NovelToon NovelToon
Balas Dendam Celestia. Cahaya Di Kegelapan

Balas Dendam Celestia. Cahaya Di Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Balas Dendam / Fantasi Wanita
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Neogena Girl

"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"

"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia

"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena

"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia

Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

“...Ricard, Rudi dan Dani. Ikuti Aku!” Ujar Maquis dengan intonasi yang berbeda.

“KITA AKAN MATI!” Pikiran yang sama terlintas dengan kompak di benak ketiga Pria itu.

“Nona bertopeng, terimakasih karena telah menyelamatkan Adikku.” Ungkap Esmeralda Galate Bloom, selaku Kakak Isidore. “...Dan Kamu, Ikut dengan Ku,” lanjutnya sambil menjewer kuping Isidore.

Di ruangan itu tersisa Celestia dan Marchioness.

“Nona penyelamat, siapa nama Mu ?”

“Nama Saya Tia, Nyonya Marchioness.”

“Tia, nama yang indah. Sungguh terimakasih telah menolong Putra nakal Ku.”

"Saya memang bertugas untuk melindungi, Nyonya Marchioness."

“Baiklah.. Karena rombongan Putra Mahkota akan mampir di kediaman ini untuk beristirahat usai membasmi monster di hutan bagian Timur, Kami akan menyambut mereka dengan menyediakan makanan untuk menganti tenaga yang sudah terpakai. Kalian yang telah menjaga rombongan pedagang sampai tiba dengan selamat harus ikut bergabung. Termasuk diri Mu, Tia.”

“Saya rasa penampilan Saya pasti akan menarik perhatian, Nyonya Marchioness.” Ujarnya sambil menurunkan tudung dan memperlihatkan rambut berwarna putih.

“Tidak apa-apa, Tia. Para pelayan di kediaman ini mengetahui tanaman obat yang bisa mengubah warna rambut.”

Celestia tersenyum kecut, kemudian berucap “Saya sudah hidup cukup lama dengan menyembunyikan warna rambut Saya menggunakan tanaman obat. Saya Rasa sudah cukup. Saya ingin menerima diri saya apa adanya. Namun Saya pun tidak ingin menarik perhatian. Terimakasih atas tawarannya, tapi Saya tidak bisa bergabung Nyonya.”

“Baiklah. Rupert.”

“Ya, Nyonya.” Jawab Sang kepala Pelayan.

“Antarkan Tia ke kamar tamu terbaik. Perlakukan Dia dengan hormat. Dia adalah orang yang telah menyelamatkan Putra nakal Ku.”

“Baik, Nyonya”

“Dan Tia, beristirahatlah. Saat ini Dokter kediaman sedang dalam perjalanan ke sini. Dia pasti langsung marah-marah karena Aku memanggilnya di hari libur, Hahaha.”

“Baik. Terimakasih atas kebaikan Anda, Nyonya Marchioness.”

Celestia pun di antar ke kamar. Banyak pelayan wanita yang bertugas untuk membantu Celestia membersihkan diri namun di tolak oleh Celestia. Dia masih bisa melakukannya seorang diri.

Usai membersihkan diri, Dokter pun datang dan memeriksa keadaan tubuh Celestia. Selain kelelahan, Celestia hanya kekurangan gizi saja.

Usai mendapat diagnosa seperti itu, kamar Celestia di banjiri oleh berbagai macam makanan dan obat-obatan herbal yang sangat mahal. Isidore yang telah di marahi habis-habisan oleh sang Kakak pergi mengadu nasib nya ke kamar Celestia. Mereka berdua bercerita dengan akrab.

Karena Isidore yang tidak ada di kamarnya, membuat Esmeralda berakhir di kamar yang di tempati oleh Celestia. Hanya dalam hitungan detik, mereka bertiga sudah tampak seperti saudara. Mereka tertawa terbahak-bahak dengan lelucon yang ada.

Sikap Esmeralda yang sangat bersahabat dan berbicara blak-blakan membuat Celestia yang awalnya menjaga jarak sebisa mungkin, berakhir tertawa bersama.

Beberapa saat kemudian, Rombongan Putera Mahkota sudah tiba saat Mereka tengah mengobrol dengan asik. Esmeralda dan Isidore dengan hati yang bersungut-sungut turun ke bawah untuk memberi salam.

Setelah memberi salam dan mengantar Putera Mahkota ke Kamar untuk beristirahat sebelum sambutan yang diadakan di malam hari, Esmralda dan Isidore kembali ke kamar Celestia. Mereka seolah langsung merindukan wanita berambut putih itu dalam hitungan detik.

...***...

Malam harinya.

“Kak Tia tidak ikut ke Aula Pesta ? Sungguh ??” Ujar Isidore tak percaya.

“Kenapa ? Kenapa ?? Apa karena tidak memiliki gaun yang indah ? Mari ke kamar Ku dan pilihlah yang Kau mau.”

“Umm.. Aku sudah memberitahu alasannya, Kalian saja yang kekeh untuk jawaban lain.” Ucap Celestia sabil memijat pelipis.

“Ahhh.. Tidak seru sama sekali..”

“Benar kata Kak Esmeralda.”

Tok tok tok

“Anak-anak..”

“Ibu..”

“Jangan memaksa orang yang tidak suka dengan keramaian.”

“Tapi.. Tapi tidak akan seru jika Kak Celestia tidak ikut~” Rengek Isidore dan Esmeralda memberikan anggukan setuju.

