Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Tertangkap di depan mata
"Bagaimana mungkin tuan Haris akan memberikan saya ampunan dan akan mendengarkan perkataan Nona Nara?" tanya Bibi yang masih saja menangis.
"Jika Bibi mengatakan apa yang sebenarnya, Nara yakin, Om Haris akan mempertimbangkan semuanya," ucap Nara dan omongannya kali ini terdengar begitu dewasa yang membuat pelayan itu diam menatap mata Nara.
"Bibi takut?" tanya Nara yang seolah mengetahui apa yang terjadi. Pelayan itu menganggukkan kepala.
"Jangan takut. Bibi harus mengatakan jujur. Memangnya kalau Bibi tidak jujur apa yang Bibi dapatkan. Bibi tidak akan bisa memberi makan keluarga Bibi setelah pergi dari rumah ini dan Bibi juga pergi dengan tidak terhormat yang mendapatkan tuduhan yang tidak dilakukan. Apa Bibi takut jika Bibi jujur maka keluarga Bibi akan mendapatkan ancaman. Tidak! keluarga Bibi akan baik-baik saja jika Om Harris mengetahui apa yang sebenarnya," ucap Nara memberikan saran.
Pelayan itu hanya diam yang mencoba merasa api perkataan Nara, seketika dia hanya bengong yang bagaimana tidak anak sekecil Nara bisa berbicara sebijak itu.
Nara mengusap air mata yang jatuh di pipi itu, dia tidak mengatakan apapun lagi dan langsung berlalu dari hadapan wanita itu
"Siapa anak itu sebenarnya? kenapa perkataannya seolah mengetahui apa yang terjadi dan tatapan matanya seolah ingin mengungkap kebenaran. Suaranya yang terdengar begitu tenang, tetapi memiliki maksud seolah pertolongan!" batin pelayan itu yang masih melihat kepergian Nara.
"Jujur! Benar aku harus mengatakan apa yang sebenarnya, jika aku sama sekali tidak melakukan semua itu. Aku juga tidak mengerti kenapa Nyonya tiba-tiba menyuruh kami untuk liburan dan tiba-tiba aku dijadikan Orang yang memberikan perintah itu. Masalah kopi aku juga tidak tahu apa yang terjadi?" ucap pelayan itu yang sepertinya meresapi semua saran dari Nara.
******
"Tante lepas sakit!"
Tangan Nara yang ditarik paksa oleh Nindy yang sekarang membawa Nara ke kamar mandi dengan mendorong kasar sehingga tubuh kecil itu terbentur dinding dengan posisi Nara yang sudah terduduk.
"Sakit Tante!" ucapnya dengan air matanya yang jatuh bagaimanapun dia anak kecil dengan tubuh yang memiliki kelemahan tersendiri.
"Kurang ajar sekali kamu mengatakan semua itu kepada Heri. Kamu pikir kamu siapa hah!" ucap Nindy melampiaskan semua amarahnya kepada Nara.
"Nara tidak mengatakan apapun," jawab Nara.
"Kamu jangan bohong dan ingatlah kamu di rumah ini hanya menumpang. Jangan macam-macam dengan saya dan jangan kamu pikir selama ini Papa selalu membela kamu dan saya tidak berani bertindak kepada kamu hah!"
"Kamu memang harus diberi pelajaran!" tegas Nindy yang tiba-tiba menghidupkan shower air panas dan yang langsung jatuh ke tubuh Nara.
"Tante panas!"
"Tante panas!"
Nara menangis kesakitan dengan ulah Nindy yang membuat Nindy tertawa puas melihat anak kecil tersebut menderita.
"Nindy apa yang kamu lakukan!" suara Haris terdengar begitu kencang ketika berdiri di depan kamar mandi yang membuat Nindy kaget.
Ternyata Haris tidak sendiri melainkan ada Indah di sana. Bi Indah langsung masuk kamar mandi dan mematikan air shower tersebut.
"Nona tidak apa-apa?" tanya Bibi yang membuat Nara tetap menangis karena mengalami luka yang sangat perih.
"Papa!" ucap Nindy yang tidak percaya jika Haris melihat perbuatannya.
"Papa kenapa ada di sini bukankah tadi ..."
Nindy benar-benar panik, dia juga tidak ingin ceroboh melakukan hal itu dan tadi dia melihat Haris keluar rumah dengan memasuki mobil dan barulah dia melancarkan aksinya untuk memberi pelajaran kepada Nara dan siapa sangka ternyata Haris udah berada di depannya.
