Shana Azizah terpaksa bekerja paruh waktu di sela-sela kuliahnya, orang tuanya terlilit hutang ratusan juta di bank dan terancam mengalami kebangkrutan.
Agar terbebas dari jeratan hutang, orang tua Shana terpaksa menjodohkan Shana dengan anak seorang pengusaha sukses yang usianya 10 tahun lebih tua dari Shana.
Shana mau menerima perjodohan tersebut dengan satu syarat, calon suaminya nanti harus bersedia menafkahi dirinya sebesar 20 juta sehari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama
Shana melangkahkan kakinya dengan santai, seusai mata kuliahnya hari ini berakhir.
Tak seperti dulu. Setelah pulang kuliah, Shana harus bergegas menuju restoran untuk bekerja.
Bahkan, dulu gadis itu tidak memiliki waktu untuk sekedar nongkrong di cafe atau nonton film terbaru dengan teman-temannya.
"Shana?"
Gadis itu menoleh ke arah sumber suara, saat mendengar suara bariton seseorang yang sangat Ia kenal memanggil namanya.
"Bryan?"
Jawab Shana berbinar kala melihat sosok cinta pertamanya semasa sekolah dulu, berdiri tepat di hadapannya.
Namun rasa itu segera Shana tepis, saat menyadari kini dirinya sudah menjadi seorang istri dari pria bernama Alvin Bagaskara.
Shana menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menepis semua kenangan indah tentang cinta pertamanya di masa lalu. Dalam sekejap gadis itu mengubah raut wajahnya yang semula berbinar berubah menjadi datar.
Walaupun kisah cinta pertamanya itu tak sepenuhnya indah, tapi tetap saja meninggalkan kesan mendalam di hati Shana.
"Lo kuliah di sini juga?"
Tanya Bryan antusias, dengan senyum sumringahnya.
"I-iya" Jawab Shana singkat.
"Wah, udah lama ya kita gak ketemu? ternyata sekarang lo makin cantik aja ya"
"Dih! Emang gue cantik dari sejak embrio kali" Jawab Shana sinis.
"Kemana aja lo selama ini? Baru sadar kalau gue cantik. Dulu aja lo mutusin gue tanpa alasan yang jelas"
Gerutu Shana dalam hati.
Shana masih mengingat akan rasa sakit hati yang Ia derita saat Bryan memutuskan cintanya secara sepihak. padahal saat itu Shana mencintai pria itu dengan tulus.
Berhari-hari Shana mengurung dirinya di dalam kamar, menangis dan meratapi nasibnya. Shana merasa konyol jika mengingat masa-masa itu.
"Iya deh sorry, lo emang cantik dari dulu kok. Tapi sekarang makin cantik"
Kekeh Bryan sembari mengulas senyumnya.
"Gue baru tahu kalau kita kuliah di kampus yang sama? Tapi kenapa kita baru ketemu sekarang ya?" Lanjut Bryan.
Belum sempat Shana menjawab pertanyaan Bryan, gadis itu dan mahasiswa yang ada di sana di buat kaget dengan suara klakson mobil yang cukup memekakan telinga.
TIN! TIIIIIN!
Alvin membunyikan Klakson mobilnya berkali-kali agar Shana melihat ke arahnya. Nyatanya bukan hanya Shana tapi mahasiswa lainpun kini menatap ke arah mobil mewah milik Alvin itu.
Pria itu mendadak malas turun dari mobil ketika melihat sang istri sedang berbincang dengan pria lain dengan begitu akrab.
Shana mengakhiri obrolannya dengan sang mantan, setelah melihat mobil Alvin berada di depan gerbang kampus.
Gadis itu berlalu meninggalkan Bryan tanpa sepatah katapun. Shana mengibaskan rambut panjangnya yang indah dan berjalan dengan Anggun saat melewati sosok Bryan. Sedikit tebar pesona berharap mantannya itu akan menyesal karna telah menyia-nyiakan dirinya dahulu.
"Nyeselkan lo, udah mutusin gue!"
Batin Shana dengan begitu percaya dirinya. Terlebih setelah melihat tatapan Bryan yang penuh arti menatap lekat ke arahnya.
***
***
"Kok kamu jemput aku sih Mas? aku kan udah bilang bisa pulang sendiri"
Ucap Shana ketika sudah berada di dalam mobil Alvin.
Bukannya tidak senang di jemput sang suami, tapi mengingat pekerjaan Alvin sangat banyak di kantor, Shana jadi tidak enak hati. Karna dirinya Alvin sampai rela meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk.
"Gak papa, ada Chika yang menghandle kerjaan Mas di kantor"
Walaupun pekerjaan Alvin sangat banyak tapi pria itu tak mau melewatkan kesempatan untuk menjemput Shana di hari pertama kuliahnya.
"BTW yang tadi ngobrol sama kamu siapa?"
Alvin menegaskan perkataannya, karna melihat istrinya itu terlihat akrab dengan lelaki itu.
"Oh itu, temen sekolah aku dulu Mas"
"Yakin? Cuma temen?"
Tanya Alvin dengan sorot mata yang menyelidik.
"Gak mungkin kalau cuma temen! tadi Mas lihat kamu akrab banget sama dia"
Shana melihat wajah suaminya itu mulai memerah. senyum licik pun tersungging dari bibir Shana. Timbul niat usilnya untuk membuat sang suami cemburu.
"Hmmm. Sebenarnya dia itu mantan aku Mas"
CEKIT!
Alvin menghentikan mobilnya secara tiba-tiba mendengar pengakuan Shana.
"Tuh benerkan, kayaknya Mas Alvin cemburu deh" Batin Shana.
Shana tersenyum puas melihat ekspresi suaminya, walaupun Shana merasa jantungnya hampir copot karna Alvin menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.
"Kenapa Mas?"
Shana melanjutkan dramanya dan berlaga polos, padahal Ia tahu apa penyebab suaminya itu bersikap seperti tadi. Apalagi kalau bukan karna cemburu.
"Jadi kamu masih berhubungan sama mantan kamu?"
Alvin menajamkan matanya ke arah Shana seakan ingin menerkam gadis itu. Bukannya takut Shana malah tertarik untuk melanjutkan dramanya.
"Ya gak lah mas, tadi gak sengaja ketemu aja kok. Dulu kami putus secara baik-baik. Jadi ya sampai sekarang aku gak punya masalah sama dia"
Ucapan Shana diiringi nada sindiran, karna yang Ia tahu hubungan Alvin dan Alice berakhir dengan cara yang tidak baik-baik saja.
"Kalau baik-baik aja kenapa bisa putus?"
Alvin begitu antusias membahas tentang mantan kekasih Shana, sedangkan Ia sendiri tidak mau menceritakan tentang masa lalunya pada Shana.
Shana hanya diam karna merasa telah terjebak di dalam drama yang telah Ia buat sendiri.
"Kok gak di jawab!"
Alvin terus menghujani Shana dengan begitu banyak pertanyaan, membuat Shana serba salah. Shana menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Ya mungkin bukan jodoh"
Jawab Shana saat nafasnya sudah mulai sedikit teratur.
"Ck.Jadi kamu berharap bisa berjodoh sama dia?"
Shana memutar bola matanya ke arah atas, tak berniat menjawab pertanyaan Alvin lagi. Karna semakin di jawab, pertanyaan dan pemikiran Alvin tentang dirinya semakin tak terkendali.