(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sepanjang perjalanan di koridor sekolah Selina dan dua temannya terus di soraki dan di ledeki oleh orang-orang yang setiap kali melewati mereka, membuat dada ketiganya bergemuruh hebat menahan amarah.
"Keluar....." teriak Selina memerintah semua yang ada di kamar mandi untuk keluar
Mendengar teriakan Selina, semua orang yang ada di kamar mandi langsung bergegas keluar. Meski wajah Selina tampak menyedihkan, tapi ketika Selina berteriak orang-orang akan ketakutan.
"Siapa yah, yang berani menaruh bekas permen karet ini di bangku kita?" tanya Selina pada kedua temannya itu
"Gue gak curiga sama siapapun, kecuali si karung goni" kata Salwa
"Kenapa dia?"
"Karena musuh kita saat ini, cuma dia" sahut Sofia sepemikiran dengan Salwa
"Gue juga merasa sepemikiran dengan kalian, nanti kita kasih pelajaran dia. Cepat kita bersihkan bekas permen karet ini, setelah itu kita ke kantin. Gue udah laper banget" kata Selina
Ketiganya pun langsung sibuk membersihkan bekas permen karet yang menempel di rok sekolah mereka, tapi sekeras apapun usaha mereka untuk menghilangkan bekas permen karet tetap saja sulit.
Karena sulit di bersihkan, membuat ketiganya kesal lalu ketiganya berjalan hendak keluar kamar mandi berniat membeli rok baru di koperasi, namun baru saja berada di dekat pintu ketiganya merasa di guyur sesuatu.
"Ahhh......"
Selina melebarkan bola matanya melihat seragam sekolahnya basah dengan air yang hitam, air hitam itu ternyata air comberan yang biasa di lihatnya di got sekolah, tubuh mereka menguarkan bau tak sedap.
"Iiuhh, menjijikan sekali. Siapa yang sudah berani melakukan ini pada kita?" kata Salwa yang juga basah kuyup, kotor dan bau karena siraman itu
"Kita lihat, pasti orangnya masih di depan" kata Sofia membuka pintu kamar mandi
Tidak ada siapapun di depan kamar mandi selain para murid perempuan yang tengah mengantri hendak ke kamar mandi, bahkan terdengar gerutu salah satu di antaranya karena menunggu begitu lama.
"Uh, lama banget kalian di kamar mandi. Kalian pikir kamar mandi ini milik nenek moyang kalian, mana bau banget. Kalian ngapain aja sih di kamar mandi, udah bikin antrian panjang. Bau juga" kata Murid perempuan yang bertubuh gembul
Yang menerobos masuk bahkan sampai mendorong tubuh Sofia yang menghalangi jalannya dengan tangannya, murid tubuh gembul itu langsung bergegas masuk ke dalam bilik ingin menuntaskan hajatnya.
Selain murid tubuh gembul tadi tak ada yang berani masuk ke dalam kamar mandi, mereka semua hanya menatap Selina dan dua temannya dengan tatapan jijik bahkan banyak dari mereka menutup hidung karena bau.
"Ngapain kalian lihat-lihat, bubar sana" teriak Selina yang tampak makin murka
Karena murid yang mengantri tak tahan juga dengan bau dari tubuh Selina dan dua temannya, satu persatu dari mereka semua akhirnya memilih pergi dan tidak jadi masuk ke kamar mandi.
"Aduh!!! Kita harus bagaimana ni? Gak mungkin kan kita keluar dengan pakaian begini, mau taruh dimana muka kita" keluh Sofia panik, tak terbayang baginya seberapa malu jika seluruh murid SMA melihatnya dengan jijik
"Pikirkan sesuatu, gak mungkin kita keluar dengan keadaan pakaian kotor dan menjijikkan seperti ini. Kalian donk kalian berdua, cari jalan keluarnya" kata Selina kesal dan jijik dengan kondisinya
"Siapa yang bisa menolong kita buat beliin seragam baru di koperasi? Mana uang kita pasti kotor?" kata Sofia sembari memijat keningnya yang terasa pusing, apalagi bau dari tubuhnya membuatnya mual dan ingin muntah
Di tengah kebingungan ketiganya, murid bertubuh gembul keluar dari bilik kamar mandi setelah menuntaskan hajatnya dengan wajah terlihat lega, lalu melangkah hendak keluar dari kamar mandi.
