NovelToon NovelToon
Sayap-Sayap Bisu

Sayap-Sayap Bisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Novel romantis yang bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Fly. Suatu hari ia diminta oleh dosennya untuk membawakan beberapa lembar kertas berisi data perkuliahan. Fly membawa lembaran itu dari lantai atas. Namun, tiba-tiba angin kencang menerpa dan membuat kerudung Fly tersingkap sehingga membuatnya reflek melepaskan kertas-kertas itu untuk menghalangi angin yang mengganggu kerudungnya. Alhasil, beberapa kertas terbang dan terjatuh ke tanah.

Fly segera turun dan dengan panik mencari lembaran kertas. Tiba-tiba seorang mahasiswa yang termasuk terkenal di kampus lantaran wibawa ditambah kakaknya yang seorang artis muncul dan menyodorkan lembaran kertas pada Fly. Namanya Gentala.

Dari sanalah kisah ini bermulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 24

“Maaf, permisi. Anti dari kamar berapa?” seorang perempuan berjilbab panjang bertanya pada Fly.

“Kamar 05."

“Akhirnya ketemu. Dari tadi ana nyari teman satu kamar tapi nggak nemu-nemu. Anti tahu letak kamar kita di mana? Soalnya kata petugas itu kamar lima ada di lantai ini. Tapi lihat paling ujung cuma sampai 04.”

“Sama. Aku juga belum nemu. Kita cari sama-sama aja, yuk. Sekalian kenalan. Mumpung satu kamar.”

Perempuan berjilbab panjang itu mengangguk. Jemarinya kecil-kecil dan panjang. Serta lentik. Padahal Fly termasuk pada ciri-ciri itu. Tapi setelah melihat perempuan itu, ternyata ada yang lebih kecil lagi. Dapat dibayangkan jika cincin yang muat sepertinya untuk ukuran anak SD. Jika tidak, maka cincin tersebut akan meluncur bebas dari jarinya.

Akhirnya, mereka menyusuri lorong yang terang-benderang itu. Banguna mirip apartmen kecil itu sangat mewah dengan biaya dauroh yang tergolong murah. Bangunan itu pun milik guru besar yang telah mengadakan kegiatan ini selama lima tahun. Sehingga tidak sembarang orang yang bisa menyewa penginapan di sana.

“Namamu siapa?” tanya Fly.

Sejak mulai masuk masjid tadi, Fly sudah merasakan energinya kembali sedikit demi sedikit. Ia sudah mulai menjadi Fly yang ceria seperti yang teman-temannya kenal. Ternyata benar, lingkungan dengan orang-orang positif itu sangatlah berpengaruh.

“Rafiqa. Panggil aja Fiqa atau Iqa. Kalau anti?”

“Fly.”

“Fly? Nama yang unik.”

“Hm, itu hanya nama panggilan.”

Rafiqa mengangguk.

Diihat dari manapun, sepertinya Rafiqa adalah anak pondok. Atau alumni pondok. Mulai dari kata ganti yang ia pakai, serta bagaimana kakunya ia saat berpapasan dengan laki-laki.

“Kamu dari mana, Iqa?”

“Deket dari sini. Blok G.”

“Oh, iya, berarti gampang dong kalau mau pulang.”

“Aduh, kalau itu sulit, sih. Katanya, penjagaan di sini ketat. Harus ada target hafalan yang di selesaikan sebelum dibolehkan ke mana-mana.”

“Benarkah?”

“Iya, seperti penjara. Tapi penjara suci. Seperti yang pernah ana rasakan beberapa tahun silam.”

“Berarti udah lulus pondok?”

“Iya. Udah lama. Sekitar tiga tahun yang lalu.”

“Berarti kamu usia 21 sekarang.”

“Hm, 22. Dulu ana agak telat masuk sekolah.”

“Hampirlah, ya. kalau aku 21.”

“Senangnya bisa ketemu sama yang usianya 20-an. karena di sini kebanyakan anak-anak yang baru lulus SMA. Masih pada 17, 18, 19.”

Tanpa sadar, sejak tadi mereka hanya berjalan beberapa langkah dan berhenti berjalan karena asyik mengobrol. Untungnya mereka mepet dinding, hingga tidak mengganggu orang-orang lain yang melintas. Tapi sejenak, mereka mulai sadar bahwa tujuan utama mereka yang ingin mencari kamar malah belum terlaksana.

Akhirnya, mereka menjeda obrolan dan lanjut mencari kamar. Sambil membawa barang masing-masing yang tidak terlalu banyak. Fly belajar dari Vio yang barangnya sangat menumpuk. Tentang bagaimana susahnya mengangkut barang saat sudah selesai. Begitupun dengan Rafiqa, barangnya juga tidak terlalu banyak. Tapi dia mempunyai alasan berbeda, yakni karena rumahnya dekat.

“Ini kamar 04. Lalu, kamar 05?” Fly bergumam.

Krekkk.

Seseorang membuka pintu kamar 04. Terlihat seorang perempuan yang memakai gamis bermotif bunga-bunga. Sepertinya ia lebih muda daripada Fly.