“Hahh, Ibu masih dapat memaklumi Isidore... Tapi, Esmeralda ? Bertingkah lah sesuai umur Mu!”

“Tidak Mau, Ibu.” Tolak nya dalam hitungan detik.

“Hahh.. Ya Dewi..” Keluh Marchioness merasa pening menghadapi kedua anaknya.

“Ah, bagaimana kalau begini saja ? Kalian pergilah mengikuti perjamuan. Ada Putera Mahkota di sana, jadi mau tidak mau Kalian harus berperan sebagaimana tuan Rumah yang baik. Aku akan menunggu Kalian di rumah kaca untuk menyaksikan bintang seperti yang Kalian bicarakan tadi.”

“Sungguh ? Kami sepakat.” Ucap Esmeralda dan Isidore kompak.

Masalah terpecahkan, Marchioness menunduk sekali karena berterimakasih atas bantuan Celestia barusan. Anak mereka jarang menunjukkan sikap seperti ini pada orang baru.

“Dua jam lagi Kami akan pergi ke rumah Kaca, Kak Celestia~”

“Baik..”

“Jangan gunakan jubah hitam itu! Tidak ada kedukaan di kediaman ini. Kalau ingin menutup Rambut, gunakan syal yang Ku bawa tadi.”

“Baiklah, Nona Esmeralda.”

Usai memberitahu satu pelayan yang bertugas menjaga Celestia, Tuan Rumah pun turun ke Aula perjamuan. Di sana mereka menyapa Putera mahkota dan bercakap-cakap dengan para Kesatria dan juga Penyihir yang sudah ambil bagian dalam membasmi monster. Dua jam terasa sangat lama bagi Esmeralda maupun Isidore.

...***...

30 menit kemudian..

“Permisi, apakah bisa mengantar Ku ke Rumah Kaca ?”

“Tentu saja bisa Nona Tia. Mari, ikuti Saya.”

Celestia menutup rambutnya dengan syal sesuai dengan perkataan Esmeralda. Namun topeng tetap Dia gunakan. Toh sejak awal Dia belum membuka topengnya sama sekali. Hanya Isidore yang sudah melihat wajahnya.

“Nona Tia, apa Anda keberatan jika jalannya sedikit memutar ? Saya ingin menunjukkan air mancur di kediaman ini.”

“Oh, tidak sama sekali.”

Celestia dengan patuh mengikuti pelayan itu.

“Aku sempat berpikir apa yang istimewa dengan air mancur ini, tidak Ku sangka bahwa air mancur ini dikelilingi oleh banyak bunga yang bermekaran.”

“Benarkan ? Saya sangat ingin pergi ke sini malam-malam. Namun jika terdapat kerusakan, Saya takut Saya harus bertanggung jawab. Jadi jika ada tamu terhormat seperti Anda, Saya bisa menikmati momen ini.”

Whuusss ~

Celestia tersenyum dengan perkataan Pelayan. Semilir angin yang datang itu membawa kelopak bunga yang berjatuhan ke rambut si pelayan.

“Ada kelopak bunga di rambutmu..” Jelas Celestia sambil mendekati si pelayan untuk mengambil kelopak bunga.

Tatapan mata, gestur tubuh dan suara yang terdengar itu membuat si pelayan berdegup kencang dengan wajah merona. Dia jadi salah tingkah.

“Ahh... Itu.. Anu..”

Langkah nya oleng ke belakang. Saat kaki nya terantuk pada sebuah batu, pelayan itu pun terjatuh ke arah air mancur.

“Hati-ha—”

Byuurrr...

Celestia berhasil memegang pinggang pelayan itu, namun tangan si pelayan masuk ke dalam tempat penampungan air mancur dan membuat air itu membasahi baju serta wajah Celestia.

“Astaga! Maafkan Saya.. Saya akan mengambil kain bersih.”

“Tidak per—”

Belum selesai Celestia berucap, pelayan itu sudah menghilang dari hadapannya.

“Ughh..” Ringis nya merasa perih di bagian mata yang terkena air.

Mau tidak mau, Celestia menurunkan syal yang menutup rambut agar dapat membuka topeng. Dia harus menyeka matanya yang basah dengan bagian syal yang kering.

“Semua orang di kediaman ini sangat penuh semangat.. Haahh, Tapi tentunya sangat rukun. Dari Majikan sampai pelayan, semua nya berhubungan dengan sangat baik. Berbeda sekali dengan kediaman Avena..”

Whuss...

Tap tap tap tap tap ..

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Celestia yakin bahwa itu adalah pelayan wanita tadi, sehingga Dia pun berbalik dengan wajah yang tidak tertutup oleh topeng. Rambut nya yang tergerai mengalun indah oleh angin di bawah hamparan langit malam

“Kau sudah kembali ? Padahal tidak perlu repot—”

Perkataan Celestia terhenti. Orang yang datang itu bukan si pelayan, melainkan seorang Pria dengan seragam yang rapih.

“Apa Dia kesatria yang masuk dalam rombongan Putera Mahkota ? Tidak masalah dengan kenyataan ini, tapi apa-apaan tatapan itu ? Setidaknya berkedip sedikit, Tuan!” Teriak Celestia di dalam batin nya.

...***...

...Tolong banget atuh ninggalin jejak 👣 kalian di kolom komentar 🫵😩 Neo juga butuh tenaga after up tauu😵‍💫 Jangan hening aja, Nanti Neo ngambek ini😩Jangan lupa nulis apa aja di kolom komentar, baru boleh lanjut ke Chapter selanjutnya....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!