Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
"Gustav bacakan!"
Gustav membacakan identitas Rina dan kesalahan yang telah dilakukannya. Marcel menyeringai saat mendengar identitas milik Rina.
"Rina Acelius, putri dari Fatan Acelius pemilik Harsan Mode, musuh bebuyutan P&LuBel," gumam Marcel dengan suara beratnya.
Rina yang sudah ketahuan identitas aslinya merasa takut. Dirinya gemetar ketakutan saat merasakan hawa pembunuh dari krang yang ada di hadapannya.
Rina yang sebenarnya merasakan takut, namun mencoba berani dan berkata dengan lantang "Kau sudah tau tentang saya, seharusnya kalian semua melepaskan saya!"
Marcel tertawa mendengar teriakan Rina yang begitu lantang itu. Kemudian menyalakan TV yang tersedia di sana.
Kabar bangkrutnya Harsan Mode. Alasan diduganya kebangkrutan Harsan Mode adalah karena sang pemilik sendiri mengkorupsi dana perusahaan sendiri....
Rina yang mendengar kabar kebangkrutan perusahaan keluarganya merasa terkejut. Dirinya frustasi mendengar hal itu.
Marcel yang melihat mangsanya mulai frustasi, segera membawakan kawanan mangsa yang lain. Marcel menepuk tangannya, dan munculah 2 orang yang diikat berjalan masuk.
Rina melototkan matanya melihat ayah dan ibunya diikat sama sepertinya dengan keadaan lusuh. Menatap tajam ke arah Marcel yang duduk tenang, Rina mulai marah.
"Apa yang kau lakukan pada orang tuaku?"
"Hanya melakukan sesuatu yang setimpal saja,"
Mendengar nada santai Marcel membuat Rina marah. Dirinya menatap tajam Marcel, namun hal itu tak berpengaruh sama sekali. Pandangan terluka hadir dari binar mata Rina.
"Sebenarnya ada apa ini, kenapa kami dibawa kemari?" tanya Fatan yang tak mengetahui apapun.
"Tanyakan pada putrimu, apa yang sudah dia lakukan!"
Fatan segera menatap tajam putrinya itu. Dirinya tidak tau kesalahan apa yang diperbuat putrinya hingga membuatnya seperti ini.
"Sebenarnya, apa yang sudah kau lakukan!?"
Rina yang mendengar teriakan penuh amarah dari ayahnya merasa takut. Namun, dirinya masih merasa bahwa dirinya itu tidak salah. Dirinya berpikir bahwa Luna yang salah, bukan drinya.
"Papi menyuruhmu kesana hanya sebagai mata-mata, lalu kenapa kau buat ulah!"
Marcel diam melihat drama yang dibuat oleh ayah dan anak itu. Gustav dan Saka sebenarnya merasa kasihan saat melihat Rina yang seperti ini. Rina hanya haus kasih sayang. Selama ini, Rina melakukan banyak hal agar dirinya mendapatkan kasih sayang.
"Aku tidak salah, yang salah itu papi bukan Rina!" Rina tidak terima disalahkan oleh ayahnya sendiri. Ibunya yang melihat pertengkaran suami dan putrinya itu menangis.
"Mas, sudah ini juga salah kita. Kita yang membuat Rina datang kesana," ujar Nita
"Sudah selesai dramanya?"
Ruangan menjadi hening seketika. Merasa tak ada jawaban, Marcel memberi kode kepada Geo yang sejak tadi ada di sampingnya.
DOR
DOR
Suara tembakan menyadarkan Rina. Mendongak ke depan, dirinya melihat kedua orang tuanya tergeletak dengan darah mengalir begitu deras.
"Kenapa, kenapa kau membunuh orang tuaku?"
"Bukankah kau juga membencinya, lalu kenapa?"
"Aku hanya melukai dia sekali, lalu kau membalas hingga seperti ini!" Rina tak terima dengan situasi saat ini. Dirinya hanya melukai Luna sekali, namun balasannya seperti ini.
"Aku hanya ingin dicintai oleh seseorang yang kucintai, apakah salah?"
Ya, Rina cemburu melihat kedekatan antara Alan dengan Luna selama ini. Dirinya juga tidak suka saat melihat Luna didekati Gustav dan Marcel. Dirinya merasa bahwa hanya dirinya yang pantas mendapatkan Alan, Gustav dan Marcel.
"Aku tidak tau, tapi yang jelas kau telah menyentuh seseorang yang tak seharusnya kau sentuh," peringat Marcel
"Apakah dia tau sifat aslimu yang seperti ini? Oh tentu saja tidak, pasti dia tidak tau kalau sifatmu itu begitu bengis seperti ini,"
"Dia tidak tau dan tidak akan pernah tau," Marcel pergi begitu saja dari hadapan Rina.
AAAARRGGHHH
Terdengar teriakan dari ruangan itu. Namun, Marcel tak peduli dengan itu. Yang dia pedulikan saat ini adalah Luna. Dirinya harus segera bertemu dengan Luna, seseorang yang begitu ia cintai, rumahnya, dan obatnya.
