NovelToon NovelToon
ANAK RAHASIA

ANAK RAHASIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: WikiPix

Rahasia kelam membayangi hidup Kamala dan Reyna. Tanpa mereka sadari, masa lalu yang penuh konspirasi telah menuntun mereka pada kehidupan yang tak seharusnya mereka jalanin.

Saat kepingan kebenaran mulai terungkap, Kamala dan Reyna harus menghadapi kenyataan pahit yang melibatkan keluarga, kebencian, dan dendam masa lalu. Akankah mereka menemukan kembali tempat yang seharusnya? Atau justru terseret lebih dalam dalam pusaran takdir yang mengikat mereka?

Sebuah kisah tentang pengkhianatan, dendam, dan pencarian jati diri yang akan mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WikiPix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NARASI Episode 21

Amanda menunggu beberapa detik, memastikan langkah Indira benar-benar menjauh sebelum ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah lemari. Tangannya sedikit gemetar saat menarik pintu lemari lebih lebar.

Ia menyibak tumpukan pakaian dengan cepat, mencari dokumen yang ia sembunyikan sebelumnya. Begitu jari-jarinya menyentuh amplop cokelat yang berisi dokumen penting itu, ia menghela napas lega. Masih ada di sana.

Namun, perasaan tidak nyaman tetap menghantuinya. Fakta bahwa Indira hampir saja menemukan sesuatu membuatnya sadar bahwa tempat ini tidak lagi aman.

Matanya menyapu sekeliling kamar, berpikir keras. Ia harus mencari tempat yang lebih aman untuk menyembunyikan dokumen ini—setidaknya sampai ia bisa menyerahkannya kepada Ratna.

Setelah berpikir sejenak, ia menarik koper kecil dari bawah tempat tidur. Di dalamnya, ada beberapa pakaiannya yang belum sempat ia keluarkan. Dengan cepat, ia menyelipkan amplop itu di antara lipatan pakaian paling bawah, lalu menutup koper dengan rapat.

Setelah memastikan semuanya aman, Amanda kembali ke tempat tidur, berpura-pura tidur jika saja Indira atau seseorang datang lagi. Namun, pikirannya tetap gelisah.

******

Ratna melangkah dengan anggun menuju mobilnya, mengenakan mantel elegan dan kacamata hitam yang menutupi sebagian besar wajahnya. Rencananya hari ini adalah menemui Kamala.

Namun, tanpa ia sadari, sepasang mata tajam tengah mengamati setiap gerak-geriknya dari dalam mobil hitam yang diparkir tidak jauh dari sana. Pria itu duduk dengan tenang di kursi pengemudi, jari-jarinya mengetuk setir dengan ritme pelan.

Matanya tidak pernah lepas dari sosok Ratna.

Saat Ratna membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam, pria itu menyalakan mesin mobilnya, bersiap mengikuti ke mana pun Ratna pergi.

Hari ini, ia harus mencari tahu apa yang sedang direncanakan wanita licik itu.

Ratna menyalakan mesin mobilnya, tidak menyadari bahwa seseorang sedang mengawasinya. Ia mengemudi dengan tenang, menyusuri jalan kota yang mulai lengang.

Pria di dalam mobil hitam itu mengikuti dari kejauhan, menjaga jarak agar tidak mencurigakan. Wajahnya tetap tenang, tetapi tatapan matanya tajam dan penuh perhitungan. Ia tidak ingin kehilangan jejak Ratna.

Ratna melajukan mobilnya ke rumah sakit dengan kecepatan sedang, pikirannya penuh dengan rencana yang telah ia susun matang-matang. Setelah sampai, ia segera turun dan berjalan masuk, langkahnya mantap menelusuri koridor rumah sakit yang berbau antiseptik.

Matanya menyusuri deretan nomor kamar hingga akhirnya berhenti di depan kamar yang ia cari. Dengan gerakan hati-hati, ia membuka pintu dan melangkah masuk tanpa suara.

Di dalam, pemandangan yang ia lihat membuatnya terdiam sejenak.

Kamala duduk di tepi ranjang, dengan penuh kelembutan menyuapi Reyna, yang sudah sangat ceria kembali.

"Makan yang banyak, sayang, biar kamu cepat sembuh," ujar Kamala, suaranya penuh kasih sayang.

"Iya, Bu. Aku akan makan yang banyak. Aku juga sudah bosan tiduran terus di rumah sakit," sahut Reyna dengan polos.

Kamala tersenyum, menyodorkan sendok lagi ke mulut putrinya. "Ya sudah, makan lagi."

Reyna menerima suapan itu dengan lahap, mengunyah perlahan sambil melirik ke arah pintu, dan melihat sosok seorang wanita berdiri diam di sana, menatapnya tanpa ekspresi.

Reyna memberi tahu Kamala bahwa ada seorang wanita yang datang.

Kamala pun melirik, setelah membalik badan. "Bu Ratna?" Tanya Kamala pelan, sedikit terkejut.

