Sequel Terpaksa Menikahi Tuan Posesif
IG : @nafasal8
Season 1
Damian harus merasakan kekecewaan yang mendalam, karena sang tunangan diam-diam berselingkuh darinya. Ia terpaksa harus memutuskan pertunangannya secara sepihak.
Jebakan yang direncanakan oleh Arra, ternyata menjadi pertemuan pertama untuk Damian dan Sarah. Lantas bagaimana cara Damian untuk menaklukkan hati Sarah.
Bagaimana perjuangan Damian untuk mendapatkan hati sang pujaan hati, berhasilkah atau Sarah malah berbalik arah dari Damian?
Season 2
Rencana konyol Davian untuk menjadikan Linanda sebagai kekasih settingan ternyata berujung pada keputusan Oma yang ingin menikahkan mereka dalam waktu dekat.
Bagaimana kisah Davian dan Lin dalam menghadapi rencana Oma? Apakah mereka akan bersatu dalam ikatan suci? Atau mengungkap semua dan mengaku pada keluarga besar mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20. Bersiaplah Untuk Hari Esok
"Tuan, sebenarnya kita mau kemana?" tanya Sarah dengan kaki yang sengaja ia naik turun kan dengan ritme cepat.
Damian yang melihat gelagat Sarah tampak mengerutkan kening.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bertingkah seperti itu?" Raut wajah Damian menunjukkan keheranan.
Tapi yang diperhatikan nampaknya hanya bisa tersenyum menyeringai sambil menahan sesuatu.
"Sarah, kenapa kamu seperti cacing kepanasan seperti itu?" pekik Damian yang membuat Ben penasaran dan melirik kaca spion tengah sekilas.
Sarah berdecak kesal, ia tak terima disebut cacing kepanasan tapi ia juga semakin tak tahan. Gadis itu malu, tapi ia segera menepiskan rasa malunya. Saat ini ia benar-benar tak tahan.
"Tuan, saya ingin pergi ke toilet. Bisakah kita menepi sebentar?" pertanyaan ambigu lolos dari bibirnya.
"Apa? Sarah, kamu jorok sekali. Bisa-bisanya kamu ---,"
"Stop, Tuan. Saya tidak ingin berdebat. Tuan, bisakah kita pergi ke toilet terdekat," potong Sarah.
Ben tersenyum samar, ia segera menambah kecepatan mobilnya.
"Toilet pengisian SPBU bagaimana, Nona?" tawar Ben. Karena hanya tempat itu yang akan mereka lewati setelah ini.
"Ck ... Tahanlah sebentar, kita akan ke hotel yang ada di depan itu," ucap Damian sambil menunjuk hotel yang bangunannya berdiri megah di depan sana.
"Hah ...." kompak Ben dan Sarah. Mereka tak habis pikir dengan Tuan Muda satu ini.
"Tuan, anda tidak sependapat dengan Tuan Damian bukan?" tanya Sarah sambil menepuk pundak Ben dari belakang.
Damian segera menarik tangan Sarah, ia tak suka. Sarah hanya bisa mendengus kesal dengan sikap anehnya.
"Sarah, kamu tahu kan. Toilet tempat umum itu sangat jauh dari kata bersih, bagaimana kalau nanti kamu terkena penyakit gatal?" tukas Damian yang merasa risih dengan kata toilet umum.
"Tuan, saya mohon jangan berlebihan! Saya benar-benar sudah tidak tahan." tandas Sarah.
"Ayo Tuan, tolong bisa lebih cepat lagi!" mohon Sarah kepada Ben.
"Ck ...." Damian hanya bisa berdecak kesal.
Ben menyalakan lampu sen kiri, ia memutar kemudinya dan segera memarkir di tempat yang telah di sediakan. Tentu saja mobil maybach exelero dengan harga kisaran di atas seratus miliar, menjadi kendaraan pribadi yang paling mewah diantara sederet mobil yang terparkir di SPBU itu.
Sarah segera menarik handle pintu mobil di sisi kanan nya, melangkah keluar tak lupa menenteng tas Selempang yang selalu menemaninya saat ke kampus juga saat kerja. Karena hanya itulah yang ia miliki saat ini.
Selang lima menit, Sarah keluar dari toilet. Namun, ia tak melangkah ke arah mobil yang terparkir. Tapi ke arah seorang pria paruh baya yang sedang berteduh dibawah pohon mangga, pria itu adalah pedagang asongan yang sedang istirahat. Karena cuaca yang cukup terik, membuat siapa saja yang berada diluar merasa gerah. Pun dengan pria paruh baya itu.
Sarah terlihat bercakap-cakap sejenak dengan pria paruh baya itu, lalu mengeluarkan satu lembar uang dua puluh ribu dari balik sakunya. Bukan untuk membeli barang dagangannya, tapi untuk uang beli makan bapak tua itu. Pria paruh baya itu terus menolak uang pemberian Sarah yang cuma-cuma, dan terjadilah negosiasi singkat antara mereka. Gadis itu tampak nya menyetujui uangnya untuk ditukar dengan sebotol air mineral. Pria paruh baya itu tak henti berucap terimakasih kepada Sarah, gadis itu hanya menganggukkan kepala seraya berjalan meninggalkan pak tua itu.