“Maaf, mau nanya,” ucap Fly menghentikan kaki perempuan yang hendak melangkah itu.

“Iya, ada apa, Kak?”

“Tahu letak kamar 05, nggak?”

“Kayaknya di atas, Kak.”

“Oh, iya? Terima kasih.”

Fly dan Rafiqa saling pandang.

“Petugasnya tadi ngantuk, kali.” Fly berbisik.

Rafiqa tertawa.

Enam bulan berlalu tanpa terasa. Fly benar-benar melupakan dunianya yang hancur karena Gen. sebab kini yang setiap hari ia rasakan adalah perjuangan menghafal Al-Qur’an yang tak berkesudahan. Saat ia sendiri di kamar, berkali-kali ia akan menggenggam erat jemarinya sambil menangis karena lelah dengan hafalan yang terasa begitu sulitnya. Namun bersama dengan Rafiqa benar-benar memberikan pengarus besar. Rafiqa yang sudah terbiasa menghafal sejak SMP itu senantiasa membantu Fly menghafal. Mulai dari mengajarinya metode menghafal cepat, hingga membantu menyimak. Sampai Fly dapat menghafal sendirian sebelum disetorkan. Sekalipun adakalanya ia merasa lelah dan kesulitan. Serta membayangkan targetnya yang masih jauh dari kata selesai.

“Kamu kok dari tadi cuma nyatat, Iqa. Nggak mempersiapkan hafalan.”.

“Hm, sebenarnya malam ini ana sudah nggak setoran lagi, Fly.”

“Loh, kok bisa?”

“Soalnya ana udah selesai setoran tadi siang.”

Sepasang mata Fly berkedip-kedip tak percaya. Al-Qur’an yang ia pegang ditutupnya. Demi mendengar ucapan Rafiqa lebih lanjut.

“30 juz?”

Rafiqa mengangguk pelan.

Tangannya gemetar memegang Al-Qur’an tersebut. Perjalanan hafalannya masih panjang. Yang susah payah ia perjuangkan sampai beberapa kali terbersit untuk menyerah. Dengan mudahnya, Rafiqa malah mengangguk, mengiyakan bahwa ia telah menyelesaikan hafalannya sebanyak 30 juz hanya dalam waktu enam bulan.

“Kok, bisa? Bukannya kamu bilang, pondokmu bukan pondok yang terlalu fokus ke hafalan. Sehingga hafalanmu tidak sampai 5 juz.”

“Benar.”

“Jadi, kamu benar-benar menyelesaikan hafalan baru sebanyak 25 juz itu selama enam bulan?”

“Aduh, maaf Fly. Jangan kayak gitu. Jujur ana jadi malu. Sebenarnya ini bentuk balas dendam karena dulu, waktu mondok ana itu nggak serius dalam menghafal.”

Tetap saja. Apapun alasan Rafiqa, jelas akan membuatnya melongo. Fly menatap lekat pada kitab suci yang tengah ia genggam itu. Sembari bergumam, apakah hatinya masih kurang tertaut pada kalamullah tersebut, sehingga ia tidak secepat dan selembut Rafiqa dalam menghafal?

“Ana bisa karena terbiasa, Fly. Bukan karena ana orang baik. Kita sama-sama di sini. Anti pejuang yang masih bertahan. Sedangkan di kamar-kamar lain, sudah banyak dari mereka yang mundur karena tidak sanggup. Jika bisa disebut, pemula. Anti pemula yang pantang menyerah. Belum pernah menghafal, dan sekalinya menghafal langsung berhadapan dengan tugas hafalan yang sangat padat. Tidak semua orang bisa seperti anti. Termasuk ana, jika ana berada pada posisi yang sama dengan anti.” Rafiqa bertutur tulus, menyadari ekspresi minder dari Fly.

Fly tersenyum simpul. Ia kembali membuka halaman Al-Qur’an yang hendak ia setorkan nanti malam.

“Terima kasih. Aku sangat bersyukur bisa bersama dengan orang sepertimu. Mohon bimbingannya,” ujar Fly.

“Dengan senang hati. Bismillah, segera menyusul,” jawab Rafiqa.

___ ___ ___

Puluhan wisudawan dan wisudawati memadati aula luas di lantai atas asrama. Para laki-laki dengan jubah ala timur tengah yang berwarna abu-abu, sedangkan para perempuan mengenakan gaun panjang berwarna abu yang lebih muda, serta mahkota perak di kepala. Semuanya mengenakan selempang bertuliskan Hafidz/Hafidzah 30 Juz.

Para wali serta pejabat turut diundang untuk menghadiri acara. Tangis harus menggema di ruang itu. tatap bangga tak terbendung dari mereka, melihat buah hatinya berhasil mengkhatamkan kitab suci Al-Qur’an.

Seluruh peserta yang diwisuda sudah berada di atas panggung. Setelah mereka dipanggil satu persatu untuk naik dan diberikan ijazah hafalan. Alunan lagu islami mengitari.

“Selamat, Fly. Akhirnya kita benar-benar bisa meraihnya,” ucap Rafiqa, setelah mereka sudah kembali ke kamar untuk berkemas.

