Mencintai dalam diam sewaktu sekolah. Akhirnya, cinta itu tertaut dan saling merespon.
Bagaimana kisah cinta dua sejoli ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Perjalanan siang memang terasa lebih lama. Vale sudah makan, minum, tidur tapi belum juga sampai dan rasanya mulai jenuh.
Beberapa jam kemudian, akhirnya kereta berhenti di Stasiun Cirebon. Vale pun turun dari gerbong kereta dan berjalan menuju keluar.
Hari semakin sore, langit mulai menggelap. Vale terpaksa mencari taksi online untuk mengantarkannya sampai kost putri miliknya.
Vale sudah smapai di kost putri miliknya. Tubuhnya yang lelah sejak pagi hanya duduk bersandar di sandaran duduk yang keras membuat punggungnya sakit dan pinggang pegal -pegal.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Vale ... Vale ... Lo udah dateng?" panggil Raisa teman kostnya.
"Ya. Udah barusan," jawab Vale pelan sambil membuka pintu kamarnya dan duduk lagi di tempat tidurnya.
Raisa masuk ke dalam dan memberikan titipan kado untuk Vale.
"Dari seseorang yang memuja lo," ucap Raisa pelan.
"Siapa?" tanya Vale menatap lekat ke arah Raisa.
"Lo lihat aja," ucap Raisa pelan.
Vale mengambil kado dan membukanya. Ada sebuah bunga mawar plastik berwarna merah yang mirip seperti sungguhan. Lalu di dalamnya ada sebuah kotak musik dan binder file. Kotak musik itu berwarna merah da di dalamnya berisi perhiasan imitas yang lengkap.
"Perhiasan? Siapa sih ini yang ngasih?" tanya Vale mencari petunjuk dari sebuah kartu atau surat yang meungkin berisi nama pengirimnya.
"Nih surat dari pengirimnya," ucap Raisa pelan sambil ikut tiduran di ranjang milik Vale.
VAle membuka isi surat itu dan mulaimmebacanya. Tulisan tangannyha begitubagus dan huruf tegak sambungnya jelas serta rapi. Surtanya berwarna pink dengan kertas usrat yang wangi. Isinya singkat sekali.
Teruntuk yang termanis, Valeria Friliana ...
Selamat atas prestasi kamu yang selalu memukau, sama seperti wajahmu yang sellau bersinar indah dan senyummu yang selalu berseri denagn sangat manis.
Kenalkan, aku pemujamu. Lelaki yaang selama ini hanya bisa menikmati cantik dan senyummu dari kejauhan dan tak berani bertegur sapa. Keringat dingin selalu membasahi bila harus berjalan dan berdekatan denagan kamu.
Otakmu yang terlalu jenius membuat aku tidak punya nyali untuk mendekati kamu. Otakku yang hanya pentium satu dan otakmu pentium empat dengan memori besar yang mampu menampung banyak materi.
Terimalah kado sederhana ini. Semoga bermanfaat dan bisa menemani kamu setiap hari dan setiap waktu.
Dari yang selalu memujamu ...
Muhtar ...
"Muhtar? Ini bukannya Kakak tingkat kita? Lelaki bertopi yang sering nongkrong di kantin?" ucap Vale pada Raisa.
"Yup. Bener banget. Cuerdas sekali anda Vale," ucap Raisa senang.
Maklum, dengan Vale menerima kado ini, secara otomatis Raisa berhasil mendekatkan Muhtar dengan Vale.
Vale menutup kembali kadi itu dan mengembalikannnya pada Raisa.
"Sory ... Aku gak bisa terima kado ini. Tolong kembalikan sama Kak Muhtar ya," ucap Vale pada Raisa membuat kedua mata Raisa membola.
Siapa yang tidak kenal Muhtar? Lelaki tampan dengan sejuta pesonanya yang membuat para kaum hawa meronta -ronta untuk did dekati. Kini, Muhtar memiliki tambatan hati justru malah di tolak.
"Kenapa? Emang sih, Kak Muhtar itu gak pinter -pinter amat, tapi tajir melintir. Terus ia salah satu genk rocker di Kampus," ucap Raisa mecoba meyakinkan Raisa untuk mempertimbangkan keputusannya.
"Terus? Kalau kaya? Kenapa?" tanya Vale pada Raisa.
"Ya ... Hidup lo bisa enak dong, Vale," ucap Raisa jujur.
"Aku udah tunangan. Sebentar lagi mau nikah," ucap Vale datar dengan wajah serius sambil menunjukkan cincin pernikahannya. Vale menutupi pernikahnnya dulu sementara dan bilang hanya bertunangan.
"Hah? Lo pulang kampung buat tunangan? Bisa -bisanya gak aaa pajak jalan?" ucap Raisa kesal sambil mengerucutkan bibirnya hingga monyong lima senti.
"Rahasia dong. Kalau tahu aku tunangan bisa berabe. Rumah penuh dan prasmanan habis," ucap Vale terkekh pelan.
"Dasar kamu, Vale," ucap Raisa kesal.
"Sa ... Kamu masih ikut part time?" tanya Vale tiba -tiba pada Raisa. Raisa adalah gadis sederhana yang mengenyam pendidikan melalui jalur beasiswa juga sama seperti Valeria.
Tapi, bedanya, Valeria memang fokus sekolah saja, sedangkan Raisa ikut part time untuk membuiayai hidupnay seperti biaya sehari -hari dan kamar kost yang harus di sewa setiap bulan.
"Tumben pengen part time? Perasaan waktu itu di ajak part time juga gak mau," ucap Raisa pelan.
"Ya sekarang baru butuh. Lagi pula kan, setelah ini mata kulaihnya gak begitu berat," ucap Vale berasalasan.
"Jiahhh ... Bilang aja buat tambahan biaya nikah," ucap Raisa menyambung.
"Ntu tahu. Ada gak?" tanya Vale pelan.
"Ada sih. Tapi paling di warnet, gimana? Kalau mau, nanti aku bialng sama pemiliknya," ucap Raisa pada Vale.
"Bolehlah. Sekarang yang penting ada kerjaan dulu. Nanti kalau kurang atau gimana bisa cari kerjaan lain," ucap Vale pelan.
"Oke. nanti malam habis isya, lo ikut gue ke warnet. Kebetulan gue shift malam," ucap Raisa pelan.
"Siap. Aku istirahat dulu ya. Cape banget nih. Itu ada makanan, bawaan mertua. Ambil aja. Terus ini tolong balikin sama Kak Muhtar ya," ucap Vale pelan.
"Oke siap Bu Vale. Gue mandi dulu, ntar numpang makan disini ya?" ucap Raisa dengan cepat dan membawa kembali kado dari Muhtar untuk di kembalikan.
Raisa pun keluar dari kamar kost Vale menuju kamarnya sendiri. Vale menutup pintu dan segera beristirahat. Ponselnya di silent sejak tadi. Padahal berkali -kali, Farel menghubungi Vale dan mengirimkan banyak pesan singkat yang sama sekali tak di buka oleh Valeria.