Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 RASA KUE BULAN ITU
Li Mei terlihat sangat bahagia di hari pertunangannya dengan Shaiming.
Setiap orang yang datang ke acara pertunangannya memberinya hadiah serta ucapan selamat kepada Li Mei.
Hati Li Mei benar-benar sangat bahagia ketika semua tamu menyambutnya penuh kegembiraan.
Senyum merekah terus menghiasi wajah Li Mei yang tampak berseri-seri.
Shaiming melirik ke arah Li Mei sedari tadi, memperhatikan tingkah laku serta ekspresi di wajah Li Mei.
Laki-laki tampan yang telah resmi menjadi tunangan Li Mei lalu menghela nafas lega.
Perkembangan Li Mei mulai terlihat baik bahkan kekuatan tubuh Li Mei berangsur-angsur membaik meski ingatannya masih belum seutuhnya pulih.
Shaiming menarik tangan Li Mei, menatapnya penuh cinta.
"Li Mei... Kau belum makan, bukan ?", kata Shaiming.
"Belum, Shaiming", sahut Li Mei seraya menoleh ke arah Shaiming dengan tatapan teduhnya.
"Kenapa kamu tidak mencoba mencicipi kue bulan lotus ini, rasanya sangat lezat dan aku yakin kamu pasti menyukainya", kata Shaiming.
Shaiming meraih piring berbentuk teratai dari atas meja di sebelahnya lalu memberikannya kepada Li Mei.
"Makanlah kue bulan lotus ini !", kata Shaiming.
"Tapi... Para tamu undangan di acara ini belum pulang, tidak sopan bagi kita sebagai tuan rumah, makan di saat acara masih berlangsung...", ucap Li Mei.
Pandangan Li Mei langsung tertuju pada tamu-tamu undangan yang sebagian besar adalah tetangga dekat rumah Shaiming.
Mereka terlihat hadir di acara pertunangan Li Mei dan Shaiming dengan penuh antusias.
"Tidak apa-apa karena kita akan makan bersama mereka semua dan Genji telah memberi semua tamu undangan hidangan-hidangan lezat ini", sahut Shaiming.
"Apa kau juga akan memakannya ?", tanya Li Mei.
"Ya, tentu saja !', sahut Shaiming berseru penuh semangat.
"Kalau begitu kita makan kue bulan lotus ini bersama-sama", kata Li Mei.
"Boleh, jika kamu menginginkannya, kita akan makan kue bulan lotus ini bersama-sama, Li Mei", ucap Shaiming.
SRET !
Tiba-tiba seseorang mengambil paksa piring berbentuk teratai berisi penuh kue bulan lotus dari tangan Shaiming.
Langsung Shaiming menolehkan kepalanya ke arah orang tersebut, dengan mengerutkan keningnya.
"Hai, Shaiming !", sapa seorang pria berpakaian setelan jas merah berdiri sambil membawa piring.
"Kau Hao Yu !?", sahut Shaiming.
"Bukan seperti itu cara makan bagi pasangan mempelai yang sudah bertunangan !", kata Hao Yu.
"Lantas ? Bagaimana cara yang benar bagi kami ?", sahut Shaiming.
Shaiming menatap serius ke arah Hao Yu yang memegang piring berisi kue bulan lotus yang dia ambil dari tangannya.
"Coba kamu berikan petunjuk pada kami !", ucap Shaiming.
"Tentu saja kalian memakannya dengan cara saling bersuap-suapan satu sama lainnya, kamu menyuapi Li Mei begitu sebaliknya Li Mei ganti menyuapi mu", kata Hao Yu.
"Bukan saling bergantian, Hao Yu !", sambung Fengying.
"Terus bagaimana ?", sahut Hao Yu.
"Sini ! Berikan piring kue bulan lotus itu padaku !", ucap Fengying.
Fengying mengambil paksa piring berisi kue bulan lotus dari tangan Hao Yu kemudian dia memberikannya kepada Shaiming.
"Shaiming, silahkan ambil kue bulan lotus ini lalu tolong kamu berikan kepada Li Mei begitu sebaliknya, Li Mei", kata Fengying.
"Iya, Fengying", sahut Li Mei segera meraih kue bulan lotus dari atas piring.
"Kau juga, Shaiming !", ucap Fengying.
"Ya...", kata Shaiming.
"Silahkan kalian berdua suapkan kue bulan lotus itu secara berbarengan !", pinta Fengying memberi arahan kepada Shaiming serta Li Mei yang duduk di hadapannya.
Tampak Li Mei tersipu malu ketika Fengying memintanya untuk menyuapi Shaiming dengan kue bulan lotus.
Ragu-ragu, Li Mei mulai menyuapi Shaiming begitu juga sebaliknya, Shaiming juga melakukan hal yang sama seperti dilakukan oleh Li Mei.