Kegiatan dauroh sudah selesai. Fly berhasil menyelesaikan hafalannya pada bulan ke Sembilan mereka di sana. sedangkan Rafiqa hanya dalam waktu enam bulan. Namun semua wisuda di waktu yang sama, yakni bulan ke dua belas. Selama menunggu bulan ke dua belas, mereka menyetorkan ayat-ayat yang sudah dihafal dari awal, agar hafalan-hafalan tersebut tidak hilang dan melekat dengan erat di kepala. Ialah disebut muraja’ah hafalan, atau mengulangi hafalan.

Mata Fly sudah sembap sekali. Terbayang bagaimana perjuangannya selama ini. Juga bagaimana mereka yang sebentar lagi akan berpisah. Pertemuannya dengan Rafiqa membuatnya teringat dengan Isa, yakni definisi perempuan sempurna. Sekalipun memang tidak ada manusia yang sempurna. Akan tetapi, Fly berkata demikian karena ia tak punya celah untuk melihat kekurangan Rafiqa secara berarti. Sebba Rafiqa adalah orang yang ramah, lembut, pengertian, solihah, rapi, bersih, serta tidak pernah menunjukkan keluhan.

“Keluargamu sudah pulang, Iqa?”

“Sudah. Dari baru selesai acara udah pulang.”

“Ya juga, sih. Rumah kamu mah deket, ya.”

“Jangan sedih biarpun keluarga anti nggak dateng. Ummi ana siap memeluk anti lagi.”

Fly menggeleng sambil tersenyum, “Nggak sedih, kok. Rumahku ‘kan jauh. Dari kampus aja enam jam. Apalagi ke sini. Hampir delapan jam. Terima kash ya untuk ummi kamu. Salam buat ummi. Kapan-kapan aku mampir lagi ke sini.”

“Loh, emangnya anti mau langsung pulang?”

Fly mengangguk, “Temenku udah di jalan, buat jemput.”

“Yah, padahal ana udah mau ngajak ke rumah. Ajak aja teman anti ke rumah. Pasti ummi senang, kok.”

“Hm, nanti deh aku tanyain. Semoga dia mau.”

Sebelum pergi, mereka membersihkan kamar sambil mengemas barang masing-masing. Rafiqa menyapu lantai, sedangkan Fly mengelap meja dan memungut sampai. Kemudian merapikan sprai, bantal dan melipat selimut.

Matahari condong ke arah barat setelah mereka keluar dari ruangan. Ada banyak teman-teman seperjuangan mereka di lobi. Lantas saling berpelukan sebelum perpisah. Fly benar-benar merasakan kehangatan yang berbeda saat bersama dengan para penghafal Al-Qur’an. seperti ada kesejukan tersendiri yang disalurkan dari orang-orang itu. mirip ikatan keluarga, sekalipun tanpa ikatan darah.

Yui terlihat di depan gerbang. Ia memakai selendang tipis yang menutupi sebagian rambutnya. Menyisakan poni yang melambai. Juga kacamata hitam serta masker.

“Itu temanku udah datang, Iqa,” ujar Fly sambil menunjuk gerbang.

“Yang di depan gerbang pakai baju merah?”

“Iya. Tapi, tadi dia mengirim pesan padaku, kalau dia ada acara mendesak. Tepat ketika ia dalam perjalanan ke sini. Tapi terlalu tanggung kalau dia putar balik.”

Rafiqa mengangguk dengan sedikit sendu, “Baiklah, mungkin lain kali.”

“Sampai jumpa sementara, tunggu sampai kita bertemu lagi.” Fly berkata sambil menarik kopernya.

“Fly, tunggu sebentar,” ucap Rafiqa, menghentikan langkah Fly.

“Iya?” tanya Fly, menoleh.

“Semoga sekarang anti benar-benar baik-baik aja.”

Fly mengernyitkan dahi.

“Anti adalah orang yang diunggah Cua di sosial media, ‘kan?"

“Eh, kamu kenal?"

“Maaf, sejak awal ana emang tahu anti dari sosial media Cua. Ana sengaja tidak pernah memberi tahu sejak awal, karena khawatir jika anti tidak mau berteman dengan ana. Juga sebenarnya, abi ana adalah salah satu panitia di sini. Sehingga, ana melihat anti terdaftar di data peserta. Maka ana meminta beliau untuk menempatkan ana pada kamar yang sama dengan anti.”

Sebuah ungkapan yang membuat Fly terdiam sejenak, satu untuk fakta bahwa Rafiqa mengenal Cua, satu lagi untuk tindakan Rafiqa yang mengingatkannya pernah memilih teman kelompok KKN. Ia juga teringat ucapan Cua, di mana ia mengatakan mengenal seseorang yang sangat alim. Mungkin yang dimaksud adalah Rafiqa.

“Tidak ada yang bisa menjauhimu hanya karena kamu mengenal Cua. Karena aku juga mengenalnya, bukan?”

“Ana bukan sekadar kenal, tapi dia sahabat ana."

“Hah?” ucap Yui yang tiba-tiba sudah berada di dekat Fly dan Rafiqa tanpa disadari. “Sahabatan sama Cua?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!