Terjerat Cinta Daddy Mafia

"Apa Daddy saat ini di perusahaannya? Aku harus menemuinya, dan bicara padanya," Ana berkata.

Dia langsung mengganti pakaiannya yang seksi dan berdandan cantik layaknya orang dewasa. Riasannya kali ini lebih terlihat tebal, dia juga memakai lipstik berwarna merah untuk menunjang penampilannya kali ini.

"Sempurna."

Ana tersenyum puas, melihat penampilannya di depan cermin. Dia terlihat anggun dan mempesona. Selama ini daddynya selalu melarangnya memakai pakaiannya yang seksi, dan hari ini dia melanggarnya. Demi menarik perhatian daddynya. Ternyata, dia masih saja mengharapkan daddynya.

Dengan penuh percaya diri, Ana pergi meninggalkan Mansion. Dia meminta supir pribadinya, mengantarkannya ke perusahaan daddynya. Awalnya, sang supir menolaknya. Dia takut kalau Benigno akan marah padanya. Namun, Ana mencoba menyakinkan. Kalau semuanya akan baik-baik saja.

"Aku sudah gak sabar, ingin melihat reaksi Daddy saat melihatku," ucap Ana. Dia tampak tersenyum.

Dia tak rela daddynya dimiliki wanita lain. Ana baru saja sampai di perusahaan Benigno. Para karyawan Benigno sudah mengenalnya, dan mengetahui siapa dirinya.

"Aunty Felisa, apa Daddy ada di ruangannya?" Tanya Ana kepada sekretaris daddynya.

Felisa merasa kesal, karena Ana memanggil dirinya tante. Padahal usianya, tak beda jauh darinya. Usia Felisa saat ini, adalah 24 tahun. Ana memanggil Felisa Aunty, karena penampilan Felisa seperti Tante-tante.

"Kamu pikir, aku Auntymu. Aku tahu, pasti kamu berniat menggoda Daddy angkat kamu 'kan? Dasar anak angkat tak tahu diri." Felisa menggerutu dalam hati.

Felisa menarik napas panjang, dan menghembuskannya dengan kasar. Ingin rasanya, dia mengusir Ana dari tempat itu. Tapi, rasanya tak mungkin. Dia sudah tahu, siapa Ana. Bisa-bisa dia diberhentikan bosnya, karena sudah berani mengusir anak angkatnya.

"Daddy kamu sedang meeting. Jika kamu ingin bertemu dengannya, kamu bisa menunggunya di ruangannya," ucap Felisa.

Ana sudah menunggu Benigno di ruangannya, sampai Benigno selesai meeting. Sejak tadi dia sudah terlihat gelisah, karena Benigno belum juga datang. Dia sudah mulai merasa lelah menunggu.

Sampai akhirnya, Benigno sudah selesai meeting. Dia begitu terkejut melihat Ana berada di ruangannya.

"Ana, mau apa kamu ke sini? Bukankah kamu sedang marah sama Daddy? Alena bilang, kalian tadi pagi bertengkar," ucap Benigno.

Roberto memilih pamit keluar, beralasan ingin melakukan sesuatu. Dia ingin memberikan kesempatan kepada mereka bisa berduaan. Kini hanya ada Ana dan juga Benigno. Ana tersenyum, dia yakin kalau Roberto sengaja meninggalkan mereka.

"Apa aku sudah tak boleh main ke perusahaan Daddy, karena Daddy sudah bersamanya? Aku tak marah sama Daddy. Hanya saja, aku tak suka melihat Daddy bersama Alena. Dia selalu saja membuat aku marah. Sengaja merebut daddy dari aku," sahut Ana. Dia meluapkan apa yang dia rasakan.

Benigno menghela napas panjang. Entah, harus bagaimana dia menghadapi anak angkatnya yang keras kepala.

"Kamu harus hormati dia! Dia adalah calon istri Daddy. Itu berarti, calon ibu kamu juga. Mulai sekarang, kamu harus terbiasa melihat Daddy bersamanya. Sebentar lagi, kami akan menikah," ucapan Benigno membuat mata Ana membulat sempurna tak percaya.

"Tidak! Aku tak mau. Jika sampai dia menikah dengan Daddy, aku akan pergi meninggalkan Mansion untuk selamanya. Aku tak mau, dia menikah dengan Daddy," ucap Ana tegas.

"Mau atau tidak mau. Daddy akan tetap menikahi dia." Benigno bersikeras.

Benigno berharap, kalau Ana akhirnya menyadari kesalahannya. Kalau sikap dia mencintai Benigno itu salah.

"Kenapa sih Daddy tak pernah mencoba membuka hati Daddy untuk aku? Apa aku tak cantik dan seksi sepertinya? Aku bukan anak kecil lagi, Dad, aku yakin pasti bisa memuaskan daddy di ranjang," Ana berusaha meyakinkan Benigno.

"Sampai kapanpun, kamu adalah anak Daddy! Daddy tak ingin menyakiti hati kamu. Menikah, bukan hanya perkara pintar atau tidak pintar memuaskan di ranjang. Kamu tahu apa, An, tentang pernikahan?" Sahut Benigno sinis.

"Tapi, dengan seperti ini. Sama saja Daddy menyakiti hati aku. Jika Daddy sudah menerima aku sepenuhnya di hidup Daddy, aku yakin Daddy tak akan tega menyakiti hati aku. Bukankah selama ini kita selalu hidup bersama. Kita sudah sangat mengenal satu sama lain."

"Sudahlah, Daddy tak ingin berdebat denganmu! Daddy harus bekerja kembali. Lebih baik sekarang kamu pulang, kita bicarakan nanti di Mansion," ucap Benigno.

Ana hendak menggoda Benigno, dia mendorong tubuh Benigno ke sofa. Benigno yang saat itu tak ada persiapan, akhirnya terjatuh. Tak ingin menunda waktu lebih lama, Ana pun langsung naik ke atas pangkuannya. Dia langsung melingkarkan tangannya di leher Benigno, dan mencium bibir Benigno.

Dia cium bibir daddy angkatnya dengan penuh gai*rah. Benigno pun akhirnya terhanyut. Lidah mereka saling membelit. Sentuhan lembut tangan Ana, membuat ada yang mengeras di bawah sana.

Desa*han pun lolos dari bibir Benigno. Dia terjebak dalam permainan anak angkatnya. Hingga akhirnya dia hilang kendali. Perlahan, dia menurunkan resleting gaun yang Ana kenakan saat itu hingga menampakkan bukit kembar Ana yang begitu menggoda.

"Kamu selalu saja menggoda Daddy," ucap Benigno.

Tanpa melepas ciuman mereka, Benigno menggendong tubuh anak angkatnya ke kamar pribadinya yang berada di ruangannya. Keduanya sudah bergai*rah. Benigno melepaskan pakaian yang dia kenakan saat itu, sama halnya dengan Ana.

Ini bukan yang pertama kalinya mereka seperti ini. Kini tubuh kekar Benigno sudah mengungkung tubuh mungil Ana.

"Nikmati Sayang, Daddy akan memuaskan kamu!"