Sebagian dari kisah ini adalah cerita kisah nyata dari kehidupan seorang wanita yang bekerja di dunia malam.
Tapi ingat, hanya sebagian!
Seorang gadis yang berusaha tetap mempertahankan keperawanan di tengah-tengah hingar-bingar gemerlap dunia malam yang harus dilaluinya.
Kisah ini turut menceritakan sisi lain dari wanita dunia malam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisha A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 21 Ancaman sang nenek
Setelah sarapan Benzie pun langsung pamit pada Maria untuk berangkat ke kantor.
"Baiklah nek, aku akan berangkat ke kantor sekarang" Ucap Benzie bangkit dari kursinya sembari mengecup ujung kepala Maria.
"Hei Ben, sepertinya kau melupakan sesuatu." Ucap Maria yang sontak membuat langkah Benzie terhenti.
Benzie pun berbalik memandangi neneknya dengan tatapan bingung lalu mengecek semua barang bawaan nya yang sudah lengkap semua.
"Sepertinya tidak ada nek." Ucap Benzie ringan.
"Apa kau lupa jika sudah mempunyai istri ?" Tanya Maria sambil menyeruput teh nya.
"Lalu apa hubungannya nek ?" Tanya Benzie yang semakin bingung.
"Haiyo, kau berpamitan padaku dan mencium ku, tapi kau tak melakukannya pada istri mu. Apa aku harus mengajarimu soal itu juga ?" Keluh Maria pada Benzie.
"Ta, tapi nek aku sedang buru-buru, lagi pula aku belum terbiasa melakukannya pada wanita lain selain nenek." Benzie berdalih sembari ingin melanjutkan langkahnya.
"Ben, lakukanlah apa yang ku minta atau kau suka melihat kesehatanku menurun? Dan apa katamu? kau bilang belum terbiasa melakukan itu pada istri mu? Justru mulai dari hari ini kau harus membiasakan diri." Ancam Maria yang merubah raut wajahnya menjadi murung.
Yuna yang mendengar ancaman Maria terhadap Benzie sontak membuat matanya membulat, namun Yuna hanya terdiam dan kembali menundukkan kepala sembari meraih gelas minumannya. Sementara Benzie yang mendengar ancaman sang nenek membuatnya tak kuasa berdalih lagi, Benzie pun menghela nafas kasar kemudian berbalik berjalan ke arah Yuna.
"Aku pergi ke kantor, kau jagalah nenek dengan baik." Ucap Benzie dingin sembari mencium pucuk kepala Yuna.
Yuna sedikit menjadi gugup saat mendapat perlakuan seperti itu dari Benzie, walau Yuna tau Benzie melakukannya karena terpaksa, tetap saja masih membuat Yuna gugup.
"Baiklah, kau tak perlu cemas." Jawab Yuna sembari tersenyum kikuk.
Benzie pun bergegas kembali berjalan menuju mobilnya, Maria yang melihat itu akhirnya bisa tersenyum puas, sementara Yuna yang baru mengingat sesuatu pamit sebentar pada Maria ingin menyusul Benzie keluar.
"Tuan muda tunggu." Panggil Yuna yang lagi-lagi membuat langkah Benzie terhenti.
"Apa ?" Tanya Benzie datar.
"Bolehkah nanti siang saya pergi keluar ? semenjak tinggal disini saya sama sekali belum mengambil barang-barang saya di kost. Jadi saya berniat mengambilnya hari ini dan juga saya mau ke..."
"Baiklah, nanti pak Choi akan mengantarmu." ucap Benzie yang langsung menjawab saat Yuna belum selesai menjelaskan.
Benzie pun langsung memasuki mobilnya dan pergi begitu saja meninggalkan Yuna yang masih berdiri mematung di depan loby.
"Lelaki itu, tidak bisakah tunggu hingga aku selesai bicara terlebih dulu? dasar tidak sopan." Ketus Yuna seorang diri yang merasa kesal.
Yuna pun memutuskan untuk masuk ke rumah dan kembali menemui Maria yang masih terduduk di meja makan.
"Nenek, bagaimana kalau aku potongkan buah-buahan dan kita memakannya di taman? Mau tidak?" Tanya Yuna menawari.
"Kedengarannya itu ide yang bagus." Jawab Maria yang langsung sumringah.
"Ah baiklah nek, ayo aku bantu nenek ke kursi roda." Jawab Yuna yang ikut bersemangat.
Yuna dengan cekatan membantu Maria untuk kembali duduk di kursi rodanya, lalu kemudian mendorongnya menuju taman belakang dan membiarkan sinar matahari pagi menghangatkan tubuh Maria.
"Nah, sinar matahari pagi ini sangat bagus untuk kesehatan, jadi nenek tunggu lah sebentar disini ya, aku akan mengambil buahnya dulu." Ucap Yuna yang ramah dan langsung bergegas kembali ke dapur.
Tak lama Yuna pun kembali dengan memeluk sekeranjang buah-buahan segar dengan sebelah tangan, sementara satu tangannya lagi membawa satu piring yang masih kosong dengan pisau di atasnya. Yuna duduk disamping Maria, ia mulai mengupas dan memotong buahan itu lalu menaruhnya di piring.
"Makanlah nek, nenek harus sering makan buah-buahan seperti ini, agar tetap sehat dan awet muda." Ucap Yuna tersenyum sembari menyodorkan piring yang sudah diisi dengan berbagai potongan buah.
"Terima kasih Yuna." Ucap Maria sembari meraih potongan buah dan mulai memakannya.
