Anastasia, seorang gadis cantik namun bernasib malang.
Dia di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dan kini hidup sebatang kara.
Tapi, hal itu sama sekali tak melunturkan semangat hidup Anastasia.
Dia tetap tumbuh jadi gadis yang cerdas dan berpendidikan tinggi.
Hingga pada suatu hari, kehidupan Anastasia seketika berubah drastis saat ia harus terjebak dengan seorang pemuda tampan, kaya raya, namun berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Adam membuka seluruh pakaiannya, dan hanya menyisakan celana dalam yang terpampang jelas disana, entah apa yang saat ini ada dipikiran Adam, yang jelas dia merasa sangat marah.
Ana yang melihat itu seketika mundur berusaha menjauh dari Adam.
"Apa yang akan kamu lakukan?"
Adam seolah berpura-pura tuli, dia langsung menyerang Ana saat itu juga.
Ana yang tidak memiliki kekuatan untuk berontak hanya bisa pasrah, air matanya mengalir tanpa bisa di bendung lagi.
Dia terisak dibawah kukungan Adam, sedangkan Adam seolah tuli, dia sama sekali tidak perduli dengan tangisan Ana karena amarah benar-benar sudah menguasai dirinya.
Setengah jam kemudian, Adam terbangun dan menuju kamar mandi.
Ana menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
"Kenapa dia melakukan ini padaku?" Gumam Ana yang masih terisak.
Ana tentu terkejut, dia berpikir kalau dia pasti sudah melakukan kesalahan besar. Tapi apa? Apa karena tadi dia sempat berdebat dengan Ibunya Adam?
Tapi rasanya tidak mungkin, sedangkan Adam sendiri memintanya untuk melawan, dia juga sempat membentak Ibunya saat membawa Ana keatas.
Tak lama kemudian Ana terlelap, saat Adam keluar dari kamar mandi dia melihat wanita yang dia bayangkan selama ini sudah terlelap, dia menarik selimut untuk menyelimuti tubuh gadis pujaannya.
Adam tersenyum, saat mengetahui kalau Ana masih perawan, dia tidak menyangka, di jaman seperti sekarang masih ada gadis seperti Ana.
"Aku tidak menyesal telah merenggut kesucianmu, yang aku benci kenapa kamu bermain-main dengan laki-laki yang tidak jelas seperti mereka?" laki-laki di maksud Adam adalah Putri dan Lisa.
Adam mengira kalau mereka laki-laki yang menjadi banci, yang pada dasarnya mereka juga pasti menyukai perempuan.
Adam sangat marah saat membayangkan kalau Ana dekat dengan mereka.
Tanpa menunggu lagi Adam langsung memakai pakaiannya dan keluar dari kamar.
Di bawah, Bu Tiara dan Katr sedang tertawa terbahak, mereka sedang menertawakan Ana.
"Aku tahu betul siapa Adam, dia pasti menyiksa perempuan itu habis-habisan."
"Iya Tante, aku juga berpikir seperti itu, karena Adam tidak menyukai perempuan keras kepala seperti Ana." Kate tersenyum puas saat membayangkan Ana disiksa.
"Ternyata dia masih sayang pada Mamanya."
Tiba-tiba Adam sudah berada di sana, Bu Tiara yang melihat itu langsung tersenyum.
"Sayang, apa kamu sudah menghukum jalang itu?"
Melihat tatapan tajam Adam membuat nyali Bu Tiara ciut.
"Kenapa anda kesini, saya sudah meminta anda agar tidak ikut campur urusan saya. Jadi, jangan salahkan saya apabila keluarga anda berantakan."
Adam melangkah pergi dari sana menuju garasi mobilnya. Dia langsung menuju markas tempat dimana Putri dan Lisa disekap.
Putri dan Lisa masih belum sadarkan diri, saat tadi di restoran, pengawal Adam membius mereka berdua.
Kini Adam sudah tiba di sana, Elliot dan Joane juga baru tiba. Saat mendengar kabar dari anak buah Adam, mereka langsung menuju markas.
Tangan Elliot sangat gatal, dia ingin menghajar pria yang berdandan seperti wanita tersebut.
Mereka sama-sama melangkah menuju ruang bawah tanah.
"Bangunkan mereka?" Perintah Adam.
Byurrr!!!!
Satu ember air langsung membuat Lisa dan Putri tersadar.
Putri dan Lisa bingung kenapa dia berada di tempat pengap seperti itu, mereka mengingat sesuatu, mata Putri langsung tertuju pada Adam.
"Habis lah kita Lis, Adam pasti akan menghajar kita." Putri berbisik di telinga Lisa.
"Ambil pisau bedah!" Perintah Adam lagi.
Mata Lisa langsung melebar saat itu juga.
"Maafkan kita, kita tidak bermaksud apa-apa. Tadi, Ana menghubungi kami, dia menangis, karena Ibu anda menghina Ayahnya, kita tidak mempunyai pilihan lain selain menyamar seperti ini." Jelas Lisa.
Sedangkan Putri sudah diam seribu bahasa, melihat mata tajam Adam saja sudah membuat aliran darahnya seolah berhenti mengalir.
