NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Dosen Killer

Menikah Dengan Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: santi puspita

Naya, gadis kaya raya yang terkenal dengan sikap bar-bar dan pembangkangnya, selalu berhasil membuat para dosen di kampus kewalahan. Hidupnya nyaris sempurna—dikelilingi kemewahan, teman-teman yang mendukung, dan kebebasan yang nyaris tak terbatas. Namun segalanya berubah ketika satu nama baru muncul di daftar dosennya: Alvan Pratama, M.Pd—dosen killer yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti kompromi.

Alvan baru beberapa minggu mengajar di kampus, namun reputasinya langsung menjulang: tidak bisa disogok nilai, galak, dan terkenal dengan prinsip ketat. Sayangnya, bagi Naya, Alvan lebih dari sekadar dosen killer. Ia adalah pria yang tiba-tiba dijodohkan dengannya oleh orang tua mereka karna sebuah kesepakatan masa lalu yang dibuat oleh kedua orang tua mereka.

Naya menolak. Alvan pun tak sudi. Tapi demi menjaga nama baik keluarga dan hutang budi masa lalu, keduanya dipaksa menikah dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Dikampus tepatnya di ruang kelas jurusan manajemen bisnis, matahari pagi menyelinap malu-malu lewat jendela besar disisi kanan kelas.

Sarah Dudu sendirian dipojok ruangan. Tatapan nya kosong menatap halaman buku yang sama sepuluh menit. Kata-kata dalam buku itu tak lagi bermakna,hanya deretan huruf tanpa arah.

Ia menarik nafas perlahan, tangannya meremas pulpen yang sejak tadi tidak digunakan hanya diputar diantara jemarinya yang tampak gelisah.

"Gue liat sendiri mereka gak saling mencintai, Sar..."

Deg.

Suara Arya kembali terngiang jelas di kepalanya.

"Gue rasa gue masih punya kesempatan buat dapetin Naya..."

Sarah menutup buku nya perlahan. Kepalanya menunduk seolah sedang berpikir keras tapi kenyataannya dirinya sedang berusaha untuk tidak menangis.

FLASHBACK dikosan Sarah malam saat mereka sudah selesai liburan di bali yang ditutup dengan tidak baik.

"Arya, lo mau tinggal dimana sekarang?"tanya Sarah pelan

"Maaf sebelumnya tapi gue takut aja.. kalau tetangga mikir yang enggak enggak tentang kita "

Arya hanya mengangguk dan terdiam selama beberapa menit.

"Gue kayaknya gak bisa ikhlasin Naya sama pak Alvan,Sar.." mendengar ucapan Arya yang tiba-tiba Sarah langsung menoleh dan menatap Arya, jantungnya tercekat dan dadanya seperti ada sesuatu yang menghimpit.

"Maksud lo apa?"tanya Sarah, suara nya pelan nyaris berbisik.

Arya menatap lurus ke depan.

“Gue liat sendiri mereka gak saling mencintai. Gue rasa... gue masih punya kesempatan buat dapetin Naya.”

Seketika dada Sarah sesak.

“Lo jangan macem-macem deh, Ya. Mereka udah nikah... dan malam itu juga,” Sarah berhenti. Lidahnya kelu.

Arya mengangguk pelan.

“Gue tau. Tapi belum tentu dia hamil. Gue liat ada peluang, dan kali ini... gue gak mau cuma jadi sahabat. Gue mau lebih dan lo juga liat sendiri, Naya gak bahagia.”

Sarah menggeleng lemah, hatinya terasa seperti diremas.

"Lo... selama ini..." gumamnya, “Gue kira lo udah belajar buat ngelepasin…”

Arya menatap Sarah. Matanya tak sehangat biasanya.

"Gue minta maaf sama lo sebelumnya. Tapi gue harus bilang…”

Ia menunduk sejenak, lalu menatap Sarah tajam-tajam.

“Gue minta lo hapus perasaan lo ke gue, Sar. Gue gak mau nyakitin lo lebih dalam lagi.”

Deg.

Kalimat itu seperti tamparan telak bagi Sarah.

Kembali ke Ruang Kelas

Seketika bulir air mata tumpah dari mata Sarah. Ia buru-buru menyekanya dengan punggung tangan. Tapi hatinya tak bisa diseka semudah itu. Luka di dalamnya terus berdetak, mengingatkan bahwa seseorang yang ia cintai... sedang berjuang keras mendapatkan cinta orang lain.

"Gue kira gue bisa dapetin hati Lo,tapi gue kalah lagi. Gue gak mau sakit sendiri tapi gue juga gak mau ngeliat lo ngancurin pernikahan Naya dan Pak Alvan,Arya"

____

Cahaya pagi mengintip dari balik tirai yang belum sepenuhnya dibuka. Di atas ranjang, Naya masih meringkuk dengan punggung menghadap ke arah pintu. Selimut menutupi tubuhnya hingga ke kepala, seolah ingin menyingkir dari dunia.

Alvan, yang berdiri di depan cermin dan merapikan rambutnya, menoleh sekilas. Ia mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin—kemeja putih sederhana yang kini tampak sedikit kusut, dan celana panjang warna gelap.

Ia menatap punggung Naya sesaat, lalu menghela napas.