Ratna melangkah mendekati, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. Tatapannya beralih dari Kamala ke Reyna, penuh arti.

"Oma bawain mainan sama buah-buahan untuk Reyna. Pasti cucu Oma suka, kan?" Ratna berkata dengan suara lembut.

Reyna menatap Ratna dengan bingung, lalu melirik ibunya, seolah meminta kepastian.

Kamala mengerutkan kening. "Bu Ratna, tidak perlu repot-repot. Reyna sudah cukup dengan apa yang ada di sini."

Ratna tertawa kecil, mengabaikan nada keberatan dalam suara Kamala. Ia meletakkan kantong plastik berisi buah dan sebuah boneka kecil di meja samping tempat tidur Reyna.

"Ah, tidak masalah. Lagipula, Reyna ini cucu Oma, kan? Wajar kalau Oma ingin memberikan sesuatu untuknya."

Kamala belum sepenuhnya menerima Ratna, sebagai ibunya.

"Kamu sudah menerimaku sebagai ibu kandungmu kan, Kamala?" Tanya Ratna dengan lembut.

Kamala terdiam, jemarinya mengepal di atas pangkuannya. Pertanyaan itu datang begitu tiba-tiba, seperti jebakan yang sulit dihindari.

Matanya menatap Reyna sejenak, memastikan anaknya tidak terganggu dengan percakapan mereka, sebelum akhirnya mengangkat kepalanya menatap Ratna.

"Bu Ratna... saya masih butuh waktu." Jawaban itu keluar dengan hati-hati, tetapi cukup tegas.

Ratna tersenyum tipis, meskipun matanya menyipit, menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. "Waktu?" Ia tertawa kecil. "Berapa lama lagi, Kamala? Ibu sudah menunggumu sejak lama. Apa kamu masih tidak bisa menerimaku?"

Kamala menarik napas dalam, mencoba mengendalikan emosinya. "Bukan begitu... Saya hanya masih berusaha memahami semuanya. Saya baru tahu siapa Ibu, saya butuh waktu untuk benar-benar bisa menerima semuanya."

Ratna menatapnya dalam-dalam, lalu mengangguk perlahan, meskipun ada kekecewaan tersirat di wajahnya. "Baiklah, Nak. Tapi Ibu berharap kamu tidak membuat Ibu menunggu terlalu lama."

Ia menoleh ke arah Reyna yang sudah memeluk boneka pemberiannya. "Karena cepat atau lambat, kita ini keluarga. Dan keluarga seharusnya saling menerima, bukan?"

Kamala tidak langsung menjawab. Ia menundukkan kepala, pikirannya dipenuhi dengan kata-kata Ratna. Setiap kalimat yang diucapkan wanita itu seolah memiliki bobot yang berat, perlahan-lahan mengubah cara Kamala melihat sosok Indira.

Ratna menghela napas panjang, seolah menenangkan dirinya dari luka masa lalu yang ia ceritakan. "Ibu tidak ingin kau membenci siapa pun, Nak. Tapi ibu juga tidak ingin kau tertipu oleh kepura-puraan Indira."

Air mata palsunya mengalir di pipi, menciptakan citra seorang ibu yang terluka karena dikhianati. "Ibu hanya ingin kau tahu bahwa Ibu selalu berjuang untukmu, meskipun dulu keadaan tidak memungkinkan Ibu untuk bersamamu."

Kamala merasakan ada sesuatu dalam kata-kata itu yang menyentuh hatinya. Seumur hidupnya, ia merasa diabaikan, selalu mencari tempat di mana ia bisa benar-benar merasa diterima.

Ratna meraih tangan Kamala, menggenggamnya erat seolah memohon. "Ibu tidak ingin kehilanganmu lagi, Nak. Kau satu-satunya keluarga yang tersisa untuk Ibu."

Mata Kamala menatap tangan Ratna yang menggenggamnya. Ada kehangatan yang terasa, ada keinginan untuk percaya bahwa mungkin, Ratna memang benar-benar ibunya.

Perlahan, Kamala mengangguk. "Saya... saya tidak tahu harus berkata apa, Bu."

Ratna tersenyum dalam tangisnya, tahu bahwa benih kepercayaannya mulai tumbuh di hati Kamala. Ia mengusap air matanya dengan punggung tangan, lalu menatap Reyna yang masih sibuk dengan bonekanya.

"Yang pasti, Nak, Ibu akan selalu ada untukmu dan Reyna. Kau tidak sendirian."

Kamala tidak menyadari bahwa ia baru saja melangkah ke dalam jebakan yang sudah lama disiapkan oleh Ratna. Sandiwara itu berhasil. Perlahan tapi pasti, Kamala mulai mempercayai versi kebenaran yang diciptakan Ratna, sebuah kisah yang jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.

