Pernikahan Mentari dan Bayu hanya tinggal dua hari lagi namun secara mengejutkan Mentari memergoki Bayu berselingkuh dengan Purnama, adik kandungnya sendiri.
Tak ingin menorehkan malu di wajah kedua orang tuanya, Mentari terpaksa dinikahkan dengan Senja, saudara sepupu Bayu.
Tanpa Mentari ketahui, Senja adalah lelaki paling aneh yang ia kenal. Apakah rumah tangga Mentari dan Senja akan bertahan meski tak ada cinta di hati Mentari untuk Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Fajar
Mentari
Fajar sudah menunggu kedatangan Senja sambil menikmati kelapa muda. Mereka bersalaman lalu Fajar menyapaku, "Hi, Mentari!" sapa Fajar seraya tersenyum lebar.
Masya Allah... ganteng banget.
Tidak sia-sia aku diajak ke tempat ini. Ketampanan Fajar memang luar biasa memukau. Tampan, mempesona, baik dan ramah. Beda dengan lelaki yang suka mengataiku bloon itu.
"Hi, Jar!" jawabku sambil tersipu malu.
"Kamu mau apa?" tanya Senja, sengaja merusak suasana.
"Memangnya ada menu lain selain kelapa muda?" jawabku ketus.
"Ada. Kelapa muda pakai es, kelapa muda tanpa es, kelapa muda dengan gula aren dan kelapa hijau, variannya pakai es batu atau tidak, banyak bukan?" jawab Senja dengan mengesalkan.
Fajar tertawa terbahak-bahak dengan ulah Senja. "Asli, Ja, kamu ngeselin banget!"
"Baru tau, Jar, kalau dia mengesalkan?" Aku duduk di seberang Fajar agar bisa menatap wajah tampannya lebih puas. "Kelapa muda saja tanpa es dan tanpa gula."
"Oke." Senja pergi memesan sementara aku menikmati momen berdua Fajar saja meski hanya sesaat.
"Senja itu anaknya asyik loh. Ya... walau suka ngeselin. Itulah mengapa dia punya banyak teman," puji Fajar. "Kamu dari mana? Kok penampilanmu rapi sekali?"
Sepertinya Senja tak memberitahu Fajar kalau dia habis mengantarku interview. "Aku habis interview di perusahaan."
"Oh ya?" Fajar terlihat tertarik dengan ceritaku. "Bagaimana? Lolos interviewnya?"
Aku menggelengkan kepalaku dengan lemah. "Tidak. Entah karena apa."
"Mungkin-"
Belum selesai Fajar bicara, Senja datang dan memotong ucapannya. "Mungkin karena dia belum ada pengalaman. Sejak lulus kuliah belum pernah bekerja di perusahaan manapun. Itu yang jadi bahan pertimbangan kenapa tidak lolos tahap berikutnya."
Meski menyakitkan, kuakui perkataan Senja ada benarnya. Memang setelah lulus kuliah, aku hanya menjaga toko Bapak saja. Toko Bapak ada beberapa cabang dan butuh orang yang mengawasi. Siapa lagi yang Bapak percayai kalau bukan anaknya sendiri. Aku sih tak masalah bekerja di toko, toh aku digaji.
"Jangan begitu, Bro. Perusahaan punya pertimbangan sendiri," tegur Fajar. "Yang sabar ya, Mentari. Tetap semangat. Memang mencari pekerjaan di Jakarta itu tidak mudah. Mm... kamu mau bekerja di kantor supplier aku?"
"Supplier?"
"Iya. Kantornya bukan di gedung bertingkat, hanya di ruko kecil. Dia salah satu supplier bahan baku untuk pabrik tempat aku bekerja. Kalau kamu mau, aku bisa usulkan," tawar Fajar.
"Mau," jawabku tanpa pikir panjang.
"Ih, gampang banget bilang mau. Periksa dulu itu perusahaan apa. Jangan asal terima," celetuk Senja.
"Tenang, Ja. Aku tak akan kasih sepupumu pekerjaan yang tidak jelas." Fajar membelaku. "Kamu tuh over protected sama Mentari, macam kamu suaminya saja!"
"Kalau aku memang-"
Kupotong ucapan Senja sebelum dia berbicara semakin ngawur. "Kapan aku bisa datang interview?"
"Aku akan kabari. Kudengar dia butuh admin untuk menggantikan adminnya yang resign. Nanti aku yang antar kamu ke sana," jawab Fajar.
"Tak usah. Aku yang antar saja," potong Senja. "Kamu tak perlu bolos kerja hanya untuk mengantar Tari. Aku saja."
Fajar tersenyum dan menepuk bahu Senja. "Sungguh saudara sepupu yang baik sekali. Jarang loh ada saudara sebaik Senja."
Kok aku tak terima ya Senja dibilang baik? Pasti dia baik karena merencanakan hal lain agar aku membayar upeti atas jasanya. Aku yakin itu!
"Sudah, langsung pada intinya. Kenapa kamu memintaku bertemu di sini?" tanya Senja seraya menurunkan tangan Fajar dari bahunya.
"Mm... Ja, boleh pinjam Mentari tidak?" Fajar melirikku sebentar lalu kembali menatap Senja dengan tatapan memohon.