Elliot dan Joane langsung menoleh ke arah bos mereka.
"Apa si Bos salah paham?" Bisik Elliot.
Detik berikutnya mereka langsung tertawa terbahak-bahak, Adam yang mendengar sahabatnya tertawa langsung menoleh dengan tatapan tajamnya.
"Tenang bro, sepertinya kita salah sasaran." Elliot masih mencoba menenangkan Adam.
"Kenapa kalian memakai kostum seperti itu?" Tanya Adam.
"Saat itu kita masih ada pekerjaan, apalagi Pak Beni tidak mungkin mengizinkan kita keluar, jadi kita terpaksa berdandan seperti ini." Jelas Putri.
Bagaimana tidak terlihat seperti banci, mereka menggunakan rambut berwarna merah dan ungu, lipstik merah menyala serta alis yang cukup tebal.
"Keluarkan mereka dari sini."
Pengawal yang ada di sana langsung menutup mata mereka berdua.
"Hey, kenapa pakai acara tutup mata segala?" Putri berontak saat pengawal Adam menutup mata mereka.
"Diam, atau bos kita tidak akan membiarkan kalian keluar dari sini." Ancam pengawal tersebut.
Sedangkan Adam langsung meninggalkan markas dan kembali menuju mansionnya, dia tidak peduli dengan ejekan Elliot, saat ini yang ada di pikirannya adalah Ana.
Pasti Ana akan membencinya mulai sekarang. Adam sangat menyesal kenapa dia tidak mencari tahu terlebih dahulu siapa yang Ana temui?
Kenapa dia langsung marah saat mengetahui Ana berpelukan dengan pria lain.
Aaarrrggggttttt!!!!
Adam memukul setir mobilnya frustasi.
***
Sementara di mansion Ana masih terlelap, Adam yang melihat Ana masih tertidur pulas tidak berani membangunkannya, dia masih mengingat bagaimana dirinya menyentuh Ana.
"Apa kamu akan membenci ku sekarang?" Gumam Adam di samping Ana.
Tiba-tiba saja Ana mengigau.
"Ayah.... aku sudah tidak kuat lagi hiks....hiks...hiks..." Masih dengan memejamkan matanya Ana terus bergerak gelisah.
Adam mendekat ke arah Ana. "Aku ada disini, jangan khawatir." Adam terus membisikkan kata-kata yang menenangkan.
Pukul 6 pagi Ana terbangun, dia melihat tubuhnya masih dalam keadaan polos, seluruh tubuhnya juga terasa sakit, air matanya seketika menetes saat mengingat kejadian semalam.
Dia melihat ke arah samping dan mendapati Adam yang masih terlelap.
Ana segera bangkit hendak menuju kamar mandi, membungkus tubuhnya dengan selimut tapi dia seketika meringis saat sepasang kakinya menyentuh lantai.
Adam yang mendengar Ana meringis langsung terbangun untuk membantu Ana.
"Jangan sentuh aku!!" Sentak Ana, dia mencoba melangkah menuju kamar mandi meski secara perlahan seperti siput.
Adam yang melihat itu langsung menggendong tubuh Ana menuju kamar mandi.
"Turunkan aku, aku benci sekali padamu." Adam tidak memperdulikan teriakan Ana, dia mendudukkan Ana di dalam bathtub.
"Aku minta maaf." Adam yang terkenal dengan kekejamannya kini meminta maaf pada seorang gadis.
"Aku akui aku salah, tanpa mendengar penjelasan kamu terlebih dulu aku langsung mengambil keputusan." Adam yang melihat Ana menangis, entah kenapa hatinya terasa begitu sakit.
"Maafkan aku, aku khilaf." Ucap Adam penuh penyesalan.
"Aku akan memaafkanmu, tapi aku mohon lepaskan aku!" Adam yang mendengar itu langsung menggeleng cepat.
"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kapanpun, kamu boleh minta apapun selain itu."
Ana berpikir sejenak, keputusan apa yang akan dia ambil, ini adalah kesempatan emas baginya.
"Aku akan kembali ketempat tinggalku, aku akan bekerja dan tinggal di kontrakan lagi." Ana akhirnya memutuskan.
"Tidak, kamu tidak boleh pergi. Aku sangat menyayangimu, aku tidak akan membiarkan keluarga Bibimu menyakitimu lagi."
"Kalau begitu jangan salah kan aku, jika aku melakukan sesuatu hal yang nekat!"
Adam langsung mengusap wajahnya kasar.
"Baiklah, aku akan membiarkanmu kembali tinggal di kontrakan, tapi statusmu tetap sama, kamu adalah kekasihku. Apapun yang terjadi, jangan pernah dekat dengan pria manapun, aku akan selalu mengawasi mu!"
"Sama saja, aku tidak ingin kamu terus mengawasiku. Aku ingin bebas, dan aku berjanji akan tetap menjaga batas dengan seorang laki-laki."
"Baiklah, aku setuju." Adam terpaksa menyetujui keinginan Ana meskipun merasa berat jika harus berjauhan dengan Ana.
*********
*********