Kamala menghela napas panjang, hatinya terasa berat. Selama ini, ia selalu merasa ada bagian dalam dirinya yang kosong, sesuatu yang tidak pernah bisa ia pahami. Namun, mendengar Ratna bicara, melihat air mata dan kesedihan yang terpancar di wajah wanita itu, perlahan-lahan ia merasa ada kepingan yang mulai terisi.

Ia menatap Ratna, mencoba mencari kebohongan di mata wanita itu, tetapi yang ia temukan hanyalah tatapan penuh harap. Mungkin, selama ini ibunya memang benar-benar menderita. Mungkin, Indira memang telah merebut segalanya darinya.

Perasaan ragu yang sempat menghantuinya perlahan memudar. Kamala menelan ludah, lalu mengangguk perlahan. "Baiklah, Bu. Saya akan mencoba menerima semuanya."

Tatapan Ratna berubah, ada kilatan kemenangan di sana, tetapi ia segera menutupinya dengan senyum penuh haru. Ia meraih tangan Kamala, menggenggamnya erat. "Terima kasih, Nak. Ibu janji, mulai sekarang kita tidak akan terpisah lagi."

Kamala tersenyum kecil, perasaan aneh menyelimuti hatinya. Ia tidak tahu apakah keputusannya benar atau tidak, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa tidak lagi sendirian.

Reyna yang sejak tadi diam, menatap ibunya dan Ratna bergantian. Meski belum sepenuhnya mengerti, ia bisa merasakan ada sesuatu yang berubah.

Ratna melirik ke arah Reyna, lalu tersenyum lembut. "Kau tidak hanya memiliki ibu, Reyna. Kau juga memiliki seorang nenek sekarang."

Reyna memiringkan kepala, menatap Ratna dengan bingung. Kamala tersenyum tipis, lalu mengelus kepala putrinya. "Mulai sekarang, kita punya keluarga baru."

Ratna menarik Kamala ke dalam pelukan, menepuk punggungnya dengan penuh kasih sayang. Namun, di balik senyuman lembutnya, ada rencana besar yang sudah ia susun. Kini, Kamala berada di pihaknya, dan itu berarti, kehancuran Indira tinggal menunggu waktu.

Ratna melepaskan pelukannya perlahan, menatap Kamala dengan penuh kelembutan yang dibuat-buat. Ia mengusap pipi putrinya dengan ujung jarinya, memastikan Kamala benar-benar mempercayainya.

"Mulai sekarang, ibu akan selalu ada untukmu, Kamala. Kita akan melewati semuanya bersama."

Kamala hanya mengangguk pelan. Dalam hatinya, masih ada sedikit keraguan, tetapi ia sudah terlalu lelah mencari kebenaran. Jika benar Indira adalah wanita yang menghancurkan ibunya, maka ia tidak ingin terikat dengan wanita itu.

Ratna tersenyum puas, lalu menoleh ke arah Reyna. "Reyna sayang, mulai sekarang, kau juga bisa memanggil Oma, ya."

Reyna masih ragu, tetapi melihat ibunya menerima Ratna, ia perlahan mengangguk. "Iya, Oma."

Ratna mengusap kepala Reyna, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah gelang emas kecil. "Ini hadiah dari Oma untukmu. Supaya kau tahu kalau Oma menyayangimu."

Reyna menerima gelang itu dengan mata berbinar. "Terima kasih, Oma!"

Ratna tersenyum, tetapi dalam hatinya, ia tahu ini bukan sekadar pemberian biasa. Ini adalah langkah kecil untuk mengikat Kamala dan Reyna lebih dalam padanya.

Ia menatap Kamala sekali lagi. "Setelah ini kau bisa tinggal bersama Ibu, Kamala. Kita akan memulai kembali keluarga kecil ini."

Kamala menatap Ratna dengan mata berkaca-kaca. Tawaran itu terdengar begitu menghangatkan, sesuatu yang selama ini ia rindukan.

Bayangan masa lalunya kembali berputar di benaknya. Hidup di jalanan, berpindah-pindah tempat, bertahan dengan apa pun yang bisa ia dapatkan. Ia sudah terlalu lelah hidup dalam ketidakpastian. Jika ini adalah kesempatan untuk memulai kehidupan baru, mengapa ia harus menolaknya?

Kamala menarik napas dalam, lalu mengangguk pelan. "Baik, Bu. Saya akan tinggal bersamamu."

Senyum kemenangan tersungging di wajah Ratna, meski ia tetap mempertahankan ekspresi lembutnya. Ia mengusap pipi Kamala dengan penuh kepura-puraan. "Terima kasih, Nak. Ibu janji, mulai sekarang, kau tidak akan menderita lagi. Ibu akan melindungimu dan Reyna."

Kamala tersenyum kecil, sambil menatap ke arah Reyna dan Ratna bergantian.

Sementara itu, di luar kamar, seseorang berdiri diam di balik pintu, mendengarkan percakapan mereka dengan ekspresi tegang. Orang itu menggenggam ponselnya erat, menimbang-nimbang apakah harus bertindak sekarang atau menunggu waktu yang lebih tepat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!