Bukan Dia Tapi Aku Lawanmu

Semenjak aku memenangkan perlombaan, silih berganti perusahaan perhiasan mendatangi, atau memberi pesan lewat emile ku untuk menawarkan kerja sama.

"Wahhhh, tak menyangkan akan begini jadinya." Ujarku bahagia.

Daniel juga masih selalu berteman baik denganku, dia tempat aku sering bertukan fikiran.

Dia juga yang menyarankan perusaahan mana yang aku terima untuk batu loncatan, dimana suatu waktu aku akan membuka usaha sendiri.

Ketika aku hendak membeli sebuah apartemen, dia melarangnya.

" kamu simpan saja uangmu untuk nanti modal usahamu, sekarang pakai saja yang di sediakan perusahaan, walau kecil tapi kamu bisa berhemat." Ajarnya.

Aku cuma manggut - manggut, ya aku cukup beruntung, pihak perusahaan memberikan tempat tinggal sementara.

Walau apartemen kecil, tapi cukup untuk diriku sendiri.

Aku juga memiliki mobil dari perusahaan.

Ya karena aku memilih- milih kerja di perusahaan yang memberikan fasilitas yang tentunya membantu kelancaran aku untuk berkerja.

Dia antaranya tempat tinggal dan transportasi.

****

Dan tak terasa sudah tujuh tahun aku bekerja di negara P.

Semua fasilitas yang aku nikmati, semuanya kelas atas.

Kini aku memiliki Rumah, walau dari pihak perusahaan, karena aku tidak mau mengeluarkan uangku untuk membelinya.

He he, bukannya pelit atau apa, tapi entah kenapa perasaanku mengatakan bahwa negara ini bukan tujuan akhirku.

Aku bercita - cita balik ke negaraku dan membuka perusahan sendiri.

Hanya saja koneksiku belum begitu ada di sana dalam hal perhiasan.

Walaupun namaku sudah terkenal di sini, belum tentu di negara asalku.

Karena selama ini, aku memakai inisial nama belakangku.

Jadi belum tentu orang di negara asalku akan mengenalnya.

Hari ini bos besar memanggilku ke kantornya,

"Ya ada apa bos?"

Ya Bosku adalah George, hanya dialah yang memberiku fasilitas yang 'wow' menurutku karena latar belakangku memang dari kalangan bawah dahulunya.

Dan dia juga sebenarnya berteman dengan Daniel, entalah mereka bermain di belakangku.

Tapi aku tidak mempermasalahkannya karena semuanya tidak merugikan aku.

Mungkin begini cara mereka membantuku, karena aku tahu mereka bukan orang yang sembarangan. Walaupun selama berteman denganku mereka biasa - biasa saja.

Tapi aku tahu mereka bukan se-biasa itu, karena terkadang aku melihat seseorang mengikuti mereka dalam diam.

Ya, seperti bodyguard gitu, hanya saja secara sembunyi.

Mungkin mereka tidak ingin aku mengetahuinya, atau ada alasan lain aku juga tak tahu.

Dan aku juga mengetahui seseorang selalu mengawasiku dari jauh, tapi aku diam saja kerna itu tidak mengangguku.

"Begini Natasya, bisa kah kamu ke Negara J ?"

Aku terkejut, bukankah itu negara asalku, batinku.

"Kenapa bos, ada masalah dengan perusahaanmu di sana?"

Bukan malah menjawab, aku malah balik bertanya.

Ya, George ada perusahaan di sana, walau bukan dalam bidang perhiasan tapi dalam bidang lain. Aku mengetahuinya dari Daniel kerna perusahaan itu milik mereka berdua.

Walau detail perusahaan dalam bidang apa mereka tak mengatakannya. Aku juga tidak memaksa pengen tahu.

Aku cukup tahu batasan untuk tidak pengen tahu semua urusan orang. Lagian mereka kan hanya sebatas teman dan bos jadi tidak perlu mengetahuinya lebih dalam.

Dan si bos ini sudah seperti teman saja, kerna sering hang out bertiga.

Tertawa ngakak bertiga, kadang kesedihan juga di bagi bertiga.

"Bukan, bukan, ini ada perusahaan di sana ingin bekerja sama dalam perhiasan dan saya butuh desainer yang terbaik agar kerja sama kita berjalan lancar"

"Lagian itu kan negara asalmu juga, dan saya merasa kamu bisa mengatasi lingkungan dan keinginan pasar di sana"

Jelasnya panjang lebar.