Yuna dan Maria pun berbincang santai sembari menikmati buah dan matahari pagi yang menyengat tubuh mereka. Satu jam lamanya mereka berbincang, Yuna melihat peluh Maria yang mulai bercucuran karena berjemur, akhirnya ia menyudahi waktu berjemur mereka.
"Sepertinya nenek sudah nyaris mandi keringat, sekarang ayo kita masuk." Celetuk Yuna yang sedikit mencandai sang nenek.
Yuna mendorong kursi roda Maria kembali masuk ke rumah, di depan kamar Maria sudah di sambut seorang pelayan.
"Mari nyonya saya bantu, sudah waktunya anda untuk mandi pagi." Ucap pelayan itu dengan ramah sambil membungkuk kan badannya.
"Baiklah kalau begitu." Jawab Yuna yang ikut tersenyum pada sang pelayan.
Pelayan itu pun mengambil alih kursi roda Maria dan membawanya masuk ke kamar, sementara Yuna juga memilih kembali ke kamarnya.
Kantor Utama Blue Light Group
"Hei Ben, akhirnya kau masuk kantor juga, sudah tiga hari kau libur dan itu sangat membuatku repot." Celetuk Alex saat memasuki ruang kerja Benzie.
"Bukankah aku menggaji mu memang untuk dibuat repot?" Jawab Benzie datar.
"Ah iya kau benar juga hahaha." Jawab Alex tertawa.
"Baiklah Ben, ini aku ada bawa laporan income Blue Light Club' dari beberapa cabang untuk bulan ini." Ucap Alex lagi sembari menyerahkan sebuah map pada Benzie.
Benzie meraih map itu dan segera membuka lembar demi lembar, Benzie tersenyum sangat puas melihat laporan pemasukan yang meningkat sangat pesat pada beberapa cabang club' miliknya.
"Bagaimana Ben ? apa kau masih meragukan kinerja ku ?" Tanya Alex menyeringai menaikkan sebelah alisnya.
"Baiklah, kau masih yang terbaik." Jawab Benzie tersenyum puas sembari meletakan map nya kembali di atas meja.
"Oh ya Ben, Martin Chou sudah kembali dan dia akan merayakan ulang tahunnya di club' milik mu dan dia memintamu untuk datang." Ucap Alex lagi
"Ah anak itu, aku hampir saja lupa jika memiliki teman bernama Martin Chou. Lalu sejak kapan dia kembali kesini ?" Tanya Benzie.
"Sebenarnya dia sudah kembali dari Paris sejak sebulan yang lalu, bahkan dia sudah beberapa kali berkunjung ke club' mu." Jawab Alex.
"Ah apa-apaan anak itu, sudah sebulan kembali kesini tapi tak memberitahuku. Awas saja akan kuberi perhitungan." Ucap Benzie memiringkan senyumannya.
"Tak perlu berlebihan, apa kau terlalu merindukan seorang Martin Chou ha ? hahaha. Oh ya, dia sudah membooking sebagian Hall Blue Light Club untuk perayaan ulang tahunnya besok malam, kau datanglah!" Ucap Alex sembari berlalu meninggalkan ruangan Benzie.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 10.30 pagi menjelang siang. Yuna tersentak, ternyata sejak kembali ke kamar tadi Yuna langsung tertidur karena merasa ngantuk akibat tidur hanya 3 jam. Yuna segera bangun dan bersiap-siap, hari ini dia sudah berjanji untuk ke rumah sakit dan akan melunasi biaya rumah sakit ibunya.
Tok..Tok..Tok..
"Nenek" Panggil Yuna mengetuk pintu dan kemudian membuka pintu kamar Maria secara perlahan.
"Yuna, ada apa ? Wah kau terlihat sudah rapi, apa kau mau pergi ?" Tanya Maria yang sedang duduk sambil menyulam di kursi yang terletak di dekat jendela.
"Iya nek, aku kesini ingin pamit pada nenek, aku mau pergi sebentar untuk mengambil barang-barang yang masih tertinggal di kost ku." Jawab Yuna sembari melangkah mendekati Maria.
"Apa nenek sedang menyulam ? Wah sulaman nenek sangat rapi dan bagus sekali." Tambah Yuna lagi saat melihat hasil sulaman tangan Maria.
"Hehehe benarkah? Ini ku lakukan hanya untuk mengusir rasa jenuhku di rumah ini. Jika kau mau, nanti aku akan mengajarimu." Ucap Maria tersenyum dan terus melanjutkan sulaman nya.
"Tentu nek, nanti aku pasti akan menyita banyak waktu nenek untuk mengajariku." Celoteh Yuna sambil tertawa kecil.
"Hehehe baiklah, itu tidak masalah. Sekarang kau pergi lah! Oh ya, apa sudah ada yang akan mengantar mu ?" Tanya Maria memastikan.
"Oh iya nek, di depan sudah ada pak Choi yang akan mengantar ku nek." Ucap Yuna.
Yuna pun akhirnya pergi, dia pergi ke bank terlebih dulu untuk mencairkan dana yang diberi oleh Benzie. Keluar dari bank, Yuna berjalan menuju parkiran mobil sambil memandangi takjub buku tabungannya.
"Tidak pernah ku bayangkan sebelumnya, saat ini isi rekeningku 320 juta. Apakah ini mimpi ?" Celoteh Yuna seorang diri yang terus memandangi buku tabungannya sembari menepuk-nepuk pipinya.
Yuna pun akhirnya bergegas masuk ke mobil dan langsung meminta pak Choi untuk mengantarnya ke rumah sakit.
Bersambung...
❤❤❤❤🤣🤣🤭🤭
favorit
👍❤