NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Warisan yang Dimanipulasi

Beberapa hari setelah kabar duka itu menyelimuti seluruh Palermo, suasana vila keluarga Ricci berubah muram. Langit mendung seperti mencerminkan hati Nayla yang remuk. Giovanni Ricci, ayah angkat sekaligus pelindung dalam hidupnya, telah pergi selamanya. Lelaki itu bukan sekadar sosok kuat dalam dunia mafia, tapi juga satu-satunya tempat Nayla bisa bersandar dengan penuh kepercayaan.

Upacara pemakaman berlangsung megah, seperti layaknya pemimpin besar yang dihormati. Namun di balik semua penghormatan itu, Nayla merasakan keanehan. Semuanya terasa... terlalu terorganisir. Dari pengurusan jenazah hingga pelaksanaan pemakaman, semuanya tampak seperti sudah dirancang sejak lama. Bahkan Dante, anak kandung Giovanni, terlihat lebih sibuk mengatur tamu daripada berduka. Tak ada air mata, hanya wajah tegas dan senyum tipis yang tidak pantas untuk situasi berduka.

Nayla berdiri di sisi makam, memandangi nisan dengan mata kosong. Ia menggenggam erat liontin kecil yang dulu diberikan Giovanni padanya saat malam pertama ia diangkat menjadi bagian keluarga. “Jagalah ini. Kalau aku tiada, kamu tahu harus ke mana,” kata Giovanni saat itu. Kalimat yang kini bergema berulang kali di pikirannya.

Tiga hari setelah pemakaman, pengacara keluarga Ricci memanggil semua anggota keluarga ke ruang utama vila. Ruangan itu begitu megah dengan dinding kayu mahoni dan perapian besar yang sudah dinyalakan untuk mengusir dingin musim gugur. Semua mata tertuju ke tengah ruangan, di mana dokumen warisan Giovanni akan dibacakan.

“Sesuai dengan wasiat yang ditinggalkan almarhum Giovanni Ricci,” ucap sang pengacara, “saya akan membacakan pembagian seluruh aset dan hak kekayaan milik almarhum.”

Nafas Nayla tercekat. Ia tidak mengharapkan harta. Bukan itu. Tapi setidaknya, ia berharap akan ada bagian untuknya. Giovanni pernah mengatakan akan menyerahkan pengawasan wilayah perdagangan Timur kepada Nayla sepenuhnya.

“Seluruh aset perusahaan Ricci Holdings, jaringan perdagangan, lahan distribusi, termasuk armada dan saham internasional, akan diwariskan kepada Dante Ricci,” lanjut pengacara.

Hening menyergap ruangan. Nayla menunduk. Tak satu pun menyebutkan namanya. Tidak ada pembagian untuk dirinya. Tidak satu pun.

Sorot mata Dante menyapu Nayla seperti pemenang yang mengolok lawannya. Wajahnya penuh kemenangan. Bahkan ketika ia menyalami satu per satu kerabat, ia menyempatkan menyeringai tipis pada Nayla. “Maaf, ini mungkin bukan hari keberuntunganmu,” katanya pelan.

Namun Nayla tidak buta. Ia terlalu lama hidup di bawah bayang-bayang kebohongan dan pengkhianatan untuk percaya begitu saja. Giovanni pernah berjanji, bukan sekali, tapi berkali-kali, bahwa Nayla akan menjadi pemegang kendali untuk wilayah Timur. Itu janji pribadi. Bahkan disaksikan oleh dua orang kepercayaannya.

Malam itu, Nayla kembali ke ruang kerja Giovanni. Ruangan itu belum disentuh sejak kematiannya. Ia mengunci pintu dari dalam dan mulai mencari sesuatu yang bisa memberi jawaban. Tangannya menyusuri rak buku, membuka laci meja, mengangkat papan lantai yang terasa longgar. Hingga akhirnya, ia menemukan sesuatu.

Sebuah jam antik, tua dan berdebu. Namun bagian belakangnya bisa dibuka. Di dalamnya tersembunyi sebuah perangkat perekam suara. Tangan Nayla gemetar saat menyalakannya.

