NovelToon NovelToon
Tarian Di Atas Bara

Tarian Di Atas Bara

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Ju

"Tarian di Atas Bara"
(Kisah Nyata Seorang Istri Bertahan dalam Keabsurdan)

Aku seorang wanita lembut dan penuh kasih, menikah dengan Andi, seorang pria yang awalnya sangat kusayangi. Namun, setelah pernikahan, Andi berubah menjadi sosok yang kejam dan manipulatif, menampakkan sisi gelapnya yang selama ini tersembunyi.

Aku terjebak dalam pernikahan yang penuh dengan penyiksaan fisik, emosional, dan bahkan seksual. Andi dengan seenaknya merendahkan, mengontrol, dan menyakitiku, bahkan di depan anak-anak kami. Setiap hari, Aku harus berjuang untuk sekedar bertahan hidup dan melindungi anak-anakku.

Meski hampir putus asa, Aku terus berusaha untuk mengembalikan Andi menjadi sosok yang dulu kucintai. Namun, upayaku selalu sia-sia dan justru memperparah penderitaanku. Aku mulai mempertanyakan apakah pantas mendapatkan kehidupan yang lebih baik, atau harus selamanya terjebak dalam keabsurdan rumah tanggaku?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Ju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terpaksa Mencuri

Hari ini, aku terpaksa melakukan sesuatu yang sangat berat di hati. Aku terpaksa mencuri uang Andi, suamiku, sebesar tiga ratus ribu rupiah saat dia sedang pergi.

Ini bukan keinginanku, tapi keadaan yang memaksa. Kami sudah kehabisan stok beras dan tidak memiliki uang untuk membeli lagi. Anak-anak sudah mulai mengeluh karena kelaparan.

“Ibu kok belum memasak? Aku sudah mulai lapar bu” Kata Tri sambil memgang perutnya yang sudah sejak tadi malam dia tidak makan apa-apa.

“Iya sayang, sabar ya. Ibu akan mengusahakan agar kita bisa cepat punya uang dan bisa beli beras sama ikan juga nak” Rayuku pada anak sulungku, Tri.

“Emangnya ibu tidak punya uang lagi?”

“Ada kok nak. Ibu belum sempat saja beli berasnya. Tri liatkan ibu selalu repot urus kamu dan adiknya?” Kataku berdusta demi menyenangkan hatinya.

“Iya maafkan Tri bu”

“Ya sudah, Tri main dulu sama temannya, nanti kalau ibu sudah selesai memasaknya, ibu panggil Tri ya!” Bujukku lagi.

Tri pun bisa memahami itu dan langsung pergi bermain dengan anak-anak tetangga.

Andi belakangan ini jarang memberi uang untuk kebutuhan rumah tangga. Sebenarnya Andi punya banyak uang tapi dia hanya gunakan untuk kenikmatannya sendiri, untuk mabuk-mabukan bersama teman-temannya, judi, membiayai perempuan lain dan menghabiskan sendiri uangnya untuk hal-hal yang tidak penting dan untuk kesenangannya sendiri.

Aku sudah mencoba berulang kali meminta uang kepadanya, tapi dia selalu menolak. Bahkan terkadang dia membentakku dengan kas4r.

“Andi, bahan makanan kita sudah habis. Kalau kamu punya uang, tolonglah belanjakan kita”

“Enak saja. Memangnya aku ini bank kalian? ATM berjalan buat kalian? Cari sendiri kalau mau belanja. Jadi Istri jangan manja. Taunya meminta dan menunggu dari suami saja.” Kata Andi dengan kas4r.

Akhirnya aku tidak berani lagi meminta uang belanja kepada suamiku. Daripada aku dihina dan dimarahi. Meski sebenarnya tanpa diminta pun, dia seharusnya mengerti menafkahi keluarga adalah tanggung jawabnya sebagai suami. Sayangnya itu hanya ungkapan biasa baginya dan dia pun tidak mau tau itu.

“Andai saja dia mengerti tugas suami, pasti dia akan selalu berikan kami nafkah hidup” Keluhku dalam hati.

Akhirnya, pada suatu hari, aku memberanikan diri untuk mengambil uang dari dompetnya secara diam-diam.