Namun ternyata masih ada Selina dan dua temannya di depan pintu, Selina memandang dua temannya dengan tatapan yang di mengerti dua temannya, Sofia dan Salwa langsung mencegat murid bertubuh gembul.
"Eh, mau apa kalian? Jauh-jauh sana, kalian itu bau sekali? Minggir" kata Murid bertubuh gembul yang kesal karena jalannya di hadang
"Apa loe bilang? Bau?" kata Selina dengan wajah garangnya mendekati murid bertubuh gembul
"Nih, gimana?"
Selina menempelkan tangannya yang kotor ke wajah murid bertubuh gembul, seketika murid bertubuh gembul itu melebarkan mata dan mengeraskan rahangnya saking marah sembari menunjuk wajah Selina.
"Kenapa? Mau nambah lagi? Kita bisa membuat loe sama seperti kita, loe mau?" tanya Selina dengan wajah garangnya
Murid bertubuh gembul jadi ciut melihat wajah garang Selina, bahkan murid bertubuh gembul itu menggeleng cepat dan bergidik ngeri, apalagi Sofia dan Salwa begitu dekat dengannya dan tinggal menempel saja.
Jika sampai seperti itu, seragam sekolahnya juga akan bernasib sama seperti ketiga orang yang ada di depannya. Tentu murid bertubuh gembul tak mau, apalagi baunya sangat luar biasa sampai menusuk ke rongga hidung.
"Bagus!! Kalau loe gak mau, sekarang beliin seragam baru buat kita bertiga di koperasi. Ini uangnya" kata Selina kemudian menyerahkan uang berwarna merah
"Tapi uangnya....."
"Kenapa? Basah? Maka dari situ loe harus bisa membuat uangnya kering dan bisa di gunakan buat membeli seragam baru, paham?" bentak Selina tepat di depan wajah murid bertubuh gembul
"Paham, gak?" bentak Selina sekali lagi
"I---Iya, paham" jawab Murid bertubuh gembul sembari mengangguk cepat
Lalu menerima uang pemberian Selina, kemudian murid bertubuh gembul ke wastafel mencuci wajahnya yang tadi sempat di sentuh Selina, setelah itu murid bertubuh gembul keluar dari kamar mandi.
"Cepetan, jangan lama-lama" teriak Selina setelah murid bertubuh gembul berlari cukup jauh dari kamar mandi
Ketiganya pun duduk dengan senang sambil menahan bau di tubuh mereka, menunggu murid bertubuh gembul yang akan membawakan mereka bertiga seragam baru yang di beli di koperasi.
Murid bertubuh gembul keluar dari kamar mandi dengan perasaan marah, tangannya mengepal kuat. Uang yang di beri Selina juga ada di dalam genggamannya, di remasnya tanpa peduli uang itu kucel.
"Belikan baju? Enak aja main nyuruh-nyuruh, emang dia siapa? Dikira gue takut sama dia, kalau saja badannya gak kotor udah gue lindes dengan tubuh besar gue ini" kata Murid bertubuh gembul itu menggerutu
Uang pemberian Selina yang ada di tangannya di masukannya ke dalam saku, murid bertubuh gembul melirik sekilas ruang koperasi namun dirinya tak berhenti sama sekali melainkan melanjutkan langkahnya.
"Mending gue pakai buat traktir anak-anak satu kelas, masa bodoh dengan tiga manusia itu. Mau sampai beku juga gue gak peduli, biar tau rasa"
Terkesan tak peduli, apalagi murid bertubuh gembul itu masih teringat jelas bagaimana perlakuan Selina mempermalukannya sewaktu MOS dulu.
kalau di dunia nyata ya langsung sdh ambil tindakan berurusan dgn pihak yang berwajib.