Ketika takdir merenggut cintanya, Kania kembali diuji dengan kenyataa kalau dia harus menikah dengan pria yang tidak dikenal. Mampukah Kania menjalani pernikahan dengan Suami Pengganti, di mana dia hanya dijadikan sebagai penyelamat nama baik keluarga suaminya.
Kebahagiaan yang dia harapkan akan diraih seiring waktu, ternoda dengan kenyataan dan masa lalu orangtuanya serta keluarga Hadi Putra.
===
Kunjungi IG author : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Perayaan
“Lepaskan, bukan aku yang salah di sini.”
“Aku hanya makan siang dan tidak melihatmu di rumah, lalu ini salah siapa?”
Kania tidak tahan, dia menghempaskan tangan Elvan membuat pria terkejut.
“Aku tidak peduli ini salah siapa, yang jelas kamu pergi dan aku menunggu bahkan saat pulang mobilmu pun belum ada. Aku ke sasana, boleh tanya pada Abil dan … sepertinya tembakan kemarin berpengaruh kepada ingatanmu. Perjanjian yang kamu buat sendiri untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing,” tutur Kania dan sukses membuat Elvan bungkam.
“Itu obatmu,” tunjuk Kania pada kantong obat di atas meja. “Minumlah, agar ingatanmu kembali pulih.”
Kania meninggalkan kamar. Setelah beberapa hari kemarin dia merasa tenang karena pria itu tidak mencari gara-gara, tapi hari ini sukses membuatnya emosi. Gadis itu itu sudah berada di area kolam renang, duduk di gazebo menatap kosong ke depan.
Salah satu pelayan sempat menawarkan sesuatu tapi Kania menolaknya. Entah kenapa air mata tiba-tiba merembes di ujung mata membuat Kania bergumam, “Kenapa cengeng sih, dia mau apa juga bukan urusan kamu.”
“Jangan ngarep juga kalau pernikahan kalian itu akan berubah baik, dari benci lalu saling cinta.” Kania terkekeh, “Hal kayak gitu c!uma ada di novel atau sinetron.”
Kania menghela nafasnya.
“Kamu pasti Kak Nia.”
Merasa dipanggil, Kania pun menoleh. Ada seorang gadis berdiri dengan senyum di wajahnya berjalan semakin dekat.
“Maaf aku tidak pulang waktu kalian menikah,” ujar gadis itu lagi.
Kania bergeming, otaknya sedang berpikir mengenai siapa gadis di hadapannya ini.
“Aku Bintang,” ujar gadis itu sambil mengulurkan tangan.
“Ah, putri tante Nella,” sahut Kania lalu menjabat tangan Bintang.
“Tante Nella.” Bintang berkata dengan dahi berkerut mendengar Kania menyebut Maminya dengan sebutan Tante.
“Maaf, aku belum terbiasa memanggil mereka Papa dan Mami.”
“Lalu Kak Nia panggil Papa apa?”
“Tuan atau Om Yuda.”
Bintang duduk di samping Kania.
“Pasti berat ya?” tanya gadis itu tanpa memandang Kania.
Kania sendiri bingung dengan pertanyaan Bintang yang cukup ambigu. Pandangan keduanya tertuju ke depan dan saling diam.
“Maksudnya berat ….”
“Menikah dengan Kak Elvan.”
Kania menghela nafasnya lalu menundukan wajah.
Bukan menikah yang berat, tap takdir hidupku yang terasa berat. Aku harus kehilangan orang yang begitu berarti dalam hidupku dan harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal, batin Kania.
“Aku … entahlah.”
“Aku harap kita bisa berteman,” ujar Bintang lagi.
...***...
Dua hari ini hubungan Kania dan Elvan belum membaik, keduanya masih saling diam karena kejadian di rumah sakit.
“Tuan Elvan, Tuan Yuda sudah menunggu,” ujar Bimo.
Malam ini adalah perayaan ulang tahun perusahaan, Yuda dan Nella sudah berada di hotel tempat acara begitu pun dengan Bintang. Sedangkan Elvan dan Kania masih ada di rumah, mereka akan datang sebelum acara dimulai.
“Panggilkan Kania,” titah Elvan pada pelayan.
Belum juga pelayan itu beranjak, Kania sudah hadir. Elvan sempat terpana dengan penampilan istrinya. Mengenakan gaun malam panjang dengan belahan yang agak tinggi dan one shoulders dress membuat tubuhnya terlihat jenjang. Begitupun dengan polesan make up dan rambut yang diatur sedemikian rupa.
“Aku sudah siap,” sahut Kania.
Elvan berdehem kemudian beranjak diikuti oleh Kania dan pengawalnya.
Sedangkan di hotel tempat acara, tepatnya di salah satu kamar. Lukas yang duduk sambil menggoyangkan gelas berisi wine, puas dengan laporan bawahannya.
“Dua kamar sudah disiapkan termasuk juga wanita yang akan menemani target, untuk memancing mereka kita akan lakukan sesuai perintah anda.”
“Kita lakukan sesuai rencana. Kania, biar aku yang urus, kali ini akan membuat Yuda benar-benar hancur. Dia akan merengek untuk menemui Tuan Damar,” seru pria itu.
“Kalian bersiaplah.” Lukas kembali bertitah.
“Lenganku,” ujar Elvan mengingatkan kembali Kania agar mereka tampak mesra saat keluar dari mobil.
Kania langsung memeluk lengan kiri Elvan dan memberikan senyum di wajahnya. Para pemburu berita tentu saja tidak melewatkan kesempatan tersebut untuk mengambil gambar pasangan yang sebelumnya sempat ramai diperbincangkan.
Saat acara berlangsung, Kania tidak terlalu fokus. Tidak biasa berada di keramaian dan sebuah pesta di mana semua yang hadir menunjukkan kelebihan dan menyanjung pencapaian masing-masing.
“Apa seperti ini yang dilakukan orang kaya,” gumam Kania saat mendampingi Elvan.
Elvan sempat menoleh tapi tidak bereaksi apapun pada keluhan Kania.
“Kamu tunggulah di sini,” titah Elvan menunjuk salah satu meja untuk Kania menunggu, termasuk seorang bodyguard untuk mengawasinya. “Kalau sudah lelah kamu bisa langsung ke kamar,
“Orange juice, Nona.” Seorang pelayan meletakan gelas berisi jus jeruk ke hadapan Kania.
“Tunggu.”
“Tidak masalah, tidak mungkin ada yang memberikan racun pada minumanku,” ujar Kania ketika sang bodyguard curiga dengan minuman yang diberikan pada majikannya.
Kania sudah memegang gelas tersebut dan meneguknya, sempat tersedak karena tatapannya mengarah pada Elvan yang berjalan menjauh bersama seseorang.
“Alexa,” gumam gadis itu. “Tuan Yuda harus tahu bagaimana kelakuan putranya.” Kania pun beranjak mengikuti ke mana arah Elvan pergi.
\=\=\=\=\=\=+