Keira Nama Baru Di Kehidupan Kedua

Malam itu, Rafael berdiri di balkon Toko perhiasan milik keira, ia menyandarkan kedua tangannya di pembatas besi dingin. Di bawah sana, Jakarta bersinar terang—namun tak seindah pikirannya yang kini keruh oleh ancaman tak kasat mata.

Keira melangkah pelan mendekat, membawakan secangkir teh hangat.

"Ada apa... kenapa kamu terlihat Tidka seperti biasanya. Apa kamu sakit?" tanya Keira

"Tidak aku tidak sakit... Aku sedang ada banyak pikiran saja" jawab Rafael lalu menghela nafas.

Keira memandang Rafael lekat menyentuh tanya Rafael, dan terlihatlah kilasan kilasan yang terjadi pada Rafael seharian ini saat di perusahaan miliknya.

Keira juga melihat bagaimana Maslah itu terjadi dari benda benda yang di sentuh oleh Rafael.

Setelah selesai melihat semuanya Keira mulai bicara.

“Aku tahu siapa musuhmu,” ujarnya pelan.

Rafael menoleh cepat. “Kamu serius?”

“Dynavis Holdings. Pemiliknya menggunakan nama perusahaan lama, tapi sudah membentuk jaringan bayangan. Mereka ingin mengambil alih tambang batu muliamu. Lewat jalur hukum palsu.”

Rafael memicingkan mata. “Bagaimana kamu tahu ini?”

Keira tersenyum samar. “Intuisiku kuat, dan aku punya sumber yang tidak biasa.”

Rafael ingin bertanya lebih jauh, tapi ia tahu kapan harus menahan diri. Keira bukan wanita biasa, itu sudah ia sadari sejak lama. Namun, tak pernah sekalipun Keira memamerkan kekuatannya—semua ia lakukan diam-diam, dan selalu tepat sasaran.

---

Dua Hari Kemudian

Keira bertemu secara rahasia dengan seseorang dari dinas intelijen. Ia menyamar sebagai investor asing dan memasuki kantor cabang dari perusahaan bayangan itu. Dengan teknik membaca aura serta ingatan benda, Keira menyentuh meja kayu tua di ruangan utama.

Kilasan masa lalu muncul—dokumen transaksi, rekaman suara, hingga koordinat tempat penyimpanan data utama.

“Aku hanya butuh satu langkah lagi,” gumamnya sambil mengangkat telpon ke Rafael.

---

Misi Balasan

Rafael menyiapkan tim hukum dan keamanan. Tapi ia menyerahkan seluruh kendali strategi pada Keira. Ia percaya padanya sepenuhnya, walau tetap merahasiakan hal ini dari siapa pun.

Malam itu, Keira menyelinap ke gudang penyimpanan Dynavis, ditemani satu orang yang setia padanya sejak dulu—Amanda, yang kini tahu sebagian kecil tentang kekuatan batin Keira.

Mereka menemukan dokumen penting, termasuk bukti keterlibatan beberapa tokoh besar di dalam pemerintahan bisnis internasional.

“Kita bisa menjatuhkan mereka, atau... mengembalikannya kepada Rafael untuk menjebak mereka lebih dalam,” bisik Amanda.

Keira tersenyum penuh siasat. “Aku pilih yang kedua. Kita bangun skenario agar mereka terjebak dengan keserakahan mereka sendiri.”

---

Keesokan Harinya

Dynavis menerima tawaran merger palsu yang disusun oleh Rafael dan tim hukumnya. Semuanya tampak legal—padahal itu adalah umpan yang disiapkan Keira.

Dalam dua hari, mereka menandatangani dokumen—dan justru memberikan akses penuh ke dalam data ilegal mereka kepada Rafael.

Saat malam tiba, Rafael hanya duduk di ruang kerjanya, membuka satu-satu file yang membuat matanya menyala. “Ini akan jadi akhir permainan mereka.”

Dan semua itu… berkat wanita yang diam-diam mendekatkan cahaya pada kegelapan dunianya.

