Musuh Tapi Menikah.

Setelah mengunjungi rumah yang rencananya baru akan mereka tinggali minggu depan, Devano dan Inayah pun kembali ke rumah orang tua Devano.

"Sebaiknya malam ini kita berangkat bersama ke acara reuni, Nay."

Spontan Inayah menoleh pada Devano yang tengah fokus mengemudi. "Nggak bisa gitu dong, Dev." Inayah tak setuju. "Semua anak-anak seangkatan taunya kita musuh bebuyutan sejak dulu, kalo kita datangnya barengan tentu saja akan menjadi pertanyaan besar bagi mereka." sambung Inayah.

"Tinggal bilang aja kalo kita udah nikah, apa susahnya sih." jawaban Devano mampu membuat Inayah memutar bola mata malas dibuatnya.

"Kalo kayak gitu ceritanya, anak-anak bakal nyangkanya gue udah dibuntingin sama Lo sampai terpaksa harus nikah."

"Loh...bukannya di restoran kemarin Lo bilangnya emang gitu ya...????." ujar Devano dengan nada menggoda sehingga membuat Inayah kembali memutar bola mata jengah.

"Gue nggak lagi becanda ya Dev." sahut Inayah menahan sebal.

"Terus kalo Lo nggak berangkat bareng gue, Lo mau berangkat sama siapa??." kini raut wajah Devano kembali dalam mode serius.

"Berangkat bareng Ayu lah, emang bareng siapa lagi." sahut Inayah, dan pada akhirnya Devano pun setuju.

Acara reuni SMA tersebut rencananya akan di langsungkan di sebuah hotel ternama di ibukota.

Malam harinya.

Devano yang lebih dulu selesai mengenakan pakaiannya memilih menunggu Inayah di ruang tengah bersama Zevano. kalau Zena tidak usah ditanya, gadis itu sudah stay sejak satu jam yang lalu. sebenarnya Zevano malas berangkat bersama gadis itu namun karena permintaan ibunya, pada akhirnya dengan terpaksa Zevano setuju berangkat bersama Zena ke acara reuni malam ini.

"Waaaahhhhh.....kamu cantik banget, Nay..." puji Zena ketika melihat Inayah berjalan menuruni anak tangga dengan mengenakan dress berwarna hitam berlengan, panjang di bawah lutut. dress dengan model umbrella tersebut membuat Inayah terlihat begitu cantik dan feminim. rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai indah semakin menambah kesan anggun pada penampilannya.

Sontak saja Devano mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, mengikuti arah pandang Zena. Devano sampai tak berkedip melihat penampilan istrinya. namun sesaat kemudian raut wajah Devano berubah datar, bayangan penampilan istrinya akan menjadi pusat perhatian di acara tersebut berhasil mengganggu ketenangan pemuda itu. Apalagi dari hampir seratus orang alumni seangkatan mereka hanya Zevano, Zena, ayu serta Alex, yang tahu tentang pernikahan mereka.

"Jelek ya???." bukannya senang dengan pujian Zena, Inayah justru insecure, mengingat sosok yang memujinya adalah Zena, gadis cantik nan anggun serta feminim.

"Kalau Lo jelek mana mungkin gue mau nikah sama Lo." bukannya Zena yang menjawab melainkan Devano. pria itu berdiri dari duduknya.

Inayah terdiam, pujian secara tidak langsung Devano mampu membekukan tubuh Inayah untuk beberapa saat. Sampai gadis itu kembali tersadar di saat Devano menggenggam tangannya. "Ayo!!!." ajak Devano.

Sesuai dengan janjinya, Devano mengantar Inayah sampai ke apartemen Ayu. setibanya di apartemen Ayu, gadis itu telah menunggu di dalam mobilnya sehingga mereka tak perlu menunggu lama. Kini mobil ketiganya berangkat bersama menuju hotel.

Baru juga turun dari mobil, Inayah sudah menjadi pusat perhatian. Sosoknya yang dulu terkenal tomboi tentu saja terlihat sangat berbeda, dengan penampilannya malam ini.

Rupanya penampilan Inayah malam ini membuat teman-teman seangkatannya sampai pangling pada gadis itu. bagiamana tidak, sosoknya yang dahulu di kenal dengan penampilan tomboi, malam ini berpenampilan anggun dan menawan. bagi sebagian mereka yang tidak terlalu dekat dengan Inayah, pasti tidak akan menyangka jika gadis cantik yang kini berhasil memancing perhatian tersebut adalah gadis tomboi di sekolah mereka dulu.

