Pemuda itu mengacungkan pistolnya persis di dada sebelah kiri Arana. "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain juga tidak bisa.
Dor!!
••••
Menjadi tunangan antagonis yang berakhir tragis, adalah mimpi buruk yang harus Nara telan.
Jatuh dari rooftop sekolahnya, membuat Nara tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang di tempat dirinya terjatuh.
Nara pikir dia akan mati, namun saat gadis itu terbangun, ia begitu terkejut ketika mendapati jiwanya sudah berbeda raga.
Berpindah di raga tokoh novel yang merupakan tunangan dari antagonis cerita.
Ia bernama Arana Wilson.
Saat mencapai klimaks, tokoh ini akan mati tertembak.
Sialnya, karena terjatuh, Nara tidak tau siapa malaikat maut raga yang kini ia tempati.
Bagaimana kisah Nara di novel itu sebagai Arana. Akankah dia tetap mati tertembak atau justru ia mampu mengubah takdirnya.
🍒🍒🍒
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raintara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Hades menghempaskan tubuhnya pada ranjang kebesarannya. Hari ini cukup melelahkan. Bahkan dia sampai lupa untuk menghubungi Arana. Tunangannya.
Arana. Mengingat nama itu membuat senyum kecil tersungging dari bibir pemuda itu. Apalagi ketika gadis itu sudah mulai luluh dan berubah. Tak seagresif dulu. Ah, perasaan merah jambu bernamakan cinta ini sungguh menyiksa seorang Hades Giovandrick.
Yang melihat kehadiran Hades. Dia yang menerima Hades. Jujur, itu membuat Hades begitu bahagia. Pemuda itu tidak tahu, apa yang dilakukan Arana murni atau hanya pura-pura belaka. Namun Hades tidak peduli. Selama dia memiliki Arana, maka itu sudah lebih dari cukup.
Hades meraih sebuah remot kecil yang tersimpan bawah bantalnya. Benda berwarna hitam yang hanya memiliki satu tombol bewarna merah di tengahnya.
Ia ambil remot itu sebelum akhirnya ia arahkan pada dinding di depannya. Ditekannya tombol bewarna merah itu. Secara ajaib, dinding bewarna abu-abu itu bergetar. Tertarik ke masing-masing sisinya. Menampilkan sesuatu yang selama ini Hades sembuyikan selama ini.
Foto-foto dengan jumlah tak terhitung itu tertempel dengan indah di sana. Gambar Arana di berbagai situasi. Dari masa ke masa. Bahkan foto gadis itu saat masih sekolah dasar juga terpampang di dinding rahasia itu.
Hades bangkit. Mendekati foto-foto itu dengan mata penuh kabut obsesi. Sampai pada tempat yang dituju, pemuda itu belai foto foto Arana penuh damba. Foto yang diambil secara illegal karena Hades pun memotret tanpa seijin sang pemilik tubuh.
"Arana...lo sangat cantik. Cantik sekali."
Sepertinya Hades memang sudah gila. Seperti labelnya sebagai antagonis dalam novel.
Ting.
Ponsel Hades bergetar. Penasaran akan notif itu, ia raih benda pipih bersegi panjang miliknya dari saku hoodie hitam yang dipakainya.
unknown:
*10 new pictures.
Saat Hades mengunduh foto-foto itu, netranya menggelap. Pegangan pada ponselnya menguat. Menampilkan urat-urat di telapak tangannya. Rahangnya bergetar dikuasai amarah.
"Arana, lo main-main sama gue."
Pemuda itu berdecih. "Berani sekali dia."
"Baiklah, lo yang mulai Arana. Jangan salahin gue untuk apa yang terjadi kedepannya."
.
.
"Malvin, kamu udah janji sama aku. Selama kita berhubungan kamu nggak akan dekat dengan Arana. Tapi apa tadi?"
Sejak pulang ke apartment-nya, telinga Malvin dibuat panas oleh ocehan tak berarti dari Mira.
Pemuda itu berdecak jengah. Ia tatap Mira dengan tajamnya. "Bisa diam? Gue capek."
Hati Mira mencelos sakit. Apa tadi katanya, capek? Capek selingkuh maksudnya?
"Iya, kamu capek karena seharian ini sudah selingkuh sama Arana kan?!" sarkas Mira. Berteriak membentak sang pujaan hati. Entah ia dapat darimana keberanian ini.
"Berhenti berbicara omong kosong Mira." ujar Malvin dengan nada menekan. Ia tatap Mira dengan tatapan membunuh.
Di jambaknya rambut panjang Mira hingga gadis itu mendongak. Mira meringis kesakitan. Rasa-rasanya rambutnya seakan lepas dari kepala.
"Lo lupa sama perjanjian awal kita? Lo itu cuma pelampiasan. Ja-lang yang gue butuhin di saat tertentu."
"Mal--Malvin sakit."
"Ja-lang yang gue sewa untuk melindungi Arana."
Sakit. Ternyata rasa sakit kepalanya tidak sebanding dengan rasa perih tak kasat mata di hatinya. Setelah semua yang mereka lalui bersama hingga Mira menyerahkan seluruh hidupnya pada pemuda itu, Malvin tetap menganggapnya hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Tidak lebih.
Seketika Mira merasa rendah. Harga dirinya tercoreng habis tak tersisa. Noda hitam sempurna menutupi seluruh hidupnya.
"Gue nyentuh lo, juga gue bayar kan Mira?" lagi-lagi Malvin menyinggung harga diri Mira.
"Terus kenapa sekarang lo protes? Bahkan jika cewek itu bukan Arana, lo nggak berhak ngelarang atau menghakimi gue."
"Lo nggak ada hak untuk itu Mira."
Bruk.
Kasar, Malvin melepaskan cengkramannya pada rambut Mira. Menghempaskan gadis itu hingga luruh pada lantai.
Tak bisa terbendung lagi, air mata yang sedari tadi menggunung meluber begitu saja. Menetes penuh ironi. Telapak tangan gadis itu mengepal kuat. Berharap rasa sakit hatinya sedikit mengikis. Hanya sedikit. Mengumpulkan sisa kewarasan yang ada.
Malvin, aku benci kamu!