Sesampainya di rumah sakit, ruang rawat Luna begitu sepi. Tidak terlihat keluarga Luna ada di ruangan itu. Kemudian, dirinya melihat Luna yang tertidur di ranjangnya. Terlihat begitu tenang dan damai.
Marcel segera duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang Luna. Menggenggam tangan Luna, Marcel merasa kembali tenang.
Gustav dan Saka yang sejak tadi mengikuti merasa lega saat melihat Marcel kembali tenang. Mereka tidak jadi memasuki ruangan Luna, dan memilih menunggu Marcel di luar.
...****************...
Hari ini adalah hari kepulangan Luna setelah di rawat di rumah sakit selama 4 hari. Marcel yang datang membantu menyiapkan barang-barang Luna selama menginap di rumah sakit.
Melihat wajah senang Luna saat ini, membuat Marcel ikut senang. Bahkan di dalam mobil, senyum Luna tak luntur sedikitpun. Apalagi melihat makanan kesukaannya tersedia di dalam mobil Marcel.
Melihat suasana rumahnya yang sepi, senyum Luna yang awalnya merekah menjadi pudar. Marcel yang tau bahwa saat ini Luna sedang kecewa karena berpikir tidak ada yang menyambutnya hanya bisa diam. Ini demi rencana pesta penyambutan Luna, dirinya harus menahan rasa sakitnya saat melihat Luna sedih seperti saat ini.
"Kak, kata kakak orang tuaku di rumah. Tapi melihat rumahku yang sepi ini, sepertinya mereka tidak ada di rumah," keluh Luna.
Dirinya sudah memikirkan sambutan hangat dari orang tuanya bahkan mungkin keluarga besarnya serta temannya. Namun melihat kondisi rumah yang sepi seperti ini, Luna berpikir semua orang lupa dengan kepulangannya.
Ceklek
Luna memasuki area rumah, namun hanyalah kegelapan. Tidak ada sambutan hangat dari keluarganya.
"Assalamualaikum, Luna pulang," lirih Luna
Bam!
Tiba-tiba terdengar suara konfeti, hal itu membaut Luna terkejut. Kemudian, lampu rumah menyala dengan terang.
"Selamat datang, Luna!" teriak semua orang
Luna membelalakkan mata terkejut. Melihat kehadiran keluarga dan Putri di sana membuat Luna terharu.
Huaaa!!
Tangisan Luna pecah begitu saja. Jihan yang merasa kasihan melihat putrinya menangis segera menghampiri dan menenangkannya.
"Luna kira semuanya tidak akan menyambut Luna," ujar Luna dengan tergugu.
"Tentu saja tidak, cucu kesayangan kami pulang mana mungkin tidak disambut," kelakar Andrian
"A-aduh, masa mas dicubit sih, yang!" Merasakan cubitan maut dari istrinya membuat Andrian meringis. Semua yang melihat itu tertawa karena tingkah konyol dari mantan Mayor itu.
"Sudah, sudah! Luna lebih baik bersih-bersih dan kita makan. Nenek dan oma sudah menyiapkan makanan kesukaanmu," ujar Lestari yang diangguki Jeanette, istri Bastian.
"Baik nenek, oma. Luna ke atas dulu," ujae Luna yang langsung naik ke atas kamarnya diikuti Putri yang membantu membawakan barang-barang Luna.
...****************...
Marcel yang saat ini berada di kamar apartemennya merenung menatap langit.
Dirinya memikirkan cara agar bisa menyatakan cintanya pada Luna. Dirinya ingin memiliki hubungan yang lebih sekedar teman. Apalagi, dirinya sudah mengantongi izin keluarga besar Luna untuk menjadi kekasih Luna.
Gustav yang ingin memanggil Marcel untuk makan, kebingungan melihat wajah lesu seorang Marcel.
"Ada apa, bro? Kelihatan lesu amat muka lo,"
Melihat Gustav, Marcel mengingat akan sesuatu.
"Tav, berapa kali lo pacaran?"
Gustav ternganga dengan pertanyaan tak masuk akal keluar begitu saja dari mulut Marcel.
"Buat apa lo tau soal kisah asmara gue, heh!"
Dengan wajah malu-malu, Marcel berkata, "Gue pengen nembak Luna. Menurut lo, gimana caranya biar kelihatan romantis dan itu tidak berlebihan?"
"Lo bertanya pada orang yang tepat," Gustav merasa senang saat Marcel berani melangkah untuk hubungannya sendiri.
Gustav segera memberikan banyak ide romantis untuk menyatakan cinta pada Marcel. Namun, Marcel merasa bahwa ide yang diberikan Gustav sangatlah tidak cocok dengan Luna.
Merasa lelah, Gustav akhirnya diam. Dirinya sudah tak memiliki ide lagi setelah semua ide miliknya ditolak mentah-mentah oleh Marcel. Saka yang sejak tadi mendengar dari luar kamar tertawa kecil melihat kedua temannya.
Merasa sudah sepi, Saka masuk dan melihat pemandangan yang sangat mengejutkan. Marcel yang frustasi dan Gustav yang terdiam kehabisan ide.
"Jika ingin menyatakan cinta, bukankah harus terlihat tulus Marcel!"
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.
mmpir punyaku juga kakk😻😻