"Apa yang kamu lakukan kepada Nara!" tegas Haris menekan suaranya menatap anak tirinya itu dengan tajam.
"Tidak. Pa! Nindy tidak melakukan apapun. Dia saja yang masuk kamar mandi dan bermain-main dengan air...."
Plakkk
Sangat mengejutkan yang tiba-tiba harus melayangkan tangannya, Nindy kaget dengan mata terbuka lebar memegang pipinya dan wajahnya ke samping yang tidak percaya mendapatkan tamparan itu yang seumur hidupnya berada di rumah itu hal itu tidak pernah terjadi.
Nara juga tidak menyangka jika Haris melakukan itu, selama ini dia mengetahui ayahnya sangat lembut baik kepada anak kandung sendiri dan maupun anak bawaan dari istrinya.
Saat harus melakukan semua itu yang kebetulan Tami melihat jelas dan juga sama kagetnya yang langsung menghampiri Nindy.
"Mas apa-apaan kamu!" Tami langsung berdiri di depan Nindy yang mencoba untuk melihat keadaan putrinya dengan tamparan yang sangat keras itu.
"Kamu gila bermain tangan seperti ini kepada Nindy hah!" ucap Tami yang pasti tidak terima.
"Dia sudah dewasa dan dialah yang gila yang bisa-bisanya menyiksa Nara seperti itu!" tegas Haris.
"Astaga! jadi kamu sampai bermain tangan seperti ini kepada Nindy hanya karena anak yang tidak tahu asal-usulnya ini hah! seumur hidup kami tinggal di rumah ini dan kamu tidak pernah melakukan hal ini. Apa yang kamu lakukan benar-benar sangat kelewatan. Kamu sudah dipengaruhi oleh anak yang tidak tahu dari mana asalnya!" tegas Tami.
"Jaga bicara kamu! kehadiran Nara di rumah ini bukan mempengaruhiku, tetapi justru membuka mataku yang semakin hari banyak hal yang terjadi yang selama ini tidak pernah aku sangka terjadi di rumah ini!" tegas Haris yang membuat Nindy dan Tami kaget seolah apa yang dikatakan Haris sebuah pernyataan bahwa dia mulai melihat keanehan dan kepalsuan.
"Apa maksud kamu?" tanya Tami.
"Apa yang Nindy lakukan di depan saya benar-benar sangat kelewat batas! Saya tidak tahu apalagi yang dia lakukan selanjutnya dan sebelumnya tanpa sepengetahuan saya!" tegas Haris.
"Bi! kamu langsung bawa Nara!" ucap Haris membuat Bi Indah menganggukkan kepala dan memeluk anak tersebut sembari mereka berjalan keluar dari kamar mandi dan bahkan Bibi sampai menyenggol Tami yang menghalangi jalannya membuat Tami semakin kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ini belum selesai Nindy. Papa masih membutuhkan niat baik kamu untuk berkata jujur apa tujuan kamu melakukan semua ini!" tegas Haris yang membuat Nindy hanya diam dengan tubuhnya bergetar yang sangat ketakutan yang memang baru pertama kali dia melakukan hal itu.
Haris tidak mengatakan apapun dan langsung berlalu dari hadapan anak dan istrinya.
"Kamu tidak apa-apa Nindy?" tanya Tami memegang kedua bahu Nindy dan memeriksa pipi putrinya yang sangat merah.
"Aku ditampar karena dia," ucap Nindy dengan air mata yang jatuh tangannya terkepal yang menyimpan dendam.
"Kurang ajar!" Tami juga ikut kesal
"Pembantu sialan itu juga kenapa masih ada di rumah ini dan bukankah tadi pagi dia sudah diusir," kesal Tami.
"Nindy kamu tenang dulu. Mama pasti akan bisa menyelesaikan semua ini. Mama akan mengembalikan pikiran Papa kamu agar tidak terpengaruh oleh anak kecil tersebut dan meminta maaf kepada kamu atas apa yang dia lakukan,"
"Mama janji akan membuat Papa kamu menyesal dan benar-benar meminta maaf kepada kamu!" tegas Tami yang berjanji pada Nindy.
"Aku bener-bener sangat muak dengan semua ini. Aku tidak terima dengan perlakuan yang aku dapatkan," ucapnya.
"Mama juga tidak terima semua ini dan seperti apa yang Mama katakan. Mama yang akan menyelesaikan semua ini. Kamu harus tenang! Ayo mama bantu obati luka kamu," ucap Tami yang langsung membawa Nindy keluar dari ruangan tersebut.
Bersambung......
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.