Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 21 - Magang
"Walaupun wajah saya bule tapi saya ini lahir dan besar di Indo," Zester masih berusaha membela diri.
"Yang paling penting saya sudah sunat!"
Zester mengucapkannya dengan bangga sekali.
"Sudah sunat saja tidak cukup," balas Theo tak mau kalah. "Lagipula kita terlihat seperti seumuran!"
"Itu karena pak kades yang awet muda," Zester terus menimpali.
Ara menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan kedua orang itu.
"Dasar bule aneh, dia kan mau menikah. Seharusnya ngaku saja, kenapa harus membela diri seperti itu," gerutu Ara.
Gadis itu pun mendekat dan mencoba berbicara pada ayahnya.
"Pak direktur dan aku tidak ada hubungan spesial apa-apa, Ayah. Kebetulan aku ada tugas lapangan dan bule itu memberikan tempat," ucap Ara berdusta.
"Jadi, kau akan magang di perusahaannya?" tanya Theo.
"Ya begitulah," jawab Ara.
Padahal Ara hanya mengarang cerita tapi Zester langsung setuju menerima Ara magang di perusahaannya, dengan begitu dia akan lebih mudah bertemu.
"Tenang saja pak kades, walaupun magang tapi Ara akan mendapat gaji yang sesuai, pokoknya tidak perlu khawatir," ucap Zester berusaha meyakinkan.
Theo memang selalu mempercayai putrinya jadi dia tidak membahas masalah itu lagi.
Mereka pun makan bertiga sebelum Theo atau Zester pulang.
"Coba dulu sapi lada hitamnya, Ayah," Ara menuangkan hasil masakannya itu ke piring Theo.
"Sepertinya anak ayah tambah pandai memasak," komentar Theo.
Zester ikut-ikutan ingin diambilkan lauk juga dengan menyorong piringnya pada Ara. "Ternyata seleramu boleh juga, aku kira kau suka makanan yang kurang gizi!"
"Ish, aku sedang malas meladenimu," balas Ara sambil menuang sapi lada hitamnya ke piring Zester.
Tidak ada suara lagi karena mereka bertiga langsung makan dan setelah selesai, Theo berpamitan pulang.
"Ayah kembali, jaga diri dan hubungi ayah sesering mungkin," ucap Theo saat berpamitan.
"Siap pak kades," Ara memeluk ayahnya sejenak.
Saat mereka berpelukan, mata Theo melirik ke arah Zester.
"Kau juga harus pulang," tegurnya.
"Saya memang berniat pulang," balas Zester.
"Ara, jangan membawa pria masuk ke apartemenmu lagi," Theo memberi peringatan pada putrinya.
"Tidak akan lagi, Ayah," sahut Ara.
Iya memang Ara tidak akan memberi izin Zester untuk masuk ke apartemennya lagi tapi bagaimana kalau sebaliknya?
Karena Zester sudah berhasil membeli satu unit di lantai tepat di bawah apartemen Ara.
"Kau harus menepati janjimu gadis manis," batin Zester.
Apartemen itu juga bisa jadi tempat yang cocok untuk menghindari Riri.
"September," gumam Zester ketika mengubah password unitnya.
"Saya tahu kalau anda menyukai bulan september tapi kalau sampai nona Riri tahu, dia bisa membukanya dengan mudah," asisten Mike memberikan pendapatnya.
"Tenang saja, dia tidak akan tahu," Zester tidak mau mengubah passwordnya. "Lagipula ini hanya tempat tinggal sementara sebelum aku menikah!"
Asisten Mike yang menyusul Zester dengan membawa barang-barang lelaki itu hanya bisa pasrah, ada dua koper yang dibawanya ke apartemen itu.
"Semua laporan harus selesai paling lambat besok, Tuan," ucap asisten Mike.
Lelaki itu menyusun berkas dan laptop Zester di atas meja.
Zester duduk sambil membuka celananya, dia ingin memberikan waktu untuk ularnya bernafas.
"Oh iya, Ara ingin magang ke perusahaan jadi urus semua itu," ucap Zester.
"Magang?" tanya asisten Mike memastikan.
"Iya, siapkan ruangan di sebelah ruanganmu," jawab Zester dengan santainya.
"Aku mencium aroma lembur yang berlebihan," gumam Asisten Mike dalam hatinya.
signature bukan sih?