Dengan langkah pelan, ia mendekat dan duduk di tepi ranjang. Kasur sedikit melesak, dan itu membuat Naya sadar akan kehadirannya. Tapi ia tetap tak bergerak.

"Kamu tidak ngampus hari ini?"

Suara Alvan terdengar lembut, nyaris berbisik.

Tak ada jawaban.

Alvan menunduk, menatap punggung Naya yang tertutup selimut.

"Sebentar lagi kamu akan skripsi," lanjutnya pelan. "Jangan kecewakan Papa. Dia sangat berharap kamu lulus tahun ini, Nay."

Ucapan itu menyentuh sesuatu di dalam hati Naya. Ia menggigit bibirnya di balik selimut, menahan gejolak yang berkecamuk.

"Kalau bukan demi beliau... setidaknya demi dirimu sendiri."

"Aku akan pulang dulu kerumah,kalau kamu mau ke kampus kita berangkat bareng"masih tak ada jawaban alvan menarik nafas pelan.

Alvan berdiri perlahan, mengambil kunci mobilnya dari atas meja kecil di dekat pintu. Ia sudah hampir melangkah pergi ketika suara pelan itu menghentikannya.

"Jangan lupa... aku tetap ingin kita cerai."

Nada Naya terdengar datar, tapi gemetar di ujungnya.

"Nanti aku akan minta Papa untuk menyewa pengacara."

Alvan terdiam beberapa detik, lalu menoleh. Tatapannya tenang, tapi tajam. Ia melangkah mundur perlahan dan kembali berdiri di ambang ranjang, menatap Naya yang kini duduk sambil bersandar dengan selimut melingkari tubuhnya.

"Kalau itu yang kamu pikir bisa menyelesaikan semuanya..." Alvan menarik napas dalam. "Silakan. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Nay."

Suara Alvan terdengar lebih dalam, lebih tegas meski tak meninggikan nada.

"Aku tidak akan menceraikan kamu. Sekalipun kamu minta papa kamu menyewa seribu pengacara, aku tetap akan menolak."

Naya menatapnya, rahangnya mengeras.

"Kenapa? Karena kamu gak bisa menerima kenyataan bahwa aku gak cinta kamu?"

Alvan menggeleng pelan, senyumnya pahit.

"Bukan soal cinta. Tapi karena aku yakin... suatu hari nanti kamu akan mengerti, bahwa pernikahan kita bukan kesalahan."

Ia melanjutkan dengan nada lebih pelan namun tajam, "Dan kalau nanti kamu hamil, Nay... apa kamu pikir perceraian itu masih jadi solusi?"

Wajah Naya sedikit berubah. Hatinya tertusuk pelan, dan pikirannya menoleh pada kemungkinan itu. Ia terdiam sejenak.

Tapi beberapa detik kemudian, ia kembali mengangkat dagunya, keras.

"Aku gak peduli!" suara Naya meninggi.

"Lagi pula, meskipun tanpa dirimu, aku gak akan kesusahan apalagi menderita. Kalau memang benar aku akan mengandung anakmu, aku akan membesarkannya sendiri tanpa butuh bantuanmu!"

Alvan masih berdiri di tempatnya, mendengarkan dengan rahang mengeras.

"Dan ingat, pernikahan ini cuma sandiwara, bukan? Tapi seharusnya aku sadar dari awal, orang seperti kamu—yang katanya bijak dan penuh prinsip, ternyata sama saja. Omong kosong! Kamu bahkan gak bisa membedakan mana kehormatan dan mana ego!"

Matanya berair, tapi bukan karena sedih—melainkan karena amarah yang nyaris meluap.

"Kamu seorang dosen! Seharusnya kamu jadi panutan, bukan malah ikut larut dalam situasi absurd dan menganggap ini semua bisa dibenarkan hanya karena kita sudah menikah di atas kertas!"

Alvan terdiam. Kata-kata Naya seperti pukulan bertubi-tubi, tapi ia tak membalas. Ia menatap Naya lama, matanya meredup, lalu perlahan membuka pintu kamar.

"Kalau kamu memang begitu yakin... maka aku akan beri kamu waktu. Tapi satu hal, Naya dunia ini penuh dengan pilihan yang kelihatan benar di awal, tapi jadi penyesalan di akhir. Dan aku harap kamu gak menyesal memilih untuk membenci orang yang cuma ingin mencintaimu dengan cara yang dia tahu."

"Aku akan tunggu kamu di bawah... kalau kamu berubah pikiran dan mau ikut kuliah hari ini."

Pintu menutup perlahan di belakangnya, menyisakan keheningan dan jantung Naya yang kini berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

🍒🍒

1
Bidan Sumari
ditunggu kaka...upnya
Bungatiem
Thor namanya ko Gonta ganti terus jadi bingung
sanpus: oke kk terima kasih sudah memperhatikan mungkin memang ada kesalahan pas nulis kemaren,hehehe🤭
total 1 replies
Bungatiem
nama nya yang benar yang mana sih Thor
sanpus: nama siapa?
total 1 replies
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya doubel up thor
sanpus: heheh iya
total 1 replies
Reni Anjarwani
buat naya jatuh cinta pak dosen dan buat dia bahagia
sanpus: copy 😀
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
sanpus: siap🙏😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!