...----------------...

Malam itu langit Jakarta mendung. Namun bukan hujan yang akan mengguyur kota, melainkan badai yang akan menjatuhkan kekuasaan gelap dari balik layar bisnis batu mulia.

Rafael duduk di ruang intinya, menatap layar lebar di depannya yang memuat siaran langsung dari ruang rapat Dynavis Holdings. Orang-orang berpakaian rapi, wajah-wajah serius yang dulu tak tersentuh hukum, kini sedang menandatangani dokumen merger palsu yang menjadi jebakan hukum.

Di layar kedua, sebuah tim khusus berpakaian hitam, didampingi beberapa petugas lembaga intelijen keuangan internasional, bersiap menunggu perintah.

“Sekarang,” ucap Rafael dingin.

Dalam waktu kurang dari tiga puluh menit, lantai utama kantor pusat Dynavis diserbu. Tak ada perlawanan berarti—semuanya sudah diatur agar bukti digital langsung terkunci otomatis setelah dokumen ditandatangani.

---

Sementara Itu, di Tempat Lain

Keira duduk tenang di sebuah restoran kecil, menunggu kabar sambil mengaduk tehnya perlahan. Amanda duduk di depannya, gugup tapi bersemangat.

“Ini seperti film mata-mata, Kei. Tapi... kamu yakin semua beres?”

Keira menatapnya dengan mata tajam namun tenang. “Yang bersembunyi di balik kegelapan akan tumbang karena sinar kecil yang tak mereka duga.”

Tak lama kemudian, Rafael muncul. Wajahnya datar, tapi ada senyum tipis yang tak bisa ia sembunyikan.

“Semua sudah selesai. Bos besar mereka—Victor Lang, pemilik asli Dynavis—sudah dibawa ke markas Biro Kejahatan Finansial Internasional. Termasuk pejabat yang terlibat.”

Amanda membelalakkan mata. “Victor Lang? Bukannya dia tokoh besar di dunia perbankan Swiss?”

Keira mengangguk pelan. “Dan sekarang dia akan menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji. Kita cukup menyerahkan semua pada hukum.”

---

Keesokan Harinya

Media lokal dan internasional gempar. Tapi tidak ada satu pun yang menyebut nama Rafael sebagai dalang dari penggulingan Dynavis, apalagi Keira. Semua seolah seperti bagian dari operasi rahasia oleh otoritas internasional.

“Siapa yang memulai semua ini masih menjadi misteri,” bunyi salah satu siaran TV. “Namun masyarakat dunia bersorak karena jaringan kejahatan bisnis batu mulia internasional berhasil dibongkar.”

Rafael hanya tersenyum kecil sambil mematikan TV-nya.

---

Di Kantor Keira, Hari Itu

Keira berdiri di balkon kantor Ratu Batu, memandang langit yang mulai cerah.

“Ini baru permulaan,” gumamnya.

Rafael muncul di belakangnya, memeluk dari belakang dengan tenang. “Dan kamu membuat dunia sedikit lebih baik, tanpa perlu satu orang pun tahu siapa kamu sebenarnya.”

Keira menyandarkan kepalanya ke dada Rafael. “Biarkan mereka tetap menebak. Aku lebih suka membuat perubahan daripada dipuja.”

---

Sementara itu… Dion

Dion menatap layar beritanya, matanya membelalak saat membaca nama Dynavis dan keterlibatan tokoh besar yang pernah ia dekati untuk memperluas bisnisnya.

“Ini... ini tidak mungkin...,” bisiknya.

Di sudut layar ada foto kecil Rafael yang sempat muncul di konferensi investasi internasional, dan... Keira, berjalan di belakangnya. Meski kabur, Dion tak bisa salah lihat.

“Jangan bilang semua ini... ada kaitannya dengan Keira?” gumamnya, wajahnya makin lesu.

Satu demi satu, pijakan yang ia bangun dengan kesombongan... kini hancur, dan ia tak punya apa-apa lagi.

Bersambung