🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹
Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.
Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Alan
🌹Penting, Guys. Please baca dari awal lagi, ada plot yang aku ubah di setiap chapter. Biar kalian gak bingung. Baca dari awal! Pleaseee, ini biar kalian paham.🌹
AUTHOR POV
Alan memarkirkan mobilnya di depan rumah yang sudah lama dia tinggalkan. Dia masuk ke sana, melihat bagaimana rumah itu menjadi saksi bisu bagaimana dia meninggalkan Inanti seorang diri.
"Tuan, ada yang bisa Bibi bantu?" Bi Idah mendekat tatkala melihat Alan hanya berdiam diri. "Tuan?"
Alan mengerjapkan mata, dia menarik napas dalam. "Di mana barang barang Inanti, Bi?"
"Ada di kamarnya, Tuan. Perlu saya ambil?"
"Gak usah, saya ambil sendiri."
Alan berdiam sejenak sebelum membuka pintu.
Dan saat dia membukanya, hatinya terasa sesak. Inanti sudah berkemas.
Alan diam, perasaannya tidak bisa didefinisikan saat melihat kamar kecil yang sempit. Tanpa ada ranjang, dan lemari yang layak.
Di bagian dinding, Alan melihat ada banyak memo.
Dia membaca tulisannya satu per satu dalam hati.
*Jangan khawatir, Inanti. Allah tahu yang terbaik, dia tahu apa yang kau perlukan. Ikuti alurnya, semuanya akan baik baik saja.*
*Hallo, Inanti. Awali semua aktivitas dengan basmallah, jangan lupa mengaji agar bayi bayimu tidur nyenyak.*
*Hallo, Inanti Sayang. Semoga pagimu menyenangkan. Jangan lupa sebut nama Allah di setiap langkah. Sekeras kerasnya batu akan kalah oleh air, begitu pula dengan suamimu. Semangat.*
*Bersedih boleh, terpuruk jangan. Apa yang terjadi? Kak Alan memarahimu? Sudah biasa bukan, nanti kau akan terkejut jika dia menelan ludahnya sendiri. Semangat diriku ^^ *
*Tetaplah yakin, suatu saat pria yang menjadi suamimu akan menjadi imam yang baik untukmu dan anak anakmu. Jika saat itu terjadi, jangan lupa bersujud.*
Jantung Alan berdetak kencang, selama ini istrinya begitu sabar. Alan yang sudah terlanjur menyesal, air mataya bahkan eggan mengeluarkan diri.
"Tuan?"
Alan berbalik.
"Ada paket untuk Ibu Inanti."
Alan menerimanya. Masih di kamar, Alan membuka paket itu. Isinya adalah sepatu bayi, berwarna biru dan pink.
Hati Alan tersayat, ekspresinya datar. Dia tidak bisa melakukan apa pun.
"Tuan?"
"Bawa barang barang Inanti, Bi. Dia akan pindah ke apartemen saya."
"Baik, Tuan."
Saat keluar, ada Mang Asep yang sedang membereskan taman. "Tuan?"
"Mang tolong urus orang yang akan menyewa rumah ini."
"Baik, Tuan."
"Bawa semua mobil ke apartemen."
"Baik, Tuan."
🌹🌹🌹
Vanesa menatap kesal pada panggilan dirinya ke kepolisian. Tangannya bergetar ketakutan.
"Gimana ini, Del?"
Delisa mengangkat bahu. "Paling juga beberap bulan, gak mungkin lah om om kesayangan lu diem aja."
"*******! Gue gak mau dateng!"
"Kan gue udah bilang, jauhi Alan. Lambat laun dia bakal kembali sama istrinya. ***** sih lu!"
Vanesa menjambak rambutnya sendiri, apalagi sewa apartemennya akan habis. Keluarganya hancur, dirinya hancur karena ini. Dia menatap kesal Delisa yang malah minum kopi.
"Delisa *******!"
PLAK!
Vanesa menatap Delisa terkejut. "Lu nabok gue?!"
"Itu yang Inanti rasain pas lu tabok dia. Apalagi ini, bayinya mati. Gue juga merasa bersalah, gue mau tobat, mau minta ampunan sama dia."
"Gak waras lu!"
"Lu yang gak waras."
Delisa dengan santainya kembali duduk.
Vanesa yang ketakutan segera mengambil kunci mobil Delisa.
"Woy anjing! Kunci mobil gue mau dikemanain?"
Vanesa tidak menjawab, dia berlari dan berkendara menuju rumah Alan. Seharusnya semua berjalan sesuai rencana. Inanti pergi, rumah itu jadi miliknya, Alan menikah dengannya dan menutupi bangkai orangtuanya yang rusak. Keluarga Vanesa hancur! Ini alasan dia ingin menjadi terpandang kembali dengan menjadi keluarga Praja Diwangsa.
Sesampainya di rumah Alan, Vanesa melihat mobil pria itu.
"Non, jangan masuk." Mang Asep mencoba menghentikan.
Tanpa diduga, Vanesa malah menamparnya. "Minggir, pembantu!"
Dan Vanesa masuk ke dalam.
"Alan! Alan!"
Teriakan Vanesa membuat Alan yang ada di lantai dua keluar. Vanesa segera naik ke sana, masuk ke kamar Alan.
"Keluar, jangan berani masuk ke sini, Van."
"Kamu laporin aku?"
Alan diam.
"Alan! Aku lakuin itu untuk kamu!"
"Cukup, Van. Keluar dari kamarku, dan penuhi panggilan di kepolisian."
"Enggak. Seharusnya kamu seneng aku buat Inanti menderita."
"Seneng?" Alan menelan ludahnya kasar. "Aku gak akan buat kebodohan yang sama."
Vanesa terkekeh, tanpa diduga dia membuka pakaiannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Ini kan yang kamu inginkan? Ayo kita bersetubuh."
Sebelum Vanesa menanggalkan semua pakaiannya, Alan berkata, "Jika saja aku melihatmu mendekati Inanti lagi, kamu akan nyesel, Van."
Lalu Alan pergi setelah mengambil jaketnya.
"Alan! Alan!" Teriak Vanesa yang tidak mengenakan apa pun.
🌹🌹🌹
tbc..