“Maafkan aku Andi. Aku terpaksa mengambil uangmu tanpa meminta ijin. Ini semua aku lakukan agar anak-anak kita bisa makan” Kataku dalam hati sambil merongok kantong celana Andi. Tanganku gemetar tidak karuan. Begitupun jantungku terasa seperti ingin copot. Karena takut dan khawatir. Aku merasa sangat bersalah, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku harus memberanikan diri demi anak-anakku. Dan sejujurnya, aku tidak pernah melakukan hal ini selama hidupku.

“Aku tahu ini berat dan aku pun tahu resiko yang mungkin akan timbul dari perbuatanku ini. Tapi ini semata-mata demi memenuhi kebutuhan hidup. Bukan untuk aku pakai berfoya-foya” Ujarku lagi dalam hati mencoba menenangkan diri sendiri.

Dengan uang tiga ratus ribu itu, aku segera pergi ke pasar untuk membeli beras setengah karung. Setidaknya kami bisa makan untuk beberapa hari ke depan. Aku harap Andi tidak menyadari uangnya yang hilang.

“Aku harus segera membeli beras, sebelum Andi pulang. Semoga saja Andi tidak menyadari uangnya hilang. Tapi kalau pun dia ternyata tahu, tidak apalah. Aku sudah siap segala resikonya” Kataku dalam hati sambil berjalan ke pasar. Akupun berjalan dengan cepat dan tergesa-gesa karena khawatir Andi mendahuluiku. Dia bisa saja meminta paksa uangnya dikembalikan. Yang akhirnya aku dan anak-anakku akan kelaparan karena stok makanan di rumah sudah tidak ada sama sekali.

Sesampaiku di rumah, aku segera memasak nasi untuk anak-anak.

“Aku harus segera memasak nasi. Anak-anak pasti sudah lapar” kataku sambil mencuci beras.

Segera setelah nasinya masak, aku memanggil Tri yang sudah sejak tadi pergi bermain di rumah tetangga.

“Kakak Tri mari pulang nak” Teriakku kepada Tri yang kebetulan sedang bermain di sebelah rumah.

“Ibu sudah masak kan? Aku sudah lapar dari tadi bu. Cuma aku berusaha tahan karena ibu belum memanggilku pulang”

“Alhamdulillah sudah nak”

“Kasian anakku harus menahan rasa laparnya” Kataku dalam hati, tidak terasa air mataku menetes.

“Maafkan aku nak, semua ini tidak akan terjadi jika saja ayahmu selalu memberi kita uang belanja” gerutuku dalam hati.

Aku tak lupa membangunkan putri keduaku untuk makan. Mereka langsung lahap memakannya. Aku pun merasa lega, setidaknya mereka tidak kelaparan lagi untuk sementara waktu.

“Makan yang banyak ya nak. Biar cepat besar” Kataku

“Masakan ibu selalu enak” Kata Tri sambil tersenyum.

“Iya nak, terimakasih” sambutku sambil tersenyum.

Meskipun aku tersenyum dan sedikit merasa lega karena anak-anakku bisa menghilangkan laparnya, tapi rasa takut dan khawatirku kepada Andi muncul kembali. Aku takut dia akan marah jika mengetahui uangnya hilang. Aku tidak tahu bagaimana caranya memberi tahu dia. Apakah dia akan memaafkanku atau malah semakin membenciku? Kegalauan hati ini bertambah berat.

Baru kali ini aku terpaksa harus melakukan tindakan yang tidak benar demi memenuhi kebutuhan keluarga. Aku harap Tuhan dapat memahami situasi yang memaksaku melakukan hal ini.

“Ya Allah, maafkan hambaMu yang lemah ini. Aku hanya mengambil hak kami dari suamiku yang tidak pernah menafkahi kami” pintaku dalam hati.

***

Aku tahu cepat atau lambat Andi, suamiku, akan menyadari uangnya yang hilang. Dan pada saatnya nanti dia akhirnya menyadarinya, aku harus bersiap jika reaksinya mungkin jauh di luar dugaanku.

Pagi ini, saat kami sedang makan sarapan, tiba-tiba Andi menggebrak meja dengan keras. Kami semua terkejut dan menghentikan aktivitas kami.

"Siapa yang berani-beraninya mengambil uangku?!" Andi berteriak dengan wajah merah padam. Dari penampakannya, sepertinya dia sedang mabuk.

Aku terdiam, tak berani menjawab. Anak-anak pun menundukkan kepala, ketakutan.

"Ibu! Ibu yang mengambilnya, kan?!" Andi menudingku dengan marah.

Akhirnya, aku harus mengakui perbuatanku.