Kenapa Fajar mau meminjamku? Memangnya aku barang yang bisa dipinjamkan?
"Meminjam Mentari? Buat apa?" Wajah Senja nampak serius.
Aku dan Senja kompak menatap Fajar dengan tatapan serius. "Untuk kuajak kondangan," jawab Fajar.
Aku menghela nafas lega. Kupikir aku dipinjam untuk apa. Ternyata hanya diajak kondangan rupanya.
Senja tidak langsung lega sepertiku. Bak seorang induk semang yang takut anaknya dibawa kabur srigala, Senja bertanya penuh selidik. "Kondangan? Memang tak ada stok pacarmu yang lain, yang bisa kau ajak pergi ke kondangan?" balas Senja dengan dingin. Baru kali ini aku melihat sikap Senja sedingin ini. Senja yang biasanya menyebalkan berubah jadi Senja yang dingin. Apa ini karena dia takut aku kenapa-kenapa?
"Kondangan kali ini beda, Ja. Aku mau ajak Mentari ke acara nikahan Rosa, mantan pacarku. Sekalian aku mau Mentari pura-pura jadi pacarku. Biar aku tidak malu, Ja. Ayolah, pinjamkan Mentari sehariiiii... saja!" Fajar mengatupkan kedua tangannya, memohon kebaikan hati Senja.
"Tak bisa! Memang Mentari itu barang yang bisa aku pinjamkan pada yang lain? Jar, Mentari itu tanggung jawabku. Kalau ada apa-apa, aku yang pasang badan di depan Bapaknya!" Wajah Senja nampak serius.
"Kamu kenal aku toh, Ja? Aku akan jaga Mentari. Aku akan menjaga amanatmu. Akan kukembalikan dengan utuh sampai ke rumahmu." Fajar berusaha meyakinkan Senja.
"Tetap tak bisa!" Senja rupanya keras kepala.
Tak putus asa, Fajar yang ditolak Senja kini beralih meminta bantuanku secara langsung. "Mentari, kamu mau kan bantu aku?"
"Jangan! Awas ya kalau kamu iyakan!" ancam Senja.
"Mm... bagaimana ya?" Aku takut dengan ancaman Senja. Bagaimanapun Senja itu suamiku. Kalau dia sampai mengadu pada Bapak, habislah aku. Tapi kalau aku tidak terima ajakan Fajar, kesempatanku pergi ke acara kondangan dengan pemuda tampan itu akan hilang. Aku butuh pelarian agar aku bisa melupakan Mas Bayu, Fajar adalah calon terkuat yang bisa membuatku move on dari Mas Bayu.
"Ayo, Mentari. Bantu aku sekali... saja. Nanti aku traktir deh!" bujuk Fajar.
Bukan traktiran Fajar yang membuatku tergoda. Aku ingin pergi dengannya. "Mm... Ja, bagaimana? Masa sih aku tak boleh membantu Fajar? Dia baik loh sudah mau membantuku agar dapat pekerjaan. Boleh ya, Ja?" bujukku dengan suara yang sedikit dilembutkan.
Senja menatapku dengan tajam dan tatapan yang menyeramkan. "Gampang banget terbujuk sih? Tolak saja!"
"Ja, ayolah. Sesama manusia, kita harus tolong menolong. Masa sih aku tak boleh menolong orang yang menolongku?" bujukku lagi.
"Ck!" Senja berdecak sebal. "Terserah kamulah!"
Aku tersenyum lebar. "Makasih, Senja."
Senja menatap Fajar dengan tatapan penuh ancaman. "Kembalikan Mentari dalam keadaan utuh, tak kurang satu apapun!"
"Siap!" jawab Fajar sambil tersenyum lebar.
"Satu lagi, jangan malam-malam! Jam 9 Mentari sudah harus sampai rumah!" kata Senja.
"Cepet banget, Ja. Jam 12 deh. Kamu tahu sendiri Jakarta kalau malam minggu macet. Jam 12 ya, please..." Fajar kembali membujuk Senja.
"Jam setengah 10," balas Senja.
"Ja, ayolah, macet, Ja, jam 11 aja gimana?"
"Jam 10 Mentari tak pulang, aku telepon Bapaknya!" ancam Senja.
"Oke. Siap. Akan kukembalikan Mentari tepat waktu!" Fajar ternyata takut dengan ancaman Senja.
Aku tersenyum melihat keakraban mereka. Sayangnya, mata Senja menatapku dengan tajam, lalu ucapannya membuat senyumku hilang dalam sekejap. "Apa senyum-senyum? Hanya kali ini ya kamu aku ijinkan pergi! Tak ada ijin kedua kali, ingat itu!"
****
perasaanmu kayak mimpi padahal tari yg ada di mimpimu itu nyata..
awas habis ini di tabok tari , nyosor wae🤣🤣🤣
kalau ngigo mah kasihan bangat tapi kalauccari kesempatan lanjutkan Ja. jang cium.doank sekalian di inboxing deh...
demam bikin ngigo, menghayal yg bukan2
etapi ternyata hayalannya nyata
berkah kan tuuuu
selamat ya ja, dapet bonus yg ranum lagi menggoda iman dlm sakitmu
halal pulak
Xixixi 😬