Suara Giovanni muncul, serak namun jelas.

“Jika aku mati terlalu cepat, mungkin itu bukan takdir. Aku mencium sesuatu yang busuk dari keluarga ini... dari darah dagingku sendiri. Jika Dante melakukan sesuatu setelah aku tiada, Nayla, kamu harus berhati-hati. Kamu satu-satunya yang bisa kulindungi dari kejauhan.”

Nayla menutup mulutnya, terisak. Air matanya mengalir tanpa henti. Giovanni tahu. Ia tahu ada sesuatu yang salah dalam keluarga besarnya. Ia mempercayakan semuanya pada Nayla, bukan tanpa alasan. Nayla yang selama ini dianggap orang luar, justru adalah satu-satunya yang tidak pernah mengincar kekuasaan.

Esoknya, Nayla memanggil dua orang kepercayaan Giovanni Rocco dan Emilio. Mereka mengangguk dalam diam saat Nayla memutar rekaman suara itu.

“Kami tahu, Signorina,” kata Emilio lirih. “Tuan Giovanni sempat mengatakan ingin mengubah surat wasiat beberapa minggu lalu. Tapi ia mendadak sakit dan tak pernah menyelesaikannya.”

“Tapi bagaimana bisa semuanya jatuh ke tangan Dante? Bahkan wilayah Timur yang sudah diserahkan padaku?” Nayla menatap tajam.

Rocco membuka map berisi salinan dokumen. “Kami rasa, tanda tangannya dipalsukan. Kami punya salinan lama untuk dibandingkan.”

Dan benar saja. Nayla membandingkan tulisan tangan Giovanni yang asli dengan dokumen baru. Ada perbedaan halus dalam tekanan dan lengkungan. Hanya orang yang mengenal Giovanni dekat yang bisa menyadari perbedaan itu.

“Dia memalsukan surat warisan,” bisik Nayla, marah dan hancur di waktu bersamaan.

Namun Nayla tahu satu hal ia tidak bisa terburu-buru. Ia bukan lagi gadis yang dulu harus diselamatkan. Sekarang, ia adalah pemimpin wilayah Timur yang disegani banyak klan mafia. Nayla tak akan menjatuhkan Dante begitu saja. Tidak. Ia akan membangun permainan yang rumit. Permainan di mana Dante akan jatuh oleh rencana yang ia bangun sendiri.

Ia mulai dengan menyebarkan pengaruhnya secara perlahan. Ia menemui pemimpin organisasi kecil, membangkitkan kembali loyalitas lama pada Giovanni dan menunjukkan bukti-bukti manipulasi Dante secara rahasia.

Sementara itu, Dante mulai kehilangan kendali atas beberapa jalur distribusi karena “gangguan teknis” yang secara misterius selalu berakhir dengan keuntungan untuk pihak Nayla. Tanpa menyadari, ia mulai kehilangan pijakan.

Namun dalam hatinya, Nayla tidak merasakan kemenangan. Yang ada hanya kehampaan. Ia telah kehilangan satu-satunya pria yang mencintainya tanpa syarat. Yang melihatnya lebih dari sekadar bagian dari dunia mafia. Kini, ia harus menjalani peran itu sendiri, tanpa pelindung, tanpa keluarga sejati.

Di balkon vila tempat Giovanni biasa duduk membaca koran, Nayla berdiri menatap lautan. Angin malam menerpa rambut panjangnya. Tangannya masih menggenggam liontin kecil dari Giovanni.

“Aku akan membuatnya membayar, Ayah,” bisiknya. “Tapi bukan hanya untuk warisan ini. Untuk semua luka, pengkhianatan, dan darah yang sudah tertumpah. Aku akan bersihkan nama Ricci dari kecurangan mereka.”

Dan dari balik tirai jendela ruang kerja di lantai atas, sepasang mata mengamati Nayla dengan senyum tipis.

Dante tahu... permainan telah dimulai.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!