"Dasar mata keranjang." umpat seorang wanita pada sahabatnya, yang kini tengah duduk di samping kursinya. "Dia Putri Inayah, anak IPS. masa Lo lupa sih sama gadis tomboi itu." sambung gadis bernama Ika tersebut.

"Putri Inayah...???." ulang pemuda tampan tersebut tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Inayah yang tengah berjalan memasuki ballroom hotel.

"Lo yakin gadis itu putri Inayah, anak kelas IPS???." kembali pria itu bertanya, seakan tak percaya.

"Yakin Lah..." sahut Ika. "Kenapa, Lo naksir sama tuh anak???." tanya Ika dengan tatapan memicing.

"Lo mau ngasih apa ke gue, kalau bisa ngajak Inayah duduk bareng di sini???." tantang Ika dengan senyuman mautnya.

"Mobil baru gue, buat Lo." spontan pria tampan itu menjawab.

"Deal."

Ika berdiri dari duduknya, hendak menghampiri Inayah dan Ayu.

"Hai....Lo berdua belum ketemu meja yang kosong kan, duduk bareng gue aja!!." Ika menunjuk ke arah mejanya. Ika yang cukup mengenal Ayu dan Inayah, tidak terlalu kesulitan mengajak keduanya untuk bergabung.

"Boleh deh." Ayu yang menjawab, sementara Inayah masih diam saja. Jujur, ia merasa kurang nyaman bergabung di meja Ika karena saat ini ada seorang pria di sana, terlebih tatapan Devano terus tertuju padanya. Namun merasa tak enak untuk menolak, pada akhirnya Inayah mengikuti langkah Ika dan juga Ayu.

"Oh iya, btw cuma mau ngingetin, ini Pandu." kata Ika tersenyum kecil. "Dan ini Inayah serta Ayu, kalo aja Lo lupa, Pan." lanjut Ika memperkenalkan.

Inayah meresponnya dengan seulas senyum tipis.

Sepertinya Pandu memang sengaja ingin memikat hati Inayah dengan mengulas senyuman manis di wajah tampannya. "Mana mungkin gue bisa Lupa sama gadis secantik Inayah, Ka." sahut Pandu dengan menampilkan sejuta pesonanya. Tapi sayangnya itu tak mampu memikat hati Inayah, Buktinya Inayah tetap menunjukkan sikap biasa saja.

Dari kejauhan Devano menajamkan pandangannya, dan itu terlihat jelas oleh Zevano. "Sepertinya pesona kakak ipar ku mampu memikat si pria mata keranjang." ujar Zevano tersenyum, dan itu mampu membuat wajah Devano semakin memerah menahan kesal.

Ika melambaikan tangan ke arah pelayan hotel yang bertugas. dan tak lama kemudian pelayan tersebut membawakan empat gelas minuman ke meja mereka, sesuai dengan permintaan Ika.

"Thanks, tapi gue nggak mengkonsumsi alkohol." Inayah menolak dengan halus. Lalu memesan segelas jus pada pelayan hotel.

Waktu terus berjalan dan acara pun terus berlanjut hingga waktu pun telah menunjukkan pukul sebelas malam. Inayah yang tadinya pamit sejenak ke toilet, kini telah kembali bergabung bersama Ika dan pria bernama Pandu Dewanata tersebut.

Tanpa rasa curiga Inayah kembali meneguk jusnya hingga tandas. Tak lama setelah itu Inayah merasa kepalanya sedikit pusing, ia pun mulai merasa gelisah akibat rasa panas pada tubuhnya. Sementara pria tampan di sampingnya tersebut justru mengukir senyum tak biasa melihat gelagatnya.

"Lo kenapa, Nay???." Ayu mulai curiga dengan gelagat sahabatnya.

"Nggak papa, Yu." tidak ingin merusak suasana, Inayah terpaksa berdusta pada Ayu.

Saking gerahnya, Inayah mulai mengambil jepitan rambut dari dalam tasnya. Penampilan Inayah dengan rambut panjangnya yang di kuncir membuatnya terlihat semakin seksi dengan leher jenjangnya yang terekspos dengan sempurna.

Pandu yang melihat hal itu semakin merasa penasaran dengan sosok Inayah. mengerti sendiri lah rasa penasaran seperti apa yang dirasakan oleh seorang pria play boy jika melihat wanita yang menarik baginya. dengan penuh percaya dirinya, Pandu hendak melingkarkan tangannya ke bahu Inayah, namun tindakannya itu tiba-tiba terhalang oleh cekalan tangan seseorang.