"Iya, Andi. Aku yang mengambil uangmu. Tapi aku melakukan itu untuk membeli beras, anak-anak sedang kelaparan. Aku terpaksa mengambil uangmu karena aku bingung. Anak-anak sudah merengek kelaparan. Aku sangat kasihan dan tidak tega melihat mereka seperti itu. Maafkan aku ayah jika aku salah!" Jelasku dengan sedikit gugup.

Bukannya memaafkan, Andi malah semakin murka.

"Dasar pencuri! Kau dan anak-anak ini hanya bisa merepotkanku saja! Pergi kalian dari rumah ini!"

“Andi, maafkan kami. Aku tidak mungkin melakukan ini kalau tidak terpaksa. Lagian ini semua aku belanjakan hanya untuk kebutuhan rumah tangga kita, untuk anak-anak kita bukan untuk hal yang tidak bermanfaat” Kataku mencoba membela diri.

“Kamu jangan banyak omong ya!. Sudah salah masih saja mencari alasan. Dasar kau istri tidak tau diuntung” Sambil melemparkan gelas plastik berisi air minum ke arahku. Untungnya aku bisa menghindar sehingga hanya air yang mengenai pakaianku sedangkan gelasnya jatuh berserakan di lantai.

“Andi, hentikan.” Teriakku histeris.

“Aku tidak mungkin melakukan ini jika saja kau selalu memenuhi kebutuhan keluarga kita” Kataku sambil gemetar dan air mata berjatuhan karena emosi yang tiba-tiba memuncak.

Andi kemudian memaki dan mencaci kami dengan kata-kata kotor.

“Dasar kalian manusia-manusia tidak berguna. Kalian hanya bikin hidupku susah saja. Pokoknya, aku bersumpah, kalian semua tidak akan sehat selama kalian makan makanan dari hasil uangku. Ingat itu!” Teriak Andi penuh kebencian.

Anak-anak menangis sangat ketakutan mendengarnya.

“Andi berhentilah menyumpahi kami. Kami ini keluargamu, seharusnya kami mendapat jaminan kehidupan darimu. Bukan malah menyumpahi kami seperti itu” Kataku dengan nada sedang. Aku berusaha menenangkan Andi, tapi dia malah mend0rong dan memuku1ku dengan sendok makan. Aku tak berdaya melawannya yang sedang mabuk.

"Kalian pergi dari rumah ini! Aku tidak mau tinggal bersama orang-orang tidak tahu diri seperti kalian!" teriak Andi.

“Andi kau begitu tega melakukan ini kepada kami. Kita ini satu keluarga. Bagaimana mungkin kau mengusir kami? Lagi pula, kami mau tinggal dimana?”

“Itu bukan urusanku. Kalian cari sendiri rumah dan tidak usah kembali di rumah ini lagi”

Dengan berat hati, aku dan anak-anak pun segera bergegas membereskan barang-barang dan hendak keluar dari rumah. Tapi aku berpikir, kemana harus pergi. Aku tidak mungkin ke rumah ibu. Meskipun ibu pasti menerima kami, tapi aku merasa berat untuk keluar rumah. Maka aku dan anak-anak pun mengurung diri di dalam kamar. Berharap Andi akan melupakan perkataannya yang mengusir kami setelah dia sadar dari mabuknya.

Hatiku terasa hancur melihat anak-anak menang1s ket4kutan. Akhirnya aku terus berkurung di kamar bersama anak-anak sampai situasi kembali baik. Kami hanya bisa pasrah dengan keadaan saat itu.

Sekali lagi, kami harus menerima nasib buruk karena ulah Andi. Rumah tangga kami semakin berantakan dan tidak layak ditinggali. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk memperbaikinya.

1
Bintang Ju
soalnya novel kedua baru lg di kerja
Aprilia Hidayatullah
GK ada cerita yg lain apa ya Thor,kok monoton bgt cerita'y,,,,jdi bosen kita baca'y,,,,🙏
Bintang Ju: makasih masukkannya. ini kisah memang khusus yang terjadi dalam rumah tangga. jadi gmn ya mau ceritain yg lain. ada saran ut bisa mengalihkan cerita begitu?
atau aku buat cerita novel lain gitu maksudnya?
total 1 replies
Kumo
Terima kasih, bikin hari jadi lebih baik!
Bintang Ju: terimakasih kk
total 1 replies
Willian Marcano
Merasa beruntung nemu ini.
Bintang Ju: terimakasih /Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!