Damian yang terus mengawasi tindak tanduk Sarah, merasa tergelitik. Sungguh sangat mulia hati gadis itu, bukankah dia juga butuh uang. Lebih tepatnya sedang tak punya uang, mengingat sekarang masih tanggal dua puluhan. Dan tentu saja belum waktunya gajian, tapi dia mengikhlaskan uangnya untuk diberikan kepada pak tua itu.
"Ben, kamu ada uang tunai?" tanya Damian memecah keheningan.
"Maaf, untuk apa tuan?" Ben mengerutkan kening heran.
"Ben, kenapa kamu perhitungan sekali!" pekik Damian.
Ben hanya mengulas senyum, dia segera mengeluarkan uang seratus ribu sepuluh lembar. Lalu menyerahkannya kepada Damian.
"Ini Tuan!"
Damian segera menerima uang itu dan menyimpannya agar tak diketahui oleh Sarah.
🍁🍁🍁
Sarah sudah kembali duduk di sebelah Damian, sekilas gadis itu melirik ke arah pria yang sedang duduk di samping nya. Ada sedikit keanehan, karena sang Tuan Muda tampak memasukkan sesuatu dan buru-buru membenarkan jasnya -- mencoba bersikap setenang mungkin. Sarah memilih untuk mengabaikannya.
"Ben, tunggu. Aku ingin keluar sebentar!" seru Damian yang menghentikan aktivitas Ben untuk menjalankan kendaraan yang dikemudikannya.
"Ke toilet Tuan?" pertanyaan Ben membuat pandangan Sarah teralihkan, bagaimana mungkin Tuan Muda satu ini berubah pikiran dengan cepat. Dia yang mengalami masalah dengan kebersihan kenapa tiba-tiba ingin pergi ke toilet umum.
"Cerewet sekali kamu Ben!" protes Damian seraya menarik handle pintu mobil dan melangkah keluar.
Ben dan Sarah merasa penasaran dengan gelagat sang Tuan Muda, mereka dengan seksama memperhatikan setiap gerak geriknya. Namun, Sarah dan Ben tampak terperangah saat si Tuan tampan itu berjalan mendekati pak tua yang masih duduk berteduh itu.
Ben mengerutkan kening melihat sikap Damian, apalagi saat Damian memberikan lembaran uang yang ia minta dari Ben itu. Namun, ada perasaan haru di hati Ben. Ia bangga dengan Tuan Muda nya, meskipun memang menjadi rutinitas untuk melakukan kegiatan sosial setiap minggunya. Tapi kali ini tampak berbeda di mata Ben, Damian turun langsung dan memberikan bantuan kepada orang yang lebih membutuhkan.
Pak tua itu terlihat begitu terharu, ia segera bersimpuh di kaki Damian dan tak henti mengucap terimakasih padanya. Pria itu hanya menganggukkan kepala, lalu setengah berlari menuju mobilnya.
Sarah mengulas senyum, ada perasaan aneh menyusup di hatinya. Namun, lagi-lagi ia hanya bisa meyakinkan dirinya sendiri untuk tak berharap lebih pada Tuan Muda nan tampan itu.
🍁🍁🍁
Setelah berkeliling tak tentu arah, akhirnya Damian memutuskan untuk mengantar Sarah pulang ke rumah. Tak ada obrolan diantara mereka berdua. Keheningan tercipta sampai mobil tiba di halaman rumah Sarah, pertanyaan yang sedari tadi menggelayut di pikirannya seolah menciut untuk ia utarakan.
Ben segera membuka pintu mobil Sarah setelah ia berhasil memarkir mobil yang ia kemudikan tepat di halaman rumah gadis itu.
"Bersiap-siaplah untuk hari esok," ucap Damian sebelum gadis itu meninggalkan mobilnya.
Belum terjawab pertanyaan yang masih menggantung di pikiran gadis itu, muncul rasa penasaran baru yang membuat perasaannya sedikit tak nyaman.
"Maksud Tuan? Bersiap untuk apa?" pertanyaan itu akhirnya lolos juga dari bibirnya.
Damian hanya mengulas senyum seraya memberi isyarat kepada Ben untuk menjalankan mobilnya. Pria itu membuka setengah kaca mobilnya dan melambaikan tangannya kepada Sarah yang saat itu diam mematung di halaman rumah nya.
Bersiap-siaplah untuk hari esok? Ah, aku bahkan tak bisa berpikir kali ini. Semoga ini hanya sebuah mimpi, aku tak boleh banyak berharap. Aku cukup tahu diri.
Sejenak Sarah memejamkan matanya diikuti dengan napas beratnya, ia benar-benar ingin semua berjalan normal seperti sedia kala.
Bersambung ...
.
.
.
.
Mampir juga ke novel teman author ya😍
.