Mereka berdua saling menyuapi satu sama lainnya seraya saling memandang.
"Nah, begitu !!! Baru itu benar !!!", ucap Hao Yu berseru keras.
Li Mei terburu-buru menundukkan wajahnya ke arah bawah sedangkan wajahnya berubah merah padam menahan malu.
"Apa yang kamu lakukan, Hai, Hao Yu !?", kata Fengying kaget dengan tingkah Hao Yu yang tiba-tiba mengejutkan mereka.
"Aku !? Tidak ada !?", sahut Hao Yu polos.
"Jangan terlalu berlebihan ! Kamu membuat Li Mei malu dengan sikap mu itu !", kata Fengying.
"Aku !?", jawab Hao Yu.
Hao Yu melirik ke arah Li Mei dengan hati-hati agar gadis cantik itu tidak merasa canggung terhadap dirinya.
"Maaf... Maaf... !", lanjut Hao Yu seraya mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya.
Li Mei mengangkat wajahnya ke arah Hao Yu lalu tersenyum padanya.
"Tidak apa-apa, Hao Yu... Tidak perlu sungkan pada ku...", kata Li Mei.
"Maaf, maaf, tuan puteri... Ehk !? Li Mei !?", ucap Hao Yu lalu membungkam mulutnya dengan kedua tangannya rapat-rapat.
Fengying langsung bereaksi seraya melirik tajam ke arah Hao Yu yang berada di sebelahnya lalu mendesis pelan.
"Sssh !!! Kau ini !?", bisik Fengying.
"Maaf...", sahut Hao Yu.
Hao Yu segera pergi dari hadapan Shaiming serta Li Mei dengan masih membungkam mulutnya sendiri, memakai kedua tangannya.
Terlihat Hao Yu sedang berlari cepat menjauh dari arah kursi pelaminan dimana Shaiming serta Li Mei sekarang duduk.
Fengying hanya meringis melihat sikap Hao Yu kemudian berpamitan pergi.
"Maaf, aku pergi sebentar, mau menemui tamu-tamu", ucap Fengying. "Silahkan lanjutkan acara suap-suapannya, ya..., ya...", sambungnya.
Fengying bergegas terburu-buru melangkah pergi, mengikuti Hao Yu yang sudah terlebih dahulu pamit.
Tampak Fengying setengah berlari ke arah area dimana tempat duduk tersedia lalu dia ikut membaur dengan tamu undangan yang duduk mengelilingi meja hidangan.
Tinggal Shaiming dan Li Mei yang duduk hanya berdua-duaan.
Keduanya kelihatan malu-malu ketika mereka tanpa sengaja saling berpandangan, Li Mei cepat-cepat menundukkan kepalanya sedangkan Shaiming mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ehemm... Ehemmm...", Shaiming berdehem pelan lalu mencuri pandang ke arah Li Mei.
Li Mei sedang memainkan ujung kain lengannya dengan tertunduk malu.
"Ki--kita teruskan saja..., acara makan kue bulannya karena kita belum sempat mengisi perut kita, Li Mei", ucap Shaiming.
"Iya, iya, Shaiming...", sahut Li Mei malu-malu.
"Mari kita makan !", sambung Shaiming.
Li Mei dengan cepatnya menganggukkan kepalanya seraya memasukkan kue bulan lotus yang ada di tangannya ke dalam mulutnya yang merekah indah.
Rasa kue bulan lotus itu terasa sangat lembut di lidah Li Mei saat dia melahapnya.
Sensasi rasa memakan kue bulan ini seperti pernah dia alami sebelumnya tetapi Li Mei tidak mengingatnya, tepatnya dimana dan kapan dia pernah merasakan memakan kue bulan lotus itu.
Perasaan Li Mei terasa melayang-layang tinggi seperti dia berada di atas awan penuh mega indah.
Membayang sedikit ingatan kecil dalam benak Li Mei ketika dia menikmati setiap sensasi gigitan kue bulan lotus yang teramat lezat.
Tiba-tiba Li Mei merasakan kepalanya berputar-putar cepat sedangkan tubuhnya mulai berkeringat dingin.
Sepintas bayangan tentang sebuah acara perayaan meriah mirip sebuah acara pertunangan kuno melintas cepat di dalam benak Li Mei secara saling bergantian.
Kepala Li Mei mendadak diserang rasa pusing yang teramat hebat, seakan-akan kepalanya terasa dihantam oleh suatu benda besar bagaikan sebuah godam besar.
Bayangan akan dirinya sedang duduk di atas kursi pelaminan dengan mengenakan gaun merah panjang yang sangat cantik tiba-tiba datang di pikiran Li Mei sedangkan dalam ingatannya dia melihat rambutnya tertata rapi serta dilengkapi oleh hiasan cantik, mirip sebuah hiasan mahkota dari emas.