NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dingin

Hanum meninggalkan koper bersama dengan Tama. Ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu lagi untuk sementara, sampai hatinya benar-benar reda karena rasa sakit yang sudah ia rasakan.

"Mau ke mana lagi dia?" ucap Tama menghela napas.

Ia menghubungi beberapa pengawal untuk mengikuti Hanum dan memastikan jika sang istri baik-baik saja.

Ia memilih segera pulang dan membiarkan Hanum untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Karena setelah ini, hari-hari mereka akan semakin berat.

Hanum menaiki sebuah taxi dan menuju ke apartemennya. Ia tidak ingin melihat Tama dalam waktu dekat, ia harus menenangkan diri agar bisa kembali tinggal bersama dengan sang suami.

Kini, tidak ada lagi Hanum yang lembut. Wajah gadis itu terlihat dingin dan datar tanpa ekpresi.

"Apartemen Kencana, Pak!" ucapnya ketika menaiki Taxi.

Hanum mengernyit ketika melihat beberapa orang yang begitu aneh tengah berjalan dengan cepat ke arahnya. Ini bukan cerita lama lagi, tapi ia sudah sangat hafal dengan ciri-ciri bodyguard yang selalu mengiringinya.

"Pak, kita keliling dulu, ya!" ucap Hanum.

Supir itu mengernyit dan mengangguk. Ini masih pukul 4 dini hari, namun Hanum malah mengajaknya untuk berkeliling. Rasa takut mulai menghampiri sang supir. Ia mulai menerka, apakah Hanum manusia atau bukan.

Ia membawa Hanum keliling mencari jalan yang sudah mulai ramai dengan aktivitas kendaraan. Ia mulai memberanikan diri untuk bertanya karena melihat Hanum yang tengah mengusap air matanya.

"Mbak, ini masih larut. Apa Mbak tidak ingin pulang?" tanya Supir itu dengan jantung yang berdetak kencang.

"Kita ke apartemen Kencana saja pak," ucapnya lirih.

Supir itu bernapas lega, ia bersyukur karena Hanum ternyata manusia, bukan hantu yang bergentayangan.

Ia segera membawa Hanum ke apartemen Kencana, namun ia mengernyit ketika melihat beberapa mobil mengikutinya sedari tadi hingga sampai ke gedung yang maksud oleh gadis itu.

"Terima kasih, Pak!" ucap Hanum setelah membayar ongkos taxi yang ia naiki.

"Sama-sama, Mbak!" ucap Supir itu.

Ia segera pergi dan memastikan jika mobil itu tidak mengikutinya lagi. "Huh, siapa gadis itu? membuat takut saja!" ucapnya bergidik ngeri.

Sementara Hanum masih berdiri di depan lobi menunggu kedatangan bodyguard itu. Ia menatap mobil yang mengikutinya sedari tadi dan memanggil mereka.

"Siap, Nona!" ucap Salah satu bodyguard.

"Kalian pulanglah! Jangan bertahu siapapun jika saya ada di sini, atau lihat saja nanti apa yang bisa saya lakukan!" ucap Hanum tegas.

Tanpa mendengar jawaban dari mereka, Hanum segera masuk ke dalam unitnya dan beristirahat.

Namun ketika menutup pintu, tanpa terasa air matanya luruh begitu saja, tanpa bisa di cegah. Ia merasa begitu hancur saat ini.

Apartemen ini lah yang menjadi saksi segala kesedihan dan kesakitan yang ia rasa. Hanum menumpahkan semuanya di sini, tanpa ada satu pun yang tau.

Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang. Hanya Tuhan yang tau, bagaimana hidupku kedepannya. Batin Hanum sambil menangis terisak.

*

*

Pagi menjelang.

Setelah puas menangis, Hanum kini mengurung diri di dalam kamar. Bahkan terlihat beberapa bekas goresan luka di sekujur tubuhnya akibat usapan kasar ketika menghapus jejak kecupan Tama.

Ia hanya bisa menghela napas berat kala rasa sedih itu kembali menyeruak. Ia tidak ingin berlarut dalam masalah ini. Setidaknya nanti, status yang akan ia sandang sudah jelas jika berpisah dengan Tama.

Ponselnya sedari tadi sudah berbunyi, begitu banyak panggilan masuk dari Tama dan pesan yang bertubi-tubi. Ia mengatakan jika Alifiya meminta mereka untuk datang ke rumah nanti siang.

"Rencana apa lagi yang mereka buat?" gumamnya.

Hanum hanya menghela napas berat, ia belum siap untuk bertemu siapapun saat ini. Namun itu harus, agar tidak ada yang merasa kecewa dengan dirinya.

Tama kembali menghubungi Hanum, dengan malas ia mengangkatnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Tolong buka pintunya, Bu. Saya ada di luar!" ucap Tama dari balik telepon.

Hanum terdiam dan seolah enggan untuk melakukannya. Ia tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali, karena mereka hanya berdua saja di dalam apartemen ini.

"Bu, saya membawakan baju untuk ibu. Mommy sudah menelfon sedari tadi. Bunda dan ayah juga sudah berada di rumah saya," ucap Tama mencoba untuk sabar.

Hanum mengalah dan langsung keluar. Ia membuka pintu dan meninggalkan Tama di luar sendiri tanpa menyuruh pria tampan itu masuk.

"Ini baju ibu, mereka sudah mendesak karena sebentar lagi jam makan siang sudah masuk," ucap Tama.

Tanpa berbicara, Hanum mengambil baju itu dan langsung bersiap untuk pergi ke rumah mertuanya.

Tama hanya menghela napas, kini Hanum terasa sangat sulit untuk ia gapai. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut gadis itu, sehingga membuat Tama merasa bersalah dan tidak tau harus berbuat apa sekarang.

Ia memilih untuk duduk di sofa dan melihat beberapa barang terjatuh dan pecah. Ia mengernyit dan melihat benda-benda itu, namun Hanum lebih dulu keluar dari kamar dengan wajah datarnya.

"Sudah!" ucapnya dan berjalan keluar.

Tama menoleh, dan melihat Hanum tidak mengenakan baju yang ia bawa tadi.

"Kenapa ibu memakai baju lain?" tanya Tama.

"Tidak cocok," ketus Hanum.

Tama hanya menghela napas dan segera pergi dari sana. Hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka kali ini.

"Apa ibu akan seperti ini terus ketika bertemu dengan keluarga kita nanti?" tanya Tama.

"Tidak!" ucap Hanum singkat.

Tama mendelik kesal menatap Hanum hari ini. Memaksakan diri untuk menjadi dingin dan enggan meresponnya.

Hingga mobil semakin dekat menuju rumah kediaman Aditama. Hanum mulai mengkondisikan wajahnya dengan tersenyum tipis dan juga menghela napas.

Aku belum siap bertemu dengan bunda. Aku tidak ingin melihat wajah kecewanya nanti. Batin Hanum sendu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!