telepon Mami, bertanya lokasi mereka saat ini. Telepon ia matikan saat dari jauh, melihat Ara dan Mami yang duduk di sebuah bangku panjang. Ara terlihat pucat, dengan mata tertutup, bersandar pada sandaran kursi tunggu. Hatinya seketika terenyuh, bisa-bisanya sebagai suami ia tak tahu jika Ara sakit. Benar kata Mami, jangan hanya mencari kesalahan Ara, dia juga masih banyak salah disini.

Ara membuka mata saat merasakan ada yang duduk di sebelahnya. Aroma parfumnya tidak asing, tebakannya benar, Meru.

"Kenapa tadi pas aku mau berangkat, gak bilang kalau sakit?" Meru bertanya dengan nada sedikit kesal.

"Aku fikir akan segera sembuh."

"Terus, gak perlu bilang gitu. Mami bilang, udah berhari-hari, bener itu?"

"Hem."

"Terus kamu biarin aja gitu? Mau kamu apa? Pengen sesuatu terjadi dengan anak kita?"

"MERU!" bentak Mami dengan suara tertahan sambil memelototi anaknya. "Gak boleh ngomong kayak gitu. Ini tempat umum, jangan bertengkar."

Meru membuang nafas kasar, meraup wajah dengan kedua telapak tangan. Berusaha mengontrol emosi. Ia khawatir pada kondisi Ara dan bayi dalam kandungannya, tapi kalau ingat Ara diam saja saat sakit, dia jadi kesal.

"Tekanan darah Ara tinggi. Tadi sampel urin Ara sudah diambil untuk dicek, takutnya preeklamsia. Mending berdoa saja, supaya tidak terjadi hal-hal yang buruk," Mami menasehati.

Meru menatap Ara, wajah pucat sang istri membuat ia khawatir. Menggenggam tangan Ara, meletakkan diatas pangkuannya.

"Aku fikir hanya sakit kepala biasa," Ara bicara dengan suara lemah, tatapannya lurus ke depan, bukan ke arah Meru yang ada di sebelahnya. "Wanita hamil kerap merasa pusing, jadi aku fikir akan sembuh dengan sendirinya. Aku sama sekali tidak seperti yang kamu tuduhkan," menatap Meru, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku sayang Ru, sama dia."

Meru menganguk cepat, merasa bersalah telah mengucapkan kalimat yang menyakiti hati Ara. Sebelah tangannya masih setia menggenggam tangan Ara, sedang yang sebelah, sibuk menyeka air mata istrinya tersebut.

"Semua akan baik-baik saja, gak usah khawatir," Meru berusaha menenangkan, namun air mata Ara malah turun semakin deras. Pengen memeluk Ara, membuat istrinya itu tenang, sayang kondisi tidak memungkinkan, ada beberapa orang di sekitar mereka.

Mereka kembali dipanggil masuk ruangan dokter begitu hasil tes urine telah keluar. Meru terlihat canggung, ini pertama kalinya, ia ikut dalam pemeriksaan kandungan Ara. Dalam hati terus berdoa, semoga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Dokter mendiagnosis Ara mengalami preeklamsia ringan. Namun untuk lebih memastikan, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan. Jadi ia meminta Ara kembali lagi kesini jika dalam beberapa hari ke depan, sakit kepalanya masih juga belum sembuh.

"Jangan terlalu stress, biar tekanan darahnya tidak makin naik," pesan Dokter. "Tekanan darah tinggi, berbahaya bagi ibu hamil, terutama yang mendekati persalinan seperti Mbak Ara ini," ia sampai ragu untuk memanggil Bu Ara mengingat Ara masih sangat muda, masih 18 tahun. "Emang mikirin apa sih, sampai tekanan darahnya tinggi?" tanyanya sembari menulis resep untuk Ara. Sementara tidak menyarankan untuk opname. "Mikirin suaminya ya?" melirik Meru. "Punya suami ganteng, kadang emang bikin stress."

Ara tersenyum mendengar kelakar sang dokter, sementara Meru langsung nyengir.

"Istrinya lebih diperhatikan lagi ya, Mas," Dokter laki-laki paruh baya tersebut meletakkan penanya, menatap Semeru. "Hamil itu gak mudah, berat, apalagi melahirkan, taruhannya nyawa. Jaga mental istri, buat dia bahagia, usahakan jangan sampai stress," ia beralih menatap Ara. "Mulai sekarang, jangan mikir yang berat-berat, dibawa happy aja. Kalau ibunya sedih, kasihan anaknya. Persalinan udah dekat, usahakan selalu bahagia, biar tekanan darah stabil, dan bisa melahirkan secara normal."

Dokter meminta Ara datang kembali jika sakit kepalanya tak kunjung hilang dalam beberapa hari ke depan.

Setelah dari ruangan dokter, Meru meminta Ara dan Mami pulang duluan, sementara dia menunggu obat. Sesampainya di rumah, mendapati Ara duduk di atas ranjang, mengusap perut sambil termenung. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kedatangannya. Bisa-bisa yang dikatakan dokter kejadian, dari preeklamsia, berubah jadi eklamsia jika ia tak segera mengambil keputusan.

1
Rida Arinda
kan ngerasain kn 😏😏😏
Chusnul Chotimah
rasain kamu Ru,,ras terkuat kalau dah bertitah,jin setan pun ikut kabur🤣🤣🤣
Ari Atik
nah ....
kapokmu kapan?
pinternya si lala....
terus seperti itu lala biar papamu nyadar diri..../Chuckle//Chuckle/
Ari Atik
bisa di rasakan sendiri kan bpk?

seperti itulah dulu ara,saat kau tuduh dn kau sudutkan....
sakit,apalagi sampai kau sebut wanita murahan.....
Yuliana Tunru
maka x swmua pake otak mu yg pintar gitu meru istri di ftnah hingga 7 thn lama x kau msh jg bodoh ..kasihan ara dan lala
Mamah Nisa
ga sabar nunggu kelanjutannya
Cahaya
lanjut
Cahaya
caakkppp lala uuuupintr ke kantor lagi yh la ketmu sama mamah lagi ok
Sari Sindanglaya
wkwkwk... rasa keun ru ku anakna jng indungna dicarekan dibaeudan 🤣🤣🤣
Rafly Rafly
kena kamu pak Meru
Sari Sindanglaya
yuhuuu... rasa keun meru begitulah posisi ara saat kamu emosian... rasakeun
Andriyani Lina
Ayo lala komporin terus papa meru biar bisa rujuk sama mama Ara/Proud/
sikepang
lala bisa ne di jadikan ara senjata melawan meru
Tindek_shi
🤣🤣🤣
Ratna Komala
nah loh di hakimi sama anaknya ru gimana rasanya ru nano nano ya...makanya jgn menyimpulkan dan bertindak sendiri dan semuanya teliti dl jgn lngsng nuduh aja,nanti kl udah tau kebenaran nya nyesel kamu
Arbaati
wkwkwkwk kapokmu kapan...pusing pusing dah
Cahaya
warkop dong smeru wkwk
Sugiharti Rusli
sepertinya pekerjaan si Meru ga akan semudah biasanya membujuk putrinya dengan sogokan, apalagi kalo dia mau membujuk menerima si Livia sebagai ibu sambungnya yang sudah Lala tentang selama ini,,,
Ummu Jihad Elmoro
sukuriinn....😅
Sugiharti Rusli
apalagi kalo Lala tahu selama ini dia sudah dibohongi papanya tentang mamanya yang dibilang sudah meninggal padahal sosok itu yah Ara yang